Tanggal 8 Agustus 1996 menjadi hari yang paling membahagiakan bagi seorang Jordi Cruyff. Ia bersama Raymound Van Der Gouw, Karel Poborsky, Ronny Johnsen, dan Ole Gunnas Solskjaer, diperkenalkan sebagai pemain anyar Manchester United. Jordi menjadi rekrutan pamungkas dari Sir Alex Ferguson menjelang dimulainya musim 1996/1997.

Dari namanya saja kita sudah tahu siapa Jordi Cruyff. Dia adalah putra dari legenda hidup Belanda dan Barcelona yaitu Johan Cruyff. Sang ayah adalah orang yang secara tidak langsung menampar Sir Alex Ferguson sehingga Fergie sadar kalau dalam permainan sepakbola, penguasaan bola menjadi hal yang penting.

Sama seperti sang ayah, Jordi berkarier di usia muda bersama Ajax Amsterdam. Konflik ayahnya dengan manajemen Die Godenzonen kemudian memaksanya untuk pindah ke Barcelona mengikuti ayahnya yang menjadi manajer di sana. Sempat dua musim bermain untuk Barca B, ia kemudian naik tingkat ke tim utama pada 1994.

Dua musim membela Barca, ia membuat lebih dari 40 penampilan dan mencetak 11 gol di kompetisi domestik. Beberapa kali Jordi tampil apik layaknya sang ayah dengan menunjukkan beberapa penampilan berkualitas. Salah satunya adalah ketika ia berkontribusi dalam kemenangan telak Barcelona 4-0 atas United di Liga Champions 1994/1995. Bayangan Jordi akan tampil sehebat ayahnya pun muncul di permukaan.

Meski begitu, ketertarikan United baru muncul ketika Jordi membela negaranya di Euro 1996. Hingga Belanda disingkirkan Prancis pada perempat final, ia selalu bermain sejak menit awal dalam skema tiga striker bersama Dennis Bergkamp dan Philip Cocu. Sepanjang turnamen, ia mencetak satu gol saat Belanda mengalahkan Swiss di penyisihan.

Peluang Fergie mendatangkan Jordi pun cukup besar mengingat ia pun sudah tidak betah di Barca. Penyebabnya lagi-lagi karena kurang harmonisnya Johan terhadap para petinggi klub yang kemudian memecatnya.

Ferguson pun rela terbang jauh ke Barcelona untuk negosiasi secara langsung dengan Barcelona. Pada 25 Juli, kata sepakat sudah disetujui oleh kedua belah pihak dengan nilai 1,4 juta paun. Ia kemudian diresmikan sebagai pemain United pada 8 Agustus atau beberapa hari sebelum debutnya di Community Shield.

Akan tetapi, kariernya di Manchester jauh berbeda dibandingkan ketika di Barcelona. Gaya permainan cepat ala Premier League tidak sesuai dengan ciri khas permainannya yang mengandalkan teknik dan keindahan. Beberapa kali Jordi bersama Johan dan pelatih pribadinya membentuk fisiknya agar bisa bersaing di Inggris namun tetap tidak membuahkan hasil.

Jordi sebenarnya pemain utama Ferguson sejak awal musim. Akan tetapi, cedera lutut pada bulan November menghentikan jumlah penampilannya di angka 22. Musim demi musim berlalu namun Jordi tidak bisa lagi bermain optimal setelah sembuh dari cedera. Tempatnya pun mulai tergusur dengan para jebolan Class of 92 semisal David Beckham maupun Ryan Giggs.

“Ada pemain-pemain hebat seperti Beckham, Scholes, dan Giggs yang berdiri paling depan untuk memperebutkan posisi di lini tengah. Saya juga sebenarnya bisa bermain sebagai striker tapi di sana juga ada Eric Cantona dan Teddy Sheringham. Saat itu, Anda tidak mengerti mengapa Anda jarang bermain, tetapi ketika mengenang memori itu pada saat ini maka saya bisa mengatakan wajar kalau saya disingkirkan,” tutur Jordi, dikutip dari FourFourTwo.

Ia sebenarnya sempat kembali dan bermain dalam 11 laga pada musim 1998/1999 sebelum dipinjamkan United ke Celta Vigo pada paruh kedua musim. Sempat beberapa kali bermain pada musim 1999/2000, Jordi akhirnya dilepas United ke Deportivo Alaves semusim berikutnya.

Jordi Cruyff gagal memenuhi ekspektasi kalau ia bisa menjadi sehebat ayahnya. Maksud hati ingin membuat Barcelona malu dengan kepindahannya, nyatanya Jordi tidak bisa meraih bentuk penampilan terbaiknya di Manchester. Jika sang Ayah dikenal sebagai salah satu legenda terbaik dunia, Jordi justru dikenang sebagai salah satu rekrutan terburuk Manchester United sepanjang sejarah.