Sudah hampir satu dekade sejak pemain berkebangsaan Italia itu meninggalkan kesempatan besar menjadi bintang bersama Manchester United, kembalinya ke Italia menjadi sesuatu hal yang sempat membuat Giusseppe Rossi seperti tampak ‘terlahir kembali’.

Dalam beberapa tahun sebelum ia mencapai puncak karirnya ketika bermain di usia yang ke-28 tahun, kesempatan untuk tim nasional Italia menjadi salah satu misi penting dalam perjalanan karirnya.

Track record-nya yang selama ini telah ditumpuk beberapa musim kebelakang, menjadi salah satu cara Rossi dalam menarik minat manajer Italia kala itu, Cesare Prandelli. Namun, kekhawatiran akan cedera terus hadir dan bahkan selalu menghantuinya jauh sebelum Rossi bergabung dengan Fiorentina. Hal itulah yang kala itu menjadi pertimbangan berat Prandelli, apakah Rossi pantas mendapatkan tempatnya di skuat tim nasional Italia atau tidak.

Rossi pun hanya terus melakukan debutnya untuk Fiorentina sebagai pemain pengganti di akhir musim pertamanya di Serie A. Ia hanya bermain 26 menit dalam kemenangan 5-1 Fiorentina atas Pescara. Meski begitu, menjelang musim baru, Rossi ‘mendemonstrasikan’ dirinya kepada fans dengan menunjukkan jika ia pantas berseragam La Viola.

Keunggulan dalam pembuktian kapabilitasnya telah berhasil dilihat semua penggemar. Namun sekali lagi, tragedi buruk melanda karena permainannya yang fantastis harus terpaksa dibatasi oleh cedera ligamen yang kembali merenggutnya. Banyak para penikmat sepakbola Italia, khususnya para pendukung Fiorentina bertanya-tanya, apa saja yang bisa terjadi jika Rossi tetap fit dalam permainannya yang fantastis.

Rossi pun kemudian berhasil kembali dalam tiga pertandingan terakhir La Viola, ia menambah koleksi golnya di musim tersebut menjadi 16 gol setelah mencetak dua gol menjelang akhir musim. Rossi membuat dirinya sebagai pencetak gol terbanyak untuk Fiorentia di musim 2013/2014. Namun, ia tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya pada akhir musim, meski sudah jelas, Rossi layak mendapatkan penghargaan atas apa yang telah dihabiskannya bersama Fiorentina.

Sayang bagi Rossi, kesempatan untuk membangun kesuksesan di awal musim baru pertamanya bersama La Viola, tidak kunjung datang di musim 2014/2015. Karena sekali lagi, rawan cedera yang sering ia alami, membuat Fiorentina kehabisan kepercayaan akan permainannya di atas lapangan.

Pada musim 2015/2016, Rossi telah melihat perombakan besar terjadi pada skuat pasukan seragam Ungu Italia, termasuk peralihan kursi kepelatihan Montella yang digantikan oleh Paulo Sousa. Rossi juga melihat jika kesempatakannya bermain di tim utama menjadi sangat terbatas karena efek yang diberikan dari perombakan tersebut. Pemain yang saat itu berusia 28 tahun akhirnya memutuskan untuk hengkang. Rossi mengambil peluang untuk kembali ke Spanyol dan bergabung dengan Levante di sisa musim 2015/2016.

Di musim pertama singkatnya bersama Levante, Rossi mencetak enam gol dalam 17 penampilan. Ia menampilkan sejumlah penampilan yang menonjol bersama Levante. Rossi lalu membuat sebuah keputusan baru dalam karirnya di musim 2016/2017, dimana ia diberi kesempatan untuk bermain reguler di Celta Vigo dengan status pinjaman. Namun, meski berhasil konsisten untuk tetap fit, di sebagian besar musim tersebut, Rossi hanya mengoleksi empat gol untuk Celta. Tiga di antaranya datang dari hat-trick kala melawan Las Palmas.

Setelah melakoni 18 pertandingan La Liga bersama Celta Vigo, kerusakan ligamen di lutut kiri Rossi, harus mengutuknya untuk kembali ke meja perawatan sekali lagi. Cederanya tersebut menjadi sebuah ancaman bagi kiprahnya sebagai pesepakbola profesional. Namun, ceritanya masih jauh dari kata selesai. Pada usianya yang ke-30 tahun, eks pemain belia Manchester United itu masih bisa memiliki kesempatan untuk kembali bermain di atas lapangan. Meskipun di musim ini ia berstatus tanpa klub.

Namun, apakah menurut Anda klub-klub di dalam maupun di luar Eropa akan merekrut Giusseppe Rossi saat ia pulih dari cederanya nanti?