Foto: Talksport.

Selama interval waktu antara situasi Max Taylor pertama kali didiagnosis dan proses pemulihannya, Manchester United telah mengganti posisi manajer mereka. Taylor sudah berbesar hati ketika ia mendapat dukungan dari Jose Mourinho. Namun setelah itu, situasinya sedikit berbeda karena yang berada di kursi manajer United adalah Solskjaer –seorang yang juga menyadari kisah beratnya berjuang melawan kanker.

“Jose Mourinho hebat. Saya ingat ketika saya berjalan ke gym suatu hari, dia merangkul bahu saya, bertanya apa yang terjadi, apa yang saya persiapkan dan memberi saya kata-kata dukungan. Ketika saya kembali, hari pertama saya tampak mengejutkan. Saya datang untuk melihat para staf pelatih baru seperti Kieran McKenna dan Michael Carrick,” ujar Max Taylor dikutip dari BBC Sports.

“Yang tambah mengejutkan, saya melihat Ole, dan dia membawa saya ke kantornya, kemudian mengundang saya keluar untuk menonton skuat tim pertama. Saya hanya berdiri di sana dan berbicara. Itu adalah cara yang bagus untuk dapat kembali suatu hari, dan itu sangat menggembirakan. Saat itu, apa yang terjadi adalah sangat besar bagi saya. Saya pikir dia (Ole) mungkin tidak ingat.”

Pada 22 Oktober lalu, Max Taylor akhirnya berhasil kembali ke lapangan dan bermain sebagai pemainpengganti dalam pertandingan antara United U-23 melawan Swansea U-23. Lalu, pada 22 November, ia bermain kembali. Kali ini pertandingan berlangsung di Old Trafford saat United U-23 mengalahkan Sunderland dengan skor 3-0.

Tidak sampai disitu, saat ini Taylor telah mendapatkan pengalaman pertamanya untuk bermain bersama tim utama United dalam pertandingan melawan Astana di Kazakhstan. Solskjaer sengaja mengistirahatkan banyak pemain regulernya dikarenakan Setan Merah sudah dipastikan lolos ke babak sistem gugur Europa League. Oleh sebab itu, manajer asal Norwegia tersebut kemudian dengan sengaja memainkan banyak pemain akademi di dalam skuatnya.

“Ada sebuah tim di Manchester United yang tidak dilihat banyak orang. Tim itu seperti keluarga. Ketika saya kembali, orang-orang yang tidak berada di garis depan pertunjukan Manchester United, seperti staf kebersihan dan para koki, bertanya kepada saya bagaimana saya bisa kembali. Pertanyaan itu sangat berarti. Begitu saya mulai berlatih lagi, saya hanya ingin diperlakukan sama seperti orang lain. Saya sudah mengenal beberapa rekan satu tim saya sejak saya berusia 14 tahun. Mereka adalah teman terbaik saya,” kata Taylor ketika berhasil kembali bermain utnuk United.

“Saat itu situasinya berbeda, dan saya benar-benar merasa baik. Saya tidak akan mengabaikan fakta bahwa saya menderita kanker, tetapi saya tidak ingin itu menjadi apa yang orang ingat dari saya. Saya ingin menjadi orang yang baik. Saya berambisi menjadi pesepakbola hebat, dan menjadi seseorang yang akan memberi dampak positif pada United.”

Meskipun sudah dapat kembali bermain ke atas lapangan, ternyata Max Taylor masih dalam tahap pengawasan. Pekan lalu, tepat 12 bulan setelah didiagnosis menderita kanker, Taylor kembali ke rumah sakit kanker The Christie di Manchester untuk melakukan beberapa pemeriksaan.

Terlepas dari itu, rasanya sulit untuk membayangkan apa yang dialami Max Taylor. Namun yang jelas, sekarang ia sudah kembali sehat, dan tidak menuntut kemungkinan bahwa kesembuhannya ini akan memberikan dampak yang signifikan untuk kariernya di Manchester United.

“Saya sudah melewati ini. Ada beberapa pemain di sana (United) yang sudah menunggu saya. Jesse Lingard memberi saya baju untuk dikasihkan kepada seorang pemuda bernama Kieran. Dia berusia 11 tahun. Seluruh keluarganya harus turun dari Skotlandia. Mereka menghabiskan 39 malam jauh dari rumah, di sebuah hotel. Itu membuat saya merasakan apa arti menjadi pemain sepakbola,” terang Taylor ketika menanggapi perasaannya saat ini.

“Sekarang kita semua akan merayakan Natal. Saya merasa berbeda sekarang, dan ketika saya membayangkan para penderita kanker: ‘mengapa mereka harus mengalami hal itu di saat-saat ini (Natal)?’ Saya sudah tahu rasanya. Saya bersyukur bahwa saya sudah lebih baik daripada yang sebelumnya, dan saya akan terus mengingat kalau saya pernah ada posisi terendah.”

Sumber: BBC Sports