Foto: FC Nantes

Pada awalnya, jalan karier Fabio Da Silva di kota Manchester jauh berbeda jika dibandingkan dengan Rafael. Di saat Rafael menikmati 169 pertandingan dan memberikan kontribusi untuk beberapa gelar yang diraih United, apa daya Fabio hanya mendapatkan tiga kali lipat lebih sedikit dibanding saudara kembarnya tersebut.

Akan tetapi, keduanya memiliki ujung karier yang sama di kota pelabuhan tersebut. Mereka sama-sama gagal mengakhiri karier bersama United. Fabio hengkang dari United setelah kesulitan mendapatkan tempat di tim utama. Sedangkan Rafael ditransfer karena Louis van Gaal tidak menyukai karakter bermainnya.

Bersama United, Fabio tidak beruntung. Rafael bisa menikmati banyak peran karena saat itu Gary Neville sudah memasuki ujung karier. Sementara Fabio, yang akrab dengan posisi bek kiri, harus berjumpa Patrice Evra yang saat itu sedang berada dalam usia emas. Belum lagi karena cedera yang kerap mengganggunya.

“Di United, saya dikelilingi oleh bintang-bintang besar dan saya merasa sedikit terintimidasi. Saya mengalami cedera dan saya tidak berkembang seperti harapan banyak orang. Saya banyak mengalami momen-momen bagus tetapi hal itu tidak cukup. Saya banyak mengalami cedera, tetapi saya punya enam tahun di United dan meraih penampilan pertama saya di Brasil dan memenangi Liga Primer. Saya tidak gagal, tapi saya belajar banyak,” kata Fabio.

Momen besar Fabio di United bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah final Liga Champions musim 2010/2011. Saat itu, Fabio cukup sering mendapat kesempatan main dari Sir Alex Ferguson. Salah satu pertandingan besar yang ia mainkan adalah final Liga Champions 2010/2011. Ia saat itu dimainkan sebagai bek kanan, tempat yang sering dikuasai adiknya.

“Saya sulit tidur sebelum pertandingan. Saya bisa tidur nyenyak hanya tiga jam. Saya teringat kalau saya pernah menyaksikan laga keduanya sebagai seorang bocah, dan sekarang saya akan bermain untuk United melawan mereka di final Liga Champions.”

Entah ada hubungannya atau tidak, Fabio tidak bisa membawa United mengalahkan mereka. United kalah 3-1 dari kesebelasan yang saat itu bisa dikatakan sebagai tim terbaik dunia. Fabio sebenarnya berusaha tenang karena mendapat pesan dari Nemanja Vidic, kapten United saat itu. Namun pada akhirnya dia tidak bisa menghentikan kehebatan Lionel Messi yang menjadi bintang lapangan.

“Lionel Messi bukan manusia. Dialah pembedanya. Sulit untuk menyentuh bola ketika Barcelona mengopernya. Kami bertahan sangat baik, dan saya selalu percaya kalau kami bisa mengalahkan mereka dan mencetak gol, tetapi kenyataannya tidak.”

Satu momen besar lainnya dalam karier pendek Fabio di United adalah ketika ia dan saudaranya kembarnya bermain di lini tengah. Kejadiannya pada perempat final Piala FA musim 2010/2011. Saat itu, Ferguson memainkan skema yang cukup nyentrik. Ada 7 pemain bertahan yang dimainkan dalam kemenangan 2-0 tersebut. Fabio adalah salah satu pencetak gol pada pertandingan tersebut.

“Saya mencetak gol, saudara saya yang mengatur terjadinya gol, dan kami menang. Posisi terbaik saya adalah bek kanan, tetapi saya bermain beberapa pertandingan di sana. Saya menjadi bek kiri karena kakak saya adalah bek kanan, tetapi kaki kiri saya lebih baik daripada dia.”

Itulah dua momen terbaik dari seorang Fabio sepanjang kariernya di Manchester. Setelah itu, butuh perjuangan ekstra baginya untuk bisa mendapatkan kesempatan bermain. Pada 2012, ia dipinjamkan ke London untuk memperkuat Queens Park Rangers. Berikutnya ia hijrah ke Cardiff untuk memperkuat Cardiff City dan bermain bersama Ole Gunnar Solskjaer. Pada 2016, ia kemudian hijrah ke Middlesbrough. Pada akhirnya, kedua saudara ini kembali bertemu di Prancis setelah Fabio memutuskan untuk menerima pinangan Nantes pada musim panas 2018 lalu.

“Saya menderita cedera hamstring pada pertandingan pramusim pertama saya dan absen satu setengah bulan. Entah kenapa saya selalu terkena cedera setiap saya bergabung dengan klub baru, tapi setelah itu semuanya berjalan baik.”

“Nantes adalah kota yang indah dan Nantes adalah salah satu klub besar. Hanya Saint Etienne dan Marseille yang memenangi liga lebih banyak dibanding Nantes. Para penggemar Nantes bersemangat, sangat berisik, dan saya merasa cukup tenang di sini.”

Musim ini, jalan karier kedua saudara ini kembali berbalik. Meski Fabio belum menjadi pemain inti di Nantes, namun setidaknya ia sudah mendapatkan beberapa kali kesempatan bermain dalam kurun tiga bulan terakhir. Sementara Rafael baru bertanding dua kali saja sepanjang tahun 2019 ini.