foto: latintimes.com

Javier “Chicharito” Hernandez Balcazar dikenang sebagai sosok pembeda saat Manchester United mengalami kebuntuan. Meski biasanya bermain tak lebih dari 45 menit, tapi ia mampu mengubah hasil akhir pertandingan. Menjadi wajar kalau julukan “supersub” melekat sebagai nama tengahnya.

Meskipun demikian, tidak sedikit orang yang menganggap kalau pengaruh Chicharito di atas lapangan tidak begitu besar. Ia cuma berkeliaran di kotak penalti dan mencari ruang untuk mencetak gol, biasanya dengan memanfaatkan kesalahan pertahanan lawan. Gol-gol yang ia cetak pun dianggap sebagai kebetulan belaka.

Namun, hal ini jelas mudah untuk disanggah. Hampir semua gol Chicharito dicetak di dalam kotak penalti, sama seperti yang dilakukan Jamie Vardy pada musim lalu. Ini berarti, ada pola khusus atau skema tertentu yang menjadi senjata utama Chicharito.

Dijual ke Leverkusen

Chicharito memang sempat dipinjamkan ke Real Madrid pada awal musim 2014/2015 dengan status pinjam-beli. Pada akhir musim, El Real memutuskan untuk tidak mengontrak Chicharito secara permanen yang membuat pemain kelahiran 1 Juni 1988 ini kembali ke Manchester.

Asa itu sempat hadir di musim kedua United di bawah arahan Louis van Gaal. Lalu, keputusan mengejutkan itu hadir pada akhir bursa transfer musim 2015/2016. Manajemen memutuskan untuk menjual Chicharito ke Bayer Leverkusen; sebuah keputusan yang berdampak besar pada dua hal: prestasi dan keuangan United.

Di Leverkusen, Chicharito kembali menunjukkan penampilan terbaiknya. Hal ini pun menular dengan apiknya penampilan Chicharito di timnas Meksiko.

Bersinarnya Chicharito di Jerman, ternyata masih disesalkan hingga saat ini oleh mantan bek United, Rio Ferdinand.

“Spurs harus mewaspadai rekan setimku di United, Javier Hernandez, karena ia adalah striker potensial yang selalu menuntaskan peluang,” kata Ferdinand dikutip dari Evening Standard.

Ferdinand masih tak percaya dengan United yang menjual Chicharito ke Leverkusen. Terlebih biaya yang dikeluarkan Leverkusen terbilang kecil: 7,3 juta paun.

“Saat Anda melihat pasar pemain saat ini, sungguh sulit dipercaya uang kecil yang dikeluarkan Bayer Leverkusen,” kata Ferdinand.

Kehilangan Chicharito membuat lini serang United seolah kehilangan pemain yang menjadi pembeda. Di sisi lain, United pun tidak mendapatkan harga sepadan dari penjualan Chicharito tersebut.

Tak Perlu Pembuktian

Musim lalu, Chicharito mencetak 17 gol di Bundesliga; jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pemain United di Liga Primer Inggris. Total, Chicharito telah mencetak 22 gol dari 36 pertandingan di Bundesliga.

Rio pun mengungkapkan teori tentang mengapa Chicharito gagal berkibar di Manchester United.

“Aku pikir di Manchester United dia selalu merasa bahwa ada seseorang di depannya. Ada seorang Wayne Rooney, seorang Robin van Persie, yang selalu menjadi penyerang nomor satu, tak peduli sekeras apapun ia (Chicharito) lakukan,” kata Ferdinand.

Akhir tahun lalu, setelah berseragam Leverkusen, Chicharito pernah mengungkapkan alasannya pergi dari Manchester. Menurutnya, ia tak memiliki tempat dalam strategi Louis van Gaal, yang mana hal ini diketahui dari mulut si meneer itu sendiri.

“Aku bicara dengan Van Gaal dan ia berkata bahwa peluangku main di posisiku hanya satu persen. Jadi, aku pindah ke Bayer,” ucap Chicharito.

Perbincangan tersebut membuat Chicharito kian semangat saat pindah ke Bayer. Ia merasa dirinya penting, bukan karena gol demi gol yang ia cetak, tapi karena ia merasa yakin akan mendapatkan kesempatan bermain.

“Aku bersyukur atas kepercayaan Ferguson. Aku rasa ia pelatih terbaik yang pernah ada terutama dalam keahlian manajemen skuat; bahwa setiap pemain memiliki tempat,” kata Chicharito kala itu.

Rabu (2/11) malam  nanti, Chicharito akan kembali ke Inggris bersama Bayer Leverkusen dalam babak fase grup Liga Champions Eropa. Namun, ia menegaskan kalau ia tak akan membuktikan apapun terkait soal dirinya yang kembali ke Inggris. Chicharito bahkan membuat pernyataan yang menusuk.

“Saat aku pergi, aku mencatatkan rekor sebagai keempat terbaik dalam sejarah soal catatan menit dan gol di Premier League. Itulah yang aku lakukan di United,” beber Chicharito.

Chicharito memang tidak perlu membuktikan apapun karena rekor golnya di United sudah menjelaskan semuanya. Pemain yang mengawali karier di Guadalajara ini mencetak 59 gol dari 156 pertandingan untuk United, yang mayoritas dicetak setelah masuk dari bangku cadangan.

“Aku punya banyak teman dan kenangan baik di Premier League. Di tiap sendi kehidupan segalanya bisa lebih baik atau menjadi buruk tapi aku menikmatinya,” tutur Chicharito.

Di United, Chicharito selalu menampilkan yang terbaik; Pun saat ini ketika membela Bayer Leverkusen yang menurutnya merupakan salah satu kesebelasan terbaik di Jerman.

“Aku melakukan yang terbaik, menikmati hal terbaik yang aku cintai dalam hidupku yang tak lain itu adalah sepakbola, jadi aku sangat senang dan gembira,” tutur Chicharito.

Malam ini, Chicharito akan kembali ke Inggris, meski tujuannya kini adalah London, untuk menghadapi Spurs. Namun, setidaknya Chicharito bisa bersyukur karena kalau masih bertahan di United, ia mungkin masih akan menghangatkan bangku cadangan dan bermain di Liga Malam Jumat.