foto: wikipedia

Hanya sedikit kenangan manis yang dilalui Tom Heaton di Stadion Old Trafford. Lima tahun berstatus sebagai pemain tim senior Manchester United, kiper kelahiran 15 April 1986 itu nyatanya tak pernah diturunkan.

Kita mungkin bisa menebak apa yang ada di kepala Heaton kala sekadar menjadi penonton: berharap Sir Alex kepalanya terbentur tembok yang membuatnya cukup gila untuk menurunkan Heaton sebagai kiper utama.

Setelah lepas dari Manchester United, perlahan Heaton mulai mendapatkan kepercayaan dari kesebelasan yang merekrutnya. Cardiff City dan Bristol City memberinya menit bermain yang terbilang cukup untuk seorang kiper yang tak pernah tampil di kompetisi teratas. Lalu, pada 2013, ia menjadi bagian integral sekaligus komandan dari lini pertahanan Burnley.

Kesialan di United

Sejatinya, Heaton cukup menjanjikan saat membela tim reserves Manchester United. Kala itu, manajemen memilih untuk meminjamkan Heaton agar bakatnya terasah dengan menjadi pemain reguler di kesebelasan lain.

Namun, penampilan Heaton tak kunjung mendapatkan perhatian. Tentu, ini tak lepas dari penampilan apik kiper utama United waktu itu, Edwin van der Sar, serta sang pelapis, Tim Howard.

Setahun setelah musim pertamanya di Swindon Town, Heaton punya harapan tinggi karena Howard dan Luke Steele, hengkang. Masing-masing ke Everton dan West Bromwich Albion. Belum lagi Ben Foster pun dipinjamkan ke Watford pada musim yang sama. Ini artinya, Heaton punya kesempatan untuk menjadi kiper kedua setelah Van Der Sar.

Harapan Haeton langsung pupus karena manajemen United justru meminjam Tomasz Kuszczak dari West Bromwich Albion. Pada musim tersebut, United tercatat hanya memiliki dua kiper yakni Van Der Sar dan Kuszczak.

Baru pada musim 2007/2008 Heaton disertakan ke tim utama United. Namun, jangankan diturunkan oleh Fergie, duduk di bangku cadangan pun bisa dihitung dengan jari. Kehadiran Kuszczak tidak menjadikannya sebagai kiper ketiga, tetapi keempat, karena Ben Foster baru menyelesaikan masa peminjamannya. Foster sekali turun di Premier League, sementara Heaton tidak pernah sama sekali.

Musim setelahnya menempatkan Heaton ke dalam daftar peminjaman. Ia tercatat pernah bermain di Cardiff City, Queens Park Rangers, Rochdale, dan Wycombe Wanderers.

Menolak Perpanjangan Kontrak

Meski tak pernah dimainkan, manajemen United masih menaruh harapan pada Heaton. Saat kontraknya hampir habis, Heaton disodorkan perpanjangan kontrak. Namun, sang pemain menolak.

Penolakan tersebut merupakan keputusan yang berat bagi Heaton karena ia sudah di United sejak usia 11 tahun. Di sana, ia pun memantapkan diri sebagai penjaga gawang setelah sebelumnya bermain sebagai gelandang.

“Aku tak pernah tampil dalam pertandingan kompetitif tapi aku berpergian sebagai kiper ketiga dan aku di bangku cadangan sebanyak 25 kali bersama tim utama. Aku senang di sana, tapi aku tahu kalau aku ingin menjadi kiper nomor satu,” cerita Heaton.

Heaton pun kala itu pindah ke Cardiff sebagai kiper kedua. Keberuntungan menyertainya karena sang kiper utama tengah mengalami cedera bahu. Meski sempat mengalami cedera, tapi hal tersebut tak mengubah kepercayaan pelatih Cardiff kepadanya. Bahkan, di akhir musim, ia dianugerahi Cardiff’s Young Player of the Year.

Pada akhir musim selanjutnya, Heaton memutuskan untuk hengkang ke Bristol City karena di bawah pelatih anyar Cardiff, Malky Mackay, Heaton kembali menjadi kiper kedua di bawah David Marshall. Hal ini membuatnya memutuskan untuk hengkang ke Bristol City.

Buruk di Bristol, Berjaya di Burnley

Pindahnya Heaton ke Bristol City bisa dibilang tidak disengaja. Heaton sebenarnya sudah menjalin komunikasi dengan Watford. Akan tetapi, pemilik anyar Watford memutuskan untuk membatalkan kerja sama dengan Heaton.

Ini menempatkan Heaton ke dalam status free transfer. Heaton pun mengikuti trial bersama Bristol City selama pramusim. Tak lama kemudian, Heaton pun disodori kontrak setahun dengan opsi perpanjangan 12 bulan.

Sial buat Heaton karena saat itu Bristol tengah mengalami musim yang buruk. Mereka menjadi kesebelasan yang paling banyak kebobolan dan langsung terdegradasi. Padahal, Heaton menjadi kiper utama kala itu.

Karena terdegradasi, Heaton menolak perpanjangan dua tahun yang diminta oleh Bristol dan memilih pindah ke Burnley untuk tetap menjaga asa bermain di Divisi Championship.

Di Burnley, Heaton bermain cemerlang. Ia selalu menjadi pilihan utama di bawah mistar. Burnley menjadi kesebelasan dengan kebobolan paling sedikit di Divisi Championship sekaligus promosi ke Premier League.

Di Premier League, skuat Burnley tak cukup tangguh untuk bersaing. Heaton pun seperti merasakan de javu. Ia tampil di semua menit bagi Burnley di Premier League, satu-satunya kiper yang mampu melakukan hal tersebut di musim itu. Namun, Burnley menjadi kesebelasan dengan pertahanan terburuk dan kembali terdegradasi ke Divisi Championship.

Profesional

Kepindahan Heaton ke Burnley sempat membuat Bristol City terguncang. Pasalnya, mereka kehilangan kiper utama, sementara kiper yang kompeten sudah pergi pada musim sebelumnya. Namun, pemilik Bristol, Sean O’Driscoll, tidak menaruh dendam pada Heaton atau berupaya menghalang-halanginya untuk pindah. Ia malah memuji profesionalisme Heaton.

Sejatinya, Bristol punya opsi perpanjangan kontrak selama 12 bulan. Setelah terdegradasi, Bristol pun menawarinya kontrak dua tahun karena kedua kiper senior lainnya, Dean Gerken dan Lewis Carey pun dilepas di akhir musim.

“Kami jelas kecewa karena kehilangan Tom, tapi kami berharap yang terbaik baginya di Burnley dan kami mengerti alasannya,” terang O’Driscoll.

O’Driscoll menjelaskan bahwa sejak berada di klub, Heaton telah menunjukkan profesionalismenya yang membuat Bristol amat ingin menjaganya tetap di klub. Saat akan pindah ke Burnley, Heaton pun menjelaskan segala prosesnya kepada O’Driscoll sehingga kepindahannya tidak ditutup-tutupi dan menjadi terang benderang.

Kembali ke Premier League

Heaton pada akhirnya kembali ke Premier League bersama Burnley pada musim ini bersama Middlesbrough dan Hull City. Hingga pekan ke-10, Burnley masih menungguli The Boro dan Hull. The Clarets berada di peringkat  ke-13 dengan 11 poin sementara M’Boro di peringkat ke-14 dengan 10 poin, sementara Hull di peringkat ke-18 dengan tujuh poin.

Perjalanan Heaton di Premier League musim ini memang masih panjang. Menyaksikan penampilan Heaton kala menahan imbang United tanpa gol, jelas membuat penggemar Burnley menaruh harapan besar. Burnley memang sulit mencetak gol, tapi kalau mereka mampu bertahan dengan baik, asa untuk berkompetisi di Premier League musim depan pun masih tetap terjaga.

Saat ini, Burnley sudah kebobolan 13 gol, jelas bukan yang terbaik tapi bukan pula yang terburuk. Jumlah kebobolan ini sama dengan Liverpool yang kini menempati peringkat ketiga. Andai Burnley lebih tajam di lini serang, agaknya Heaton akan memiliki waktu untuk unjuk gigi bahwa ia tidak salah menolak perpanjangan kontrak Manchester United.