Foto: Express

Dada Tim Howard berdegup kencang. Jantungnya sekeras mungkin memompa darah ke seluruh tubuh. Di tengah cuaca panas Millenium Stadium di kota Cardiff, ia harus menjadi penentu dari nasib timnya dalam sebuah pertandingan penting melawan Arsenal pada ajang Community Shield 2003.

Pertandingan itu penting buat Tim. Pasalnya, itulah kali pertama ia berbaju Setan Merah dalam pertandingan resmi. Dalam debutnya, ia harus menjadi sosok penentu karena pemenang dari pertandingan itu harus ditentukan melalui adu penalti. Apes baginya, karena pada waktu normal ia tidak bisa menahan laju tendangan bebas Thierry Henry karena kesalahannya yang hanya meminta tiga orang saja untuk berdiri menjadi pagar.

Beruntung Tim membayar kesalahan tersebut melalui penampilan apik pada adu penalti. Sepakan dari Giovanni Van Bronckhorst dan Robert Pires berhasil ditepis dan membuat MU mengawali musim kompetisi 2003/04 dengan sebuah trofi. Trofi yang juga memupus pandangan buruk tentang kehadirannya di dalam skuad.

Kedatangan Tim ke kota Manchester sebenarnya disambut dengan keraguan. Ia datang dari kesebelasan kurang terkenal macam New Jersey Metrostars (cikal bakal New York Red Bulls). Hal ini yang membuat banyak orang beranggapan kalau transfer ini erat kaitannya dengan bisnis. Saat itu, MU memang sedang gencar-gencarnya memperluas nama mereka di Amerika Serikat.

Pembelian Tim juga dianggap sebagai bukti kalau manajemen klub sudah kehabisan akal dalam mencari penjaga gawang baru. Maklum saja, saat itu mereka masih pusing karena belum mendapat pengganti Peter Schmeichel. Sederet nama tenar macam Massimo Taibi, Mark Bosnich, sampai Fabien Barthez pun tidak ada yang bisa mengganti besarnya nama Peter. Jadilah mereka berjudi dengan mendatangkan Tim.

“Ada kesamaan antara Tim dan Peter. Mereka sama-sama cepat, berani, refleks yang bagus, dan dominan di kotak penalti. Kami sudah mengawasinya sejak lama,” tutur Fergie dengan penuh percaya diri.

Penampilan Tim di laga melawan Arsenal membuat United semakin percaya diri kalau Howard adalah jawaban di sektor penjaga gawang. Mereka bahkan berani untuk memutus kontrak Fabien Barthez yang musim sebelumnya menjadi pahlawan United membawa kembali trofi Premier League.

Howard pun membuktikan kalau ia bisa menjadi jawaban sekaligus membuat para pengkritiknya berbalik mendukungnya. Dari 32 laga Premier League yang ia mainkan, ia hanya kemasukan 31 gol alias tidak sampai satu gol per laga. Meski ia hanya bisa memberikan tambahan trofi Piala FA dan melihat timnya finis 15 poin di belakang Arsenal, namun hal itu tidak menutupi fakta kalau ia menjadi salah satu pemain dengan penampilan terbaik di Premier League. Buktinya, PFA mendapuknya sebagai penjaga gawang dalam Team of the Season versi mereka.

“Tidak ada yang meragukan Tim. Jika dia terus bermain seperti ini, aku percaya dia akan bertahan hingga 10 tahun mendatang. Kemampuannya menguasai bola-bola silang memudahkan tugas kami untuk menjaga lini belakang. Dia memberikan kami rasa percaya diri yang tinggi,” tutur Rio Ferdinand.

***

Meski penampilannya cukup bagus pada musim pertama, namun Howard tetap tidak lepas dari  kritikan. Satu kritik yang terus menerpa dirinya adalah mudahnya ia membuat blunder yang berakibat gol bagi lawan.

Gagalnya United melaju ke 8 besar Liga Champions terjadi akibat dirinya salah mengantisipasi tendangan bebas pemain Porto. Bola tepisannya justru tidak mengarah ke luar namun justru kaki Costinha yang tinggal menendang tanpa pengawalan. Gol injury time tersebut membuat United kalah agregat 3-2 dan mendapat pemandangan berupa Jose Mourinho berlari ke tribun pendukung tandang. Blunder tersebut membuat dirinya sempat kehilangan kepercayaan diri dan tempatnya digantikan oleh Roy Carroll dalam beberapa laga sebelum status nomor satu kembali lagi kepadanya.

“Secara umum, saya merasa kalau musim pertama saya sangat bagus. Tapi ada satu noda hitam di sana yaitu laga lawan Porto. Saya tidak paham seberapa besar dampak dari apa yang terjadi saat itu. Yang saya ketahui saya hanya menepis bola tendangan bebas, tapi ternyata itu adalah sebuah kesalahan dan saya tidak paham betapa besarnya dampak dari momen itu,” tutur Howard.

Alih-alih membaik, Howard justru memburuk pada musim keduanya. Sederet kesalahan kembali ia lakukan. Performanya merosot drastis jika dibandingkan pada musim sebelumnya. Roy Carroll yang diberikan kesempatan untuk menggantikan tempatnya juga sama-sama dijuluki tukang blunder. Lagi-lagi MU gagal mendapat pemain yang tepat untuk sektor penjaga gawang.

Karier Howard mulai menemui kata akhir ketika klub mendatangkan Edwin Van der Sar dari Fulham. Meski sudah memperpanjang kontrak hingga 2009, namun itu tetap tidak bisa meyelamatkan kariernya yang sudah habis. Tiga musim setelah keberhasilannya pada 2003/04, Howard hanya bermain dalam 13 laga Premier League.

Pada musim 2006/07, Tim dipinjamkan ke Everton setelah klub mendatangkan satu lagi penjaga gawang yaitu Tomasz Kuszczak. Semusim berselang, statusnya dipermanenkan seiring keputusan United yang juga mempermanenkan penjaga gawang asal Polandia tersebut.

Beruntung, karier pria yang semasa remaja menggeluti olahraga basket ini justru membaik setelah ia meninggalkan Manchester. Bersama Merseyside biru, namanya menjadi lebih tersohor dan dianggap sebagai salah satu legenda klub. Meski kedatangan penjaga gawang yang jauh lebih muda macam Joel Robles, namun nama Tim tetap abadi sebagai pilihan utama. Runner-up Piala FA 2008/09 dan satu gol ajaib ke gawang Bolton menjadi prestasi yang ia raih selain 414 penampilannya bersama The Toffees.

Meski gagal bersama United, namun Tim tidak kecewa karena dia sudah berusaha memberikan yang terbaik bagi Setan Merah. Segala kritikan yang pernah ia terima, justru membuatnya kini menjadi semakin tangguh dan bisa bertahan sangat lama hingga usianya menyentuh angka kepala empat.

“Jika ada yang mengatakan kepada saya saat berusia 24 tahun kalau saya akan bermain untuk Manchester United, maka orang itu akan saya minta untuk kencangkan sabuk pengamannya. Perjalanan itu sangat menyaksikan. Memang ada masa-masa baik dan buruk. Kritik akan selalu datang, tetapi jangan sampai Anda kehilangan keyakinan kalau Anda bisa melewati masalah tersebut. Karena semua orang bisa melakukannya,” ujarnya.

Tulisan ini dibuat sebagai persembahan redaksi setanmerah.net untuk Tim Howard yang berulang tahun ke-43 pada hari ini.