Saat Manchester United menjalani musim terburuknya pada 2013/2014, muncul seorang pemuda yang merekah di tengah layunya para bintang-bintang United saat itu. Ia kerap menjadi penyelamat dan pembeda dari strategi monoton ala David Moyes. Gary Neville menyebut pemain ini sebagai “satu-satunya” hal yang bisa dibanggakan dari seorang David Moyes bersama Setan Merah.

Semua diawali dari langkahnya di stadion Wembley saat Manchester United menang atas Wigan Athletic. Kemampuan olah bolanya baru terlihat saat ia membuat debut Premier League ketika melawan Crystal Palace pada September. Saat itu, ia mulai menunjukkan kemampuannya menguasai bola lewat dribel-dribel mautnya.

Sepekan kemudian, pemain bernama Adnan Januzaj ini mencetak dua gol ke gawang Sunderland. Itulah laga dimana dia pertama kali turun sejak menit awal. Ia bahkan tidak percaya bisa mencetak dua gol. Di akhir musim, ia membuat empat gol dan enam asis dalam 35 pertandingan. Tak ayal, para pendukung Setan Merah seolah melihat David Beckham baru, pemain yang begitu gesit di sisi sayap kiri maupun kanan United.

Pencapaian Adnan di musim pertamanya semakin indah setelah ia dipanggil oleh Marc Wilmots selaku pelatih timnas Belgia untuk bermain di Piala Dunia 2014. Ia mendapat kesempatan merumput selama 60 menit dalam pertandingan terakhir mereka di grup melawan Korea Selatan. Itulah satu-satunya penampilan Adnan di Brazil saat itu.

Disingkirkan Van Gaal, Dicap Pemalas oleh Tuchel

Sinar Adnan di musim pertama justru meredup pada musim kedua. Mengemban nomor punggung 11 warisan Ryan Giggs, ia kesulitan mendapatkan posisi pemain inti. Formasi tiga 3-5-2 ala Van Gaal membuat Adnan terpinggirkan oleh para wingback seperti Ashley Young, dan Antonio Valencia.

Adnan yang merupakan seorang pemain dengan kemampuan penetrasinya yang bagus dipaksa tunduk oleh strategi kaku ala Van Gaal. Jikapun ia dimainkan, LVG akan memainkan dia sebagai pemain sayap statis dan tidak diizinkan untuk melakukan penetrasi menusuk ke dalam seperti yang biasanya ia lakukan. Si Tulip Besi asal Belanda ini kemudian menjadi penyebab utama hancurnya karir Januzaj.

“Sangat frustrasi bermain bersama dia. Saya menghabiskan banyak waktu di bangku cadangan. Ketika dimainkan, saya ditempatkan di posisi yang bukan merupakan posisi ideal saya. Saya tidak tahu bagaimana saya harus bermain karena pengalaman saya di posisi tersebut sangat minim. Jika saya mencetak gol maka akan saya persembahkan gol saya untuk dia.”

Sayangnya, Adnan tidak bisa membuktikan hal tersebut. Hanya satu gol yang bisa ia cetak di musim ketiganya bersama Manchester United. Ia bahkan dilepas ke Borussia Dortmund dengan status pinjaman dengan harapan ia bisa mengembangkan potensinya agar bisa berguna untuk Manchester United. Van Gaal bahkan masih berhasrat untuk menjadikan dia pemain utama dengan catatan ia tampil apik di Dortmund.

Di Jerman, karir Januzaj justru semakin merosot. Ia hanya bermain dua kali sejak menit awal. Yang ada, kritikan demi kritikan yang keluar dari mulut manajernya saat itu, Thomas Tuchel. Ia dicap pemain yang kurang berhasrat dan malas sehingga talentanya tidak bisa berkembang di Borussia Dortmund.

“Saya sangat kasihan melihat seorang pemain yang tidak punya hasrat dan sikap seperti dia. Anda harus punya keinginan untuk meningkatkan talenta anda. Di sini, dia kerap membanding-bandingkan semua hal dengan apa yang dia dapatkan di Manchester United,” ujar Tuchel saat itu.

Adnan kemudian membalas, “Yang dia ucapkan hanyalah perkataan bodoh. Jika saya tidak memiliki hasrat maka saya sudah berhenti main sepakbola sekarang. Sejak bocah saya sudah menyukai olahraga ini. Yang saya butuhkan hanyalah kesempatan dan bukannya kritikan. Jika saya diberi kesempatan maka saya akan berusaha untuk memberikan yang terbaik.”

Ia kemudian dipulangkan ke United pada awal tahun 2016. Van Gaal yang tidak mendapatkan perkembangan apapun dari Januzaj pun hanya memberi kesempatan main selama 13 menit saja di sisa musim 2015/16. Semakin terpinggirkan, ia kemudian kembali hengkang dari United dengan Sunderland sebagai pelabuhan barunya.

Bangkit dan Bersinar Kembali Bersama Real Sociedad

Di Sunderland pun dirinya juga tidak kunjung bersinar. Cedera serta kurang bersemangatnya Adnan kembali menjadi persoalan. Sekembalinya ke Manchester United pun, manajer Jose Mourinho sudah tidak memiliki tempat lagi untuknya karena kehadiran pemain yang lebih bagus seperti Anthony Martial Jesse Lingard.

Manajemen United kemudian melepas Januzaj ke Real Sociedad. Kontrak lima tahun kemudian disetujuinya. Mau tidak mau ia harus bermain di liga yang perhatiannya hanya akan tertuju kepada jagoan tradisional macam Real Madrid, Barcelona, maupun Atletico Madrid demi bisa mengembalikan kembali sentuhannya yang hilang.

Diprediksi akan layu, Januzaj justru membuktikan kalau dia masih menjadi talenta berbakat dari Belgia. Meski tidak selalu tampil reguler, ia kerap memberikan kontribusi ketika dipercaya Eusebio Sacristan untuk bermain. Dari 24 penampilannya di musim ini, ia berkontibusi dalam tujuh gol (3 gol 4 asis) yang dibuat rival Athletic Bilbao tersebut.

Ia menjadi sosok sentral dalam lini serang Sociedad musim ini di La Liga. Ia menjadi pemain yang paling banyak dilanggar dibanding rekan setimnya. Hal itu menandakan kalau dia sangat berbahaya. Dribel suksesnya pun adalah yang tertinggi dibanding rekan-rekannya (2,2 per laga). Tidak hanya itu, dirinya juga sudah mengantungi dua Man of the Match pada musim ini. Semua penampilan apiknya tersebut merembet ke posisi mereka yang perlahan menjauh dari zona degradasi.

“Saat ini saya sangat gembira dengan penampilan saya. Saya bisa menunjukkan kepada orang-orang yang berkata buruk tentang saya. Ini menjadi tantangan bagi saya berikutnya. Yang ada dalam diri saya saat ini hanyala bekerja keras.”

Adnan tidak dibekali klausul pembelian kembali layaknya Memphis Depay di Olympique Lyon. Akan tetapi, ia bisa saja bernasib seperti Paul Pogba yang direkrut kembali setelah pergi untuk waktu yang lama. United sendiri sedang butuh pemain seperti Adnan yang bisa bermain di sisi sayap dengan sama baiknya. Hanya saja, timbul pertanyaan, Masihkah ada kesempatan kedua untuk seorang Adnan Januzaj?