Baru-baru ini, nama Marcos Rojo banyak dibicarakan. Alasannya adalah karena pada pertandingan melawan FK Rostov di Old Trafford, ia terlihat memakan pisang saat pertandingan berjalan. Jose Mourinho merasa bek asal Argentina itu kelelahan dan pisang dapat memberinya tenaga tambahan. Bagaimana tidak kelelahan, ia bermain 90 menit penuh sebanyak lima kali selama tiga mingu belakangan.

Rojo memang menjadi andalan Mourinho untuk mengawal lini pertahanan United. Duetnya dengan Phil Jones dapat dikatakan duet yang kokoh. Agresivitas yang dimilikinya diperlukan bagi tim yang bermain menyerang seperti United agar tidak kecolongan lewat serangan balik. Selain itu, kemampuan bermain di posisi bek kiri juga menguntungkan Mourinho dalam memilih pemain yang akan dilibatkan ke pertandingan.

Jauh sebelum berseragam United, Rojo terlebih dahulu melalui berbagai hal, berkenalana di beberapa negara di Eropa, barulah akhirnya bermain di Old Trafford. Pemain yang bernama lengkap Faustino Marcos Alberto Rojo itu lahir tepat 27 tahun yang lalu di La Plata. Ia memulai karir sepakbolanya ketika bergabung dengan klub lokal Estudiantes de La Plata ketika menginjak usia 10 tahun.

Baca juga: Marcos Rojo, Si Tukang Tekel dari La Plata

Berlatih di Estudiantes

Rojo memiliki tekad yang luar biasa sejak kecil. Untuk berlatih bersama Estudiantes, ia harus melalui perjalanan  pulang-pergi sekitar 20 kilometer. Jaraknya memang tidak jauh-jauh amat, namun perjuangannya menuju pusat latihan Estudiantes-lah yang harus diacungi jempol. Ia menempuh jarak itu dengan cara mengayuh sepeda. Rojo tidak keberatan untuk melakukan pengorbanan demi mewujudkan impiannya menjadi pesepakboa profesional.

“Sulit di Argentina untuk keluar dari lingkungan saya. Ini adalah lingkungan yang buruk. Saat itu, ayah saya tidak memiliki mobil atau apa pun dan tempat latihan tidak dekat dengan rumah kami,” ujar Rojo

“Jadi, kami harus pergi dengan sepeda. Kami berdua pergi dengan sepeda untuk waktu yang lama. Ayah saya menjual sesuatu di jalan dan dia akan kembali menjemputku. Itu perjalanan cukup panjang dan saya mendapat pemanasan yang cukup!” tambahnya.

Ia juga didukung dengan ayahnya yang membantu untuk mendorong Rojo bermain lebih baik. Ayahnya, Marcos Rojo Senior juga seorang pesepakbola. Namun ia hanya bermain di tim amatir bernama El Cruce. “Saya bisa melihat semangat dia. Saya bisa melihatnya dalam dirinya dan saya bisa melihat diriku dalam dirinya karena dia akan pergi setelah setiap bola. Dia selalu berbeda dengan anak-anak lain seusianya,” ujar ayah Rojo.

Sejak muda, Rojo sudah menerima pujian atas kemampuannya. Pelatih tim muda Estudiantes, Gabriel San Milan mengungkapkan bahwa Rojo muda memiliki potensi yang baik. “Secara teknis, dia adalah pemain yang bagus. memiliki keterampilan yang baik dan dasar yang baik. Tapi, hal yang selalu keluar tentang dia adalah keinginan untuk selalu berbuat lebih baik. Evolusinya sebagai pemain luar biasa. Ketika berusia 18 atau 19 tahun, dia mulai mengembangkan fisik.”

Rojo yang saat itu bermain sebagai bek kiri dipromosikan ke tim utama pada musim 2008/2009. Meski lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan, ia terus berusaha untuk meyakinkan pelatihnya. Musim selanjutnya, Rojo mulai bermain reguler. Rojo adalah salah satu pemain yang berkontribusi dalam gelar Copa Libertadores yang diraih Estudiantes. Ia juga sukses mempersembahkan trofi Liga Apertura di musim selanjutnya.

Ia kemudian mengawali karirnya di Eropa usai  ditebus Spartak Moskow pada Desember 2010. Di Rusia, ia tidak banyak mendapat kesempatan. Namun Rojo justru berhasil mencicipi debut bersama tim nasional Argentina pada Februari 2009 kala menghadapi Argentina. Ia juga masuk ke dalam skuat tim Tango yang bermain di Copa America 2011.

Piala Dunia yang Mengubah Peruntungannya

Di fase grup vs Iran.

Satu setengah musim membela Spartak Moskow, ia pindah ke Portugal untuk membela Sporting Lisbon. Bersama Sporting, namanya mulai dikenal. Dua musim bersama Sporting, ia mencatatkan 61 penampilan. Puncaknya adalah ketika ia masuk ke skuat Argentina untuk Piala Dunia 2014.

Penampilannya sebagai bek kiri mencuri perhatian orang banyak. Rojo mencetak gol kemenangan Argentina atas Nigeria di pertandingan terakhir grup. Ia menjadi satu-satunya pemain Argentina yang masuk dalam 11 pemain terbaik Piala Dunia 2014 usai mencatatkan 15 intersep, 17 tekel, dan 191 umpan. Pada babak semi final, ia berkontribusi dalam cleansheet yang dicatat Argentina kala menghadapi Belandanya Louis van Gaal. Ia juga berhasil melakukan nutmeg terhadap Arjen Robben pada pertandingan itu.

Penampilan impresifnya dalam laga semi final itu bukan hanya mengantarkan Argentina ke partai puncak, tapi juga mengantarkannya ke Manchester United. Usai Piala Dunia 2014, Van Gaal dipilih menjadi manajer United menggantikan David Moyes dan Rojo adalah salah satu incaran utamanya.

Piala Dunia 2014 memang berhsil mengubahnya. “Yang benar adalah hidup saya berubah total setelah Piala Dunia. Manchester United melakukan tur di Amerika Serikat dan mereka mengatakan bahwa ketika kembali, saya berada di pikiran mereka, tetapi mereka masih tidak tahu. Saya harus menunggu,” ujar Rojo.

“Ketika mereka mengatakan itu, saya tidak seakan percaya. Saya merayakannya, melompat di sekitar rumah dengan istri saya. Itu luar biasa mendapati Manchester United tertarik kepada saya. Untuk itu menjadi begitu nyata, itu sangat menarik,” tambahnya.

Transfer itu rampung usai United menyetujui angka 17 juta paun sebagai maharnya. Ia meninggalkan keuntungan besar bagi Sporting yang membelinya seharga 3,5 juta paun dari Spartak Moskow. Sporting juga mendapatkan Luis Nani secara cuma-cuma.

Selamat ulang tahun, Marcos Rojo!