Kesebelasan perempuan Manchester United akhirnya secara resmi mendapatkan pelatih baru sebagai persiapan mereka untuk mengarungi kompetisi musim depan. Pada Jumat malam waktu Indonesia, jabatan tersebut secara resmi akan diemban Casey Stoney. Perempuan 36 tahun ini akan memimpin Red Devils untuk berkompetisi pada Divisi dua Inggris musim depan.

Casey sendiri mengaku gembira mendapatkan kesempatan ini mengingat jabatan ini didapatnya kurang dari setahun setelah mendapatkan lisensi kepelatihan. Untuk itu, dia sudah tidak sabar membawa tim perempuan Manchester United berprestasi kedepannya.

“Saya senang bergabung dengan Manchester United karena ini adalah klub terbesar di dunia. Fakta bahwa kita akan memiliki tim perempuan dan saya adalah pelatih pertamanya memberikan saya kesempatan untuk membangun tim dan membangun filosofi dengan klub terbaik di dunia,” tuturnya dalam situs resmi klub.

Tugas Casey di Manchester United terbilang berat. Selain membangun filosofi permainan, ia juga dituntut untuk bisa mendapatkan pemain-pemain yang tepat mengingat tim ini baru berdiri 11 hari yang lalu. “Tujuan utama saya adalah mengembangkan tim ini agar setiap remaja perempuan bermimpi untuk bermain di klub ini saat mereka tumbuh dewasa.”

Sementara itu Wakil Direktur Eksekutif United, Ed Woodward begitu yakin akan keputusan dewan klub menunjuk Casey sebagai pelatih anyar kesebelasan perempuan mereka. Meski pengalaman melatihnya masih minim, namun pengalaman Casey yang sudah malang melintang di sepakbola Inggris sejak lama diharapkan bisa membantu membawa klub ini meraih kesuksesan.

“Keputusan menunjuk Casey didasarkan dari pengalaman serta pengetahuan yang ia miliki dalam aspek permainan baik ketika menjadi pemain atau pelatih. Karier bermainnya yang cukup sukses diharapkan dapat membawa pengaruh positif dan kemenangan bagi tim ini,” tutur Ed.

Perjalanan Karier Casey Stoney

Ibu tiga orang anak ini bukanlah sosok sembarangan di sepakbola perempuan Inggris. Namanya sampai saat ini berada di peringkat keempat pemain putri dengan jumlah penampilan terbanyak di tim nasional. Ia juga pernah menjabat sebagai kapten tim Tiga Singa selama dua tahun sejak 2012.

Berkarier sebagai bek tengah, Casey mengawali karier sepakbolanya bersama tim perempuan Chelsea ketika usianya masih 12 tahun. Empat tahun kemudian, ia beralih ke rival Chelsea yaitu Arsenal. Kariernya bersama Meriam London berlanjut hingga ia masuk dalam tim utama pada 1999. Hingga 2002, ia meraih lima gelar bersama Arsenal termasuk treble pada 2001 sebelum memutuskan hijrah ke Charlton Athletic.

Akan tetapi, karier Casey Stoney bersama The Addicks hanya bertahan hingga 2007. Terdegradasinya tim sepakbola laki-laki dari Premier League membuat dewan klub memilih untuk membubarkan klub perempuan. Kepada BBC, Casey pernah melontarkan kekecewaannya terkait keputusan yang dianggap mengorbankan dirinya dan rekan setimnya.

Sehabis dari Charlton, ia kemudian kembali ke Chelsea namun tidak pernah meraih gelar apapun sampai 2011. Meski demikian inilah awal karier Casey sebagai pelatih ketika pada 2009 ia didapuk menjadi player-manager menggantikan Steve Jones dan membawa The Blues finis di peringkat ketiga.

Lincoln City kemudian menjadi pelabuhan baru Casey Stoney berikutnya selama dua musim. Bersama The Imps, ia bermain dalam 38 pertandingan dan sempat membawa klub ini menjadi runner up WSL Cup pada 2013. Setahun berselang, ia kembali bergabung dengan Arsenal dan meraih dua gelar FA Women’s Cup sebelum memperkuat Liverpool dan mengakhiri karier sepakbolanya bersama The Reds.

Prestasi Casey tidak hanya sebatas level klub saja. Bersama tim Tiga Singa, ia mampu mengangkat derajat kesebelasan negara Inggris dari tim yang sulit bersaing menjadi kesebelasan pengganggu dominasi sepakbola perempuan macam Amerika Serikat maupun Jepang.

Sejak debut pada tahun 2000, Casey sudah mengikuti tiga Piala Dunia dan empat Piala Eropa. Dari tujuh ajang tersebut, hanya dua kali saja Inggris gagal lolos dari babak grup. Bahkan Casey mampu membawa Inggris minimal melangkah hingga perempat final pada Piala Dunia setelah pada dua edisi sebelumnya selalu gagal melangkah ke putaran final.

Prestasi terbesarnya tentu saja ketika membawa Inggris meraih tempat ketiga pada Piala Dunia 2015 di Kanada. Akan tetapi pada turnamen tersebut, Casey lebih banyak menjadi pemain pengganti dikarenakan datang dalam kondisi cedera kaki. Meski begitu, jasa Casey memajukan kesebelasan sepakbola perempuan Inggris mendapat apresiasi berupa gelar MBE. Universitas Essex juga memberikan penghargaan kepadanya beberapa minggu sebelum kejuaraan tersebut. Pada 21 Oktober 2017, ia menjalani pertandingan Internasional terakhirnya menghadapi Prancis.

***

Menarik melihat bagaimana kiprah Casey Stoney bersama United musim depan. Sebelum menerima tawaran United, Casey merupakan asisten dari pelatih tim sepakbola perempuan Inggris saat ini yaitu Phil Neville. Setelah sukses di London, kini Manchester menjadi rintangan yang harus dihadapi dalam lembaran baru seorang Casey Stoney.