Di Piala Dunia 2014 Brasil, tidak ada nama lain yang melekat begitu buruk di benak penggemar Brasil selain Juan Camilo Zuniga. Gelandang berkebangsaan Kolombia tersebut membuat tumpuan Brasil, Neymar, mengalami cedera parah yang membuatnya tak bisa bermain di laga semifinal. Dampak dari cederanya Neymar amatlah besar buat Brasil, karena di semifinal Selecao dibantai 1-7 oleh Jerman.

Mimpi buruk penggemar Brasil pun kini menular kepada penggemar Manchester United. Zuniga, yang kini berbaju kuning-hitam Watford, hanya perlu 53 detik untuk membuyarkan segala harapan penggemar Manchester United. Golnya pada menit ke-83 atau kurang dari semenit setelah ia masuk menggantikan Etienne Capoue, membuat kedudukan berubah untuk keunggalan Watford 2-1.

Dalam pertandingan Minggu (18/9) petang tersebut pada akhirnya United kalah 1-3, setelah Watford kembali mencetak gol pada injury time lewat penalti Deeney. Namun, gol Zuniga jelas amat berkesan karena setelah gol tersebut ada perubahan besar pada intensitas pertandingan.

Lantas, siapa sebenarnya Zuniga? Apa yang membuatnya “menarik” untuk dibicarakan?

Penghancur Harapan Brasil

Nama Zuniga mencuat saat ia berkostum Kolombia di Piala Dunia 2014. Sebenarnya, penampilannya menjadi perbincangan karena dengan berposisi sebagai wingback, Zuniga terlihat aktif baik saat bertahan maupun menyerang.

Di luar kemampuan teknisnya, nama Zuniga meledak di perempat final Piala Dunia 2014 kala Kolombia menghadapi Brasil. Dalam pertandingan tersebut, Zuniga terlibat dalam duel perebutan bola bersama Neymar.

Pemain kelahiran 14 Desember 1985 tersebut menyongsong bola dengan kakinya, sementara Neymar menerima bola dengan dadanya. Di saat yang sama, Zuniga melompat dan menerjang punggung Neymar. Pemain yang membela Barcelona itu pun memegangi punggungnya sembari bergulingan di atas rerumputan. Para penonton pun berdiri dan mulai memaki Zuniga saat melihat Neymar ditandu tak berdaya ke luar lapangan. Ancaman terhadap Zuniga kian masif terutama setelah didiagnosis tidak bisa tampil di pertandingan semifinal menghadapi Jerman.

Absennya Neymar ternyata begitu berpengaruh. Dalam hal taktik, pelatih Brasil, Luis Felipe Scolari, mesti mengutak-atik lini depan. Padahal, Neymar perannya tak tergantikan karena selalu bertanding sejak fase grup. Sang pengganti pun kelimpungan karena selain secara teknis tidak bisa menyamai Neymar, ia pun mendapatkan tekanan psikologis yang berat karena menanggung beban sebagai pengganti Neymar. Tekanan psikologis ini pun menyebar ke semua penggawa Brasil. Saat wasit meniup peluit akhir pertandingan, pertandingan itu akan dikenang sebagai “Pembantaian di Maracana”.

Lantas, pertanyaan siapa yang menghancurkan Brasil di Piala Dunia 2014 mungkin akan berakhir dengan jawaban: “Jerman”. Namun, tanpa “bantuan” lutut Zuniga, barangkali Jerman akan menghadapi “Brasil yang lain” bukan Brasil yang seperti biasanya; yang ditargetkan menjadi juara dunia.

Melelang Kostum Penghancur Brasil

kostum-zuniga

Zuniga bilang begini usai kejadian tersebut, “Hubungan dengan Neymar begitu baik.” Namun, tentu selalu ada hal yang menjadi beban dalam pikiran Zuniga. Terlebih ancaman pembunuhan sering dialamatkan kepadanya.

Media membuat masalah kian meruncing. Mereka, utamanya media Brasil, dengan begitu intens memberitakan soal cederanya Neymar dari waktu ke waktu. Hal ini jelas menyulut amarah suporter Brasil yang terus terkenang dengan tragedi tersebut. Media menggambarkan dengan detail dari bagaimana Neymar meringis kesakitan, dibawa ke rumah sakit, sampai keluar dengan kursi roda.

Tentu di luar apa yang menjadi niat sebenarnya Zuniga, tidak ada yang mau kejadian itu terjadi. Neymar cedera, sementara Zuniga dicela. Momen itu adalah momen yang tak menyenangkan bagi kedua belah pihak.

Beberapa waktu berselang, kostum merah Kolombia milik Zuniga dilelang di situs Bazarsports. Kostum tersebut dilelang dengan nilai awal 500 dollar, tetapi kemudian melonjak hingga 2200 dollar.

Barangkali, salah satu alasan pelelangan kostum tersebut tak lepas dari beban berat yang ada di pundak Zuniga. Kostum tersebut memang melambungkan namanya sekaligus memberi dampak psikologis yang buruk. Melepas kostum tersebut dengan “membuangnya” diharapkan mampu memupus kenangan buruk itu.

Bisa Main di Banyak Posisi

Zuniga baru hijrah ke Eropa saat memperkuat Sinna pada musim panas 2008. Penampilannya yang atraktif di Siena membuat Napoli tertarik untuk meminangnya. Kehadiran Dries Mertens lambat laun menggeser Zuniga di Napoli.

Kehadiran Mertens di Napoli membuat Zuniga bertransformasi menjadi seorang winger. Kemampuan menyerangnya pun kian terasah terutama dalam menggiring bola dan mengirimkan umpan silang. Namun, masalah kembali muncul saat Lorenzo Insigne hadir di Napoli yang dengan segera menjadi pilihan utama Maurizio Sarri. Zuniga pun kembali tergeser dan dipinjamkan ke Bologna pada musim dingin 2016.

Di Bologna, Zuniga beradaptasi menjadi seorang fullback dalam formasi empat bek. Kemampuan bertahannya pun semakin terasah terutama untuk menghalau serangan lawan.

Zuniga pun menjadi punya banyak pilihan bagi pelatih. Beruntung baginya karena ia dipinjamkan ke Watford dan bertemu dengan Walter Mazzarri yang menggunakan skema tiga bek. Namun, hal ini tidak serta merta membuat Zuniga mampu menggeser Jose Holebas yang tak kalah bagusnya sebagai wingback. Zuniga, justru menjadi gelandang bertahan, seperti yang juga ia lakukan di timnas Kolombia untuk Piala Dunia 2014.

Bermain di bawah arahan Mazzarri membuat nama Zuniga kemungkinan akan kembali mencuat. Meski cuma bermain 26 menit di liga dan belum sekalipun menjadi starter, harapan itu masih tetap ada.

Tentang Paul Pogba

Pogba baru mencetak satu gol buat Setan Merah kala mengalahkan Leicester City 4-1. Sebelumnya, penampilan Pogba begitu disorot karena sebagai pemain termahal di dunia, kontribusinya masih belum terlihat.

Soal ini, Zuniga yang pernah bermain di Liga Italia tahu kalau Pogba tak akan lama lagi menemukan performa terbaiknya.

“Aku tahu Pogba sejak dari Italia. Dia adalah pesepakbola top. Sedikit demi sedikit dia akan beradaptasi dengan Premier League,” kata Zuniga.

Pemain yang mengawali kariernya di Atletico Nacional ini pun meyakinkan publik bahwa wajar bagi pesepakbola untuk bermain seadanya seusai liburan. Terlebih, Pogba mengisi jeda antarmusim dengan berlibur, bukan berlatih seperti kebanyakan pemain lain.

“Dia adalah pesepakbola yang akan membuat perbedaan di United sepanjang musim ini,” ucap Zuniga. “Aku tak tahu apakah di situ posisi terbaiknya. Itu terserah Mourinho untuk memutuskan di mana Pogba semestinya bermain. Mou adalah manajer hebat dan aku yakin ia pun akan melakukan yang terbaik untuk Pogba.”

Sementara itu, Zuniga agaknya punya rasa hormat yang besar pada Mourinho. Menurut beberapa sumber, sebelum pertandingan menghadapi United, keduanya sempat bersalaman.

“Aku mengenalnya dari Italia, kami berjabat tangan dan bicara tentang masa lalu,” ungkap Zuniga. “Kami hanya bercanda, bertanya soal keadaan masing-masing. Saat aku masuk, aku ingin memberi semuanya melawan Manchester United. Saat masuk ke lapangan, aku adalah seorang profesional.”

***

Memang memalukan United kalah dari Watford yang merupakan “anak bawang” di Premier League. Terlebih kekalahan tersebut diawali dari gol Zuniga, pesepakbola yang kariernya mungkin telah habis karena kesulitan bermain. Kekalahan United menjadi berkah buat Zuniga di mana ia mungkin bisa merajut kariernya kembali.