Foto: Independent

Karir Luis Nani di Manchester United memang tidak secerah Cristiano Ronaldo. Meski begitu, pemain bernama asli Luis Carlos Almeida dan Cunha ini layak dikenang sebagai pahlawan Setan Merah.

***

Membicarakan Nani memang harus satu paket dengan Cristiano Ronaldo. Pasalnya, kedua pemain ini memiliki banyak kesamaan. Sama-sama berasal dari Portugal, sama-sama direkrut dari Sporting, sama-sama berposisi sebagai pemain sayap, dan sama-sama penuh skill dan gemar menunjukkan trik-trik di atas lapangan. Satu yang berbeda adalah Nani tidak pernah bertransformasi menjadi striker seperti CR7 ketika namanya mulai menanjak.

Demi kedalaman skuad, Sir Alex Ferguson merekrut Nani dengan nilai 17 juta paun beberapa pekan setelah keberhasilan mereka mengangkat piala Premier League. Berkat Carlos Queiroz dan David Gill yang rela menginap satu hari di Lisbon, pemain kelahiran Amadora ini bisa dengan cepat didatangkan.

United memang butuh Nani sebagai tambahan di sisi sayap. Kemampuannya bermain di dua sisi flank jelas memudahkan Sir Alex Ferguson untuk melakukan rotasi mengingat usia Ryan Giggs yang sudah bertambah tua dan belum siapnya pemain muda macam Kieran Richardson dan Chris Eagles untuk mentas. Lagipula, Cristiano Ronaldo saat itu sudah menunjukkan tanda-tanda sebagai pencetak gol ulung sehingga Fergie butuh satu pemain yang siap menggantikan posisi CR7.

Semasa kecil, Nani pernah memiliki impian untuk bermain di final Liga Champions. Ia mengenang kembali momen ketika menyaksikan Setan Merah menang secara dramatis melawan Bayern Munich pada 1999. “Suatu hari, saya akan bermain di sana. Jika Anda percaya dan bekerja keras, maka Anda akan cepat mencapai impian Anda.”

Tidak butuh waktu lama bagi Nani untuk menunggu. Pada musim pertamanya, United langsung ke final kompetisi tertinggi Eropa tersebut. Tidak hanya sekadar mengangkat piala, Nani mengambil peran dalam kejayaan United di stadion Luzhniki tersebut.

Masuk menggantikan Wayne Rooney pada menit ke-101, ia diberikan mandat sebagai penendang kelima dalam drama adu penalti. Nasib United untuk mengangkat si Kuping Besar saat itu berada di tangannya. Gagal, maka Chelsea yang akan memastikan diri menjadi juara. Beruntung, Nani sukses mencetak gol meski bola sebenarnya bisa ditepis oleh Petr Cech. Penalti itu kemudian menjadi titik balik bagi United karena John Terry gagal menjalankan tugasnya sebagai penendang kelima dan berlanjut dengan keberhasilan Van der Sar menepis sepakan penalti Nicolas Anelka.

Inkonsistensi yang Merusak Karir Nani

Banyak masa-masa indah yang dirasakan Nani semasa berkarir di kota Manchester selain trofi Liga Champions. Hengkangnya Cristiano Ronaldo membuka kesempatan bagi dirinya untuk mengisi satu tempat di lini tengah. Beberapa gol spektakuler seperti ke gawang Arsenal dan sepakan jarak jauh ke gawang Spurs, Middlesbrough, dan Liverpool adalah beberapa momen penting yang pernah ia buat.

Musim 2010/11 merupakan musim terbaik Nani selama membela United. Ia menjadi pemain inti nyaris di seluruh pertandingan Premier League. Ia membuat 8 gol di liga dan mengoleksi 17 asis yang menjadikannya sebagai pemain dengan asis terbanyak. Namanya terpilih sebagai pemain terbaik klub dan masuk dalam PFA Team of the Season. Ia juga masuk dalam nominasi pemain muda terbaik meski kalah dari Jack Wilshere.

Namun, itulah satu-satunya musim ketika Nani tampil bagus selama satu musim kompetisi. Baik sebelum dan setelahnya, ia tidak bisa menjadi pemain inti karena berbagai permasalahan. Cedera dan konsistensi permainan yang membuatnya kerap keluar masuk bangku cadangan.

Dari data yang didapat, Nani rata-rata hanya 16 kali menjadi starter di Premier League tiap musimnya. Jumlah itu tidak sampai setengah dari total pertandingan liga. Bahkan dalam musim terakhir Sir Alex Ferguson, ia hanya bermain tujuh kali sejak awal.

Ketika pertama kali direkrut, Ferguson sudah tahu kalau konsistensi menjadi masalah yang dibawa Nani dari klub sebelumnya. Namun karena memiliki kemampuan sepakbola yang tinggi, maka ia tetap direkrut sebagai pemain anyar Setan Merah.

“Terkadang, Nani belum dewasa. Dia belum konsisten, tetapi dia punya naluri sepakbola yang bagus. Kedua kakinya sangat aktif, punya kekuatan fisik, dia punya kemampuan melepas umpan silang yang bagus. Kalau membeli pemain seperti itu, tugas kita adalah tinggal menatanya agar lebih konsisten,” tutur Ferguson.

Ketika berada dalam performa terbaiknya, Nani bisa menjelma menjadi pemain yang begitu hebat. Namun ketika konsistensinya mulai bermasalah, maka ia bisa menjadi pemain yang egois. Sikap mementingkan diri sendiri ala Nani sempat membuatnya menjadi pemain yang tidak begitu disukai dalam skuad. Kerap membuat trik yang tidak perlu, tembakan jarak jauh yang terlalu ambisius, dan beberapa pengambilan keputusan yang buruk membuatnya beberapa kali dicibir oleh pendukung United sendiri.

“Saya pikir hal yang paling membuat Anda frustrasi adalah ketika tim memiliki pemain yang kemampuannya tidak diragukan, kemampuan yang hebat, namun jarang muncul dalam pertandingan yang sesunggunya,” kata Rio Ferdinand mengkritik rekan setimnya tersebut.

Perpanjangan Kontrak Terburuk Bersama United

Sejak kejayaan musim 2010/11 tersebut, permainan Nani makin lama semakin menurun. Jumlah caps-nya semakin merosot. Begitu pun dengan gol dan asis yang semakin hari semakin minim. Menariknya, United justru memberikan perpanjangan kontrak lima tahun pada 2013.

Momen yang seharusnya indah tersebut justru menjadi momen terburuknya. Ia sulit mengembalikan kebugarannya karena cedera yang terus menggerogoti. Sampai pada akhirnya Louis van Gaal datang dan melepasnya ke Fenerbahce pada musim panas 2015 setelah sempat dipinjamkan lagi ke Sporting sebagai bagian dari transfer Marcos Rojo.

“Perpanjangan kontrak yang seharusnya menjadi momen terbaik, seketika berubah menjadi yang terburuk. Setelah tanda tangan kontrak, Anda akan berpikir orang akan mendukung Anda dan membantu Anda. Namun yang terjadi adalah saya semakin terpuruk dalam cedera. Momen yang benar-benar mengecewakan saya.”

“Van Gaal berkata kepada saya kalau saya tidak akan menjadi pilihan pertamanya. Saya menolak karena saya berada di sini selama bertahun-tahun dan menjadi pemain penting bagi klub ini. Saya ingin main di semua pertandingan,” tuturnya.

***

Perpisahan Nani dengan United memang tidak berakhir dengan baik. Disinyalir, ia mengganti nomor telepon genggamnya karena tidak mau lagi berkomunikasi dengan LVG pada saat dia dipinjamkan ke Sporting.

Namun terlepas dari segala masalah yang menaungi pemain yang sekarang bermain di MLS tersebut, Nani tetap akan selalu dikenang sebagai pahlawan bagi Setan Merah. Pahlawan yang memberikan klub ini gelar ketiga di kejuaraan tertinggi Eropa. Satu momen manis yang menutupi perjalanan karirnya yang cenderung biasa saja.