Foto: Twitter.com/AFCBournemouth

Ketika memenangi Premier Reserve League musim 2011/2012, skuat akademi United saat itu disebut-sebut sebagai calon Class of ’92 berikutnya. Nama-nama seperti Paul Pogba, Jesse Lingard, Michael Keane, dan Ravel Morrison, disebut-sebut sebagai calon bintang United di masa depan.

Baca juga: Masalah yang Mengikis Talenta Ravel Morrison

Akan tetapi, tidak semua dari mereka bisa naik tingkat ke tim utama. Salah satu anggota skuat akademi 2012 yang gagal menembus ketatnya persaingan tim senior United adalah Joshua King. Striker Norwegia ini tidak sanggup menggusur hegemoni nama besar Wayne Rooney, Dimitar Berbatov, hingga Javier Hernandez.

Berada di Manchester United sejak usia 16 tahun, King adalah salah satu pencetak gol ulung ketika memperkuat akademi United. Bersama Danny Welbeck, mereka adalah pasangan maut dalam kesebelasan asuhan Warren Joyce tersebut.

Baca juga: Petualangan Baru Warren Joyce di Australia

Pada musim 2011, King adalah top skor tim dengan 11 gol. Ia juga berhasil membawa United memenangi Manchester Senior Cup dan Premier Reserve League zona utara. Di usia 17 tahun, King sempat mencicipi debut tim utama ketika Setan Merah mengalahkan Wolverhampton Wanderers pada Piala Liga. Ia masuk menggantikan Welbeck yang di laga itu mencetak gol kemenangan. Pemain kelahiran Oslo ini juga disebut-sebut sebagai The Next John Carew oleh Egil Olsen yang saat itu menjadi pelatih timnas Norwegia.

“Kekuatan fisik dan kecepatan yang dia miliki, mengingatkan saya kepada sosok John Carew. Saya bahkan berpikir kalau dia lebih cepat dibanding saat Carew berusia sama dengan dirinya,” tuturnya.

Akan tetapi, hanya Welbeck yang dipercaya Sir Alex untuk naik ke tim utama. Sementara King lebih sering dipinjamkan ke kesebelasan lain atau sekadar mengisi bangku cadangan tim utama. Tercatat empat kali King dipinjnamkan ke klub lain yaitu Preston North End, Borussia Moenchengladbach, Hull City, dan Blackbur Rovers. Sepanjang kariernya, ia hanya bermain dua kali berseragam merah dan hanya mengumpulkan 14 menit waktu bermain.

Baca juga: Tinggalkan United, Warren Joyce Pilih Wigan Athletic

Meski kerap dipanggil pulang ke United karena bermain bagus di klub-klub peminjamnya, namun tidak sekalipun King diberi garansi tempat utama oleh Sir Alex. Tidak hanya itu, cedera juga beberapa kali membelit pemain berusia 26 tahun tersebut yang membuat dirinya sulit menembus ke tim utama. Sesuatu yang membuat King begitu frustrasi mengenang masa-masa kelamnya di kota Manchester.

“Cedera mengacaukan pikiran saya. Saya tidak bisa mengeluarkan energi saya di atas lapangan. Terkadang saya dipaksa untuk bermain di hari Sabtu yang seharusnya tidak perlu untuk dilakukan. Hal itu tidak baik untuk pemulihan saya, tetapi saya masih muda dan saya merasa masih ada kesempatan,” tuturnya.

Laga melawan Galatasaray di Liga Champions merupakan laga terakhir King bersama United. Ia kemudian memutuskan hengkang ke Blackburn Rovers beberapa hari setelah pertandingan yang dimenangi wakil Turki tersebut.

Ada rasa iri yang menaungi keputusan King keluar dari United. Yang paling membuatnya kesal adalah ketika Ferguson hanya memberinya kesempatan bermain selama empat menit saja. Nama Federico Macheda juga menjadi sasaran amarah King dikarenakan ia lebih dipilih Ferguson untuk mengisi peran sebagai striker utama ketimbang dirinya.

“Empat menit yang membuat saya yakin kalau saya harus keluar (dari United). Saya tidak akan berbohong. Saya benar-benar marah kepada Sir Alex Ferguson. Dia memilih untuk memainkan Macheda di depan saya. Itu sama saja mempermalukan saya. Beberapa hari kemudian, saya memutuskan menerima pinangan Blackburn Rovers dan saya senang bergabung dengan mereka,” tuturnya.

Baca juga: Si Pembangkang Federico Macheda yang Kini Bertualang Hingga Yunani

Tiga musim memperkuat Blackburn Rovers, King kemudian menerima pinangan Bournemouth yang ketika itu berhasil promosi ke Premier League musim 2015/2016. Bersama The Cherries, King berhasil membalas dendam kepada United yang menyia-nyiakan talentanya. Dua gol sudah ia ciptakan ketika berjumpa United dan keduanya menghasilkan poin untuk timnya sekarang.

Setelah membawa klubnya bertahan empat musim beruntun di kompetisi teratas, King masih menyimpan misi yang diharapkan bisa tuntas pada akhir musim nanti. Ia ingin sekali lagi merasakan atmosfer Liga Champions secara utuh dan tidak sebatas hanya menjadi pemain pengganti seperti di United. “Saya ingin berjalan keluar, berdiri, dan mendengarkan musik itu (Anthem Liga Champions),” tuturnya.

Sumber” Telegraph, TalkSport, BBC