Foto: manutd.com

Banyak yang merasa keputusan Luke Shaw untuk pindah ke Manchester United adalah sesuatu yang salah. Sebelum kepindahannya, ia ditawar dengan begitu serius langsung oleh Bos Chelsea kala itu, Jose Mourinho.

Pada akhirnya, Shaw justru mengikuti mentor Mou, Louis van Gaal, untuk bergabung bersama United. Kala itu, untuk mengingkari perasaan kecewanya, Mou cuma berujar kalau gaji Shaw kemahalan.

Awalnya, Shaw tampak menjanjikan dengan banderol nilai transfer 30 juta. Namun, ia justru lebih sering berkutat dengan cedera. Di sisi lain, Chelsea, kesebelasan yang ditolak Shaw tampil sebagai juara Premier League 2014/2015.

Kini, Shaw baru saja sembuh dari cedera yang membuatnya hanya tampil sebanyak 23 kali selama dua musim membela United. Lebih “anehnya” lagi, kini ia ditangani oleh Mourinho, pria yang dulu pernah menginginkannya.

Dianggap Berpengaruh Buruk

Hijrah ke United dengan harga yang tinggi membuat banyak orang, termasuk Paul Scholes, mempertanyakan hal itu. Dengan usia yang masih belia, 19 tahun, Shaw sudah mendapatkan gaji 100 ribu paun perpekan.

Angka tadi kelewat besar apalagi kalau dibandingkan dengan 28,8 juta paun untuk Ander Herrera yang dianggap lebih berkontribusi. Herrera bisa dipasang sebagai gelandang tengah maupun gelandang serang. Ia punya peran memberikan umpan sampai mencetak gol. Tak sepadan dengan seorang Luke Shaw.

Scholes pun menganggap nilai transfer Shaw terlalu tinggi dan menunjukkan adanya kenaikan harga pada para pemain Inggris. Scholes yang menulis untuk Paddy Power, lebih memilih United membeli penyerang yang sudah terbukti mampu mencetak 30 gol sepanjang musim.

“Nilai 34 juta paun yang diajukan untuk pemain 18 tahun, Luke Shaw, ke Manchester United, adalah contoh lain yang akan memiliki dampak jangka panjang yang buruk,” tulis Scholes.

“Untuk seorang bek kiri, dihargai 34 juta paun menunjukkan betapa bodohnya sepakbola kini. Untuk uang sebesar itu, aku ingin seorang penyerang tengah yang bisa mencetak 30 gol semusim.”

Namun, bagi sebagian orang, termasuk penulis, harga tersebut masih bisa disebut wajar. Apalagi yang mengeluarkan uang itu adalah United, salah satu kesebelasan terkaya di dunia. Nilai 30 juta paun amat sepadan bagi seseorang yang kini baru 21 tahun, dan sudah mengecap Piala Dunia sejak usianya 18 tahun. Belum lagi, ia dibesarkan oleh salah satu akademi terbaik di Inggris: Southampton.

Hal ini pun diakui oleh Herrera bahwa Shaw akan menjadi salah satu yang terbaik. “Kami sangat senang dengannya karena ia telah melewati masa-masa sulit,” ucap Herrera kepada Dailymail.

Mourinho pun berharap kalau Shaw terus sehat agar ia bisa mengemban pos di bek kiri. “Kami punya salahsatu bek kiri terbaik di dunia dan kami ingin memanfaatkan keunggunanya itu. Dia telah bermain selama 90 menit setelah 10 bulan tak bermain,” ungkap Mou.

“Anda bisa melihat kalau dia sangat cepat terkadang saat Anda tidak menggiring bola, Anda bisa membuat kesalahan, tapi dari apa yang kami inginkan dari Luke adalah dia mampu mencapai garis terakhir untuk membuat umpan silang dan ia melakukannya.”

Dihajar Ashley Young

Di era Louis van Gaal, Young masih bukan pilihan utama di sayap kiri. Namun, bukan hal yang aneh pula kalau ia justru main di bek kiri.

Sebelum musim bergulir, Young, secara tak sengaja, melakukan hal yang buat banyak orang mengerikan. Saat melakukan perebutan bola, kakinya menendang tulang kering kaki kanan Shaw. Namun, reaksi Shaw justru di luar dugaan.

“Tidak cukup kuat untuk menjatuhkanku, tapi Anda bisa mendengar suara retakan di deker. Ini adalah pertama kalinya seseorang benar-benar menendangku sejak aku mulai berlatih lagi. Segera setelah itu, reaksi Young adalah [menutup wajahnya]: ‘Ah, sial,” ungkap Shaw dalam wawancara eksklusif dengan jurnalis The Guardian, Daniel Taylor.

Young lantas menghampiri Shaw dengan wajah muram sembari menanyakan keadaannya. “Anda bisa bilang kalau dia merasa sangat buruk, tapi dia tidak perlu. Dia menghajar kakiku, tapi tak masalah. Aku baik-baik saja, dan aku membutuhkan tendangan itu,” kata Shaw.

Musim ini, Shaw sudah tampil sebanyak tiga kali. Ia sudah hampir setahun absen di Premier League setelah kakinya dihajar sampai dua tulangnya patah oleh Hector Moreno. Pada malam di Philips Stadion tersebut, Shaw dipastikan tak akan bisa main setidaknya hingga akhir musim.

Luke Shaw patah tulang memang mengerikan. Tekel yang dilakukan Moreno bisa dibilang yang paling horor, bukan cuma bagi Shaw, tapi juga oleh para penggemar sepakbola di dunia. Shaw menjabarkan seperti ini, “[Aku] memegangi pahaku dan melihat ke arah kakiku, dan yang ku lihat kakiku hanya tergantung di sana.”

Dendam pada Moreno

Luke Shaw saat diangkut tim medis di Stadion Phillips, kandang PSV Eindhoven. Foto: Espnfc.com
Luke Shaw saat diangkut tim medis di Stadion Phillips, kandang PSV Eindhoven. Foto: Espnfc.com

Mendapatkan cedera yang begitu parah di usia yang muda akan membuat seseorang berpikir ulang soal apa yang ia kerjakan. Tentu, risiko menjadi pesepakbola terlihat lebih kecil ketimbang menjadi seorang pemburu teroris, misalnya. Namun, Shaw justru mengalami hal terburuk bagi seorang pesepakbola: cedera.

Penyembuhan fisik sudah pasti dilakukan di mana ia mesti beristirahat setidaknya hingga enam bulan. Hal yang paling sulit justru penyembuhan secara mental. Apakah Shaw bisa kembali menunjukkan penampilan terbaik? Apakah cedera akan membuatnya habis? Sederet pertanyaan tersebut melayang-layang di benak semua orang.

Masalah mental yang mendera Shaw salah satunya adalah memutar ulang rekaman bagaimana saat ia mendapatkan cedera. Ia berusaha memahami dan mencoba meyakininya. Namun, tulang patah Luke Shaw bukan cuma membuatnya menderita secara fisik tapi juga batin.

“Aku biasanya menyalahkan diriku sendiri. Aku lari ke kotak penalti mereka dan aku harusnya menendang dengan kaki kanan tapi aku justru ingin melakukan gerakan memotong,” ungkap Shaw panjang lebar,

“Aku ingin bola ada di kaki kiri. Dan kemudian, secara jelas, datanglah tekel itu.”

Shaw awalnya berpikir kalau itu bukanlah tekel yang buruk. Tapi semakin sering ia melihat rekaman, semakin ia berpikir kalau itu adalah tekel yang buruk.

Shaw awalnya tak ingin menyalahkan Moreno. Lagipula sang pemain sudah datang ke rumah sakit untuk meminta maaf. Tapi, seiring waktu berjalan ia mulai merasa tak adil karena ia terbaring di rumah sakit sendirian dan mengalami banyak hal buruk. Apalagi, UEFA juga dianggapnya menyebalkan karena memberi Moreno gelar man of the match dalam laga tersebut.

Merasa Tak Bisa Lagi Bermain

Tekel horor Moreno yang menggunting kaki kanan Shaw. Foto: espnfc.com
Tekel horor Moreno yang menggunting kaki kanan Shaw. Foto: espnfc.com

Saat ditekel, apa yang dirasakan oleh Shaw bukanlah rasa sakit melainkan keterkejutan melihat satu kakinya tergantung. Ia begitu marah karena tahu akibat dari kaki yang patah. Ia sempat-sempatnya mengambil telepon genggam untuk mengabari ibunya, lalu mencuit soal keadaannya. Namun, itu tak berlangsung lama karena rasa sakit mulai membuatnya menjerit.

“Mereka membuatku tertidur, tapi itu tak menghentikan rasa sakit saat aku terbangun lagi,” kenang Shaw.

Namun, merasa pahit bukanlah kepribadian Shaw. Sauatu hari nanti, ia ingin kembali ke Rumah Sakit St. Anna Ziekenhuis untuk menyapa semua orang yang telah merawatnya.

“Aku ingin berterima kasih dengan baik. Aku ingin memberikan mereka hadiah karena lihatlah, kaki ini menjadi lebih baik sekarang. Mereka adalah orang-orang terbaik. Mereka melakukan segalanya untukku dan keluarga,” kata Shaw.

Masa penyembuhan yang begitu lama membuat Shaw pernah terpikir untuk berhenti. Ini tak lain karena setelah satu bulan, Shaw mencoba berjalan, tetapi justru jatuh tersungkur. Rasa sakit pun ia rasakan setiap hari. Bahkan setelah ia ikut latihan dengan tim setelah masa penyembuhan, rasa sakit itu terus muncul.

Rasa trauma itupun mendera ibu Shaw. Ia tak mampu menyaksikan saat lawan melancarkan tekel kepada Shaw. Shaw pun masih sempat memikirkan soal tekel-tekel itu. Namun, di pertandingan terakhir, ia tak pernah memikirkannya lagi.

Membuka Lembaran Baru

Saat pertama datang ke United, Mou sempat bicara dengan Shaw. Apa yang ia bicarakan tentu sudah bisa ditebak. Mou membuat lelucon soal mengapa Shaw memilih United ketimbang dirinya di Chelsea.

“Dia ingin tahu mengapa aku tak datang. Aku hanya merasa aku punya lebih banyak kesempatan di tim utama di United,” ungkap Shaw.

Shaw menuturkan kalau Mou telah mengubah atmosfer di dalam tim. Ia pun mengaku senang dengan kehadiran Mou. Ia mulai merasakan rasa takut orang-orang saat menghadapi United dan itu adalah senjata United di musim ini. Hal ini sejalan dengan keinginan Mou untuk menjadikan Shaw sebagai bek kiri utama.

Musim ini Shaw telah mengantungi tiga caps bersama United di Premier League. Kehadiran Mou membuat segalanya menjadi tepat karena Mou adalah orang yang menginginkannya sewaktu Shaw masih membela Southampton. Dengan kondisi positif seperti ini, bukan tidak mungkin Shaw akan merajut musim yang baik dan menorehkan prestasi gemilang bersama United.

sumber: wawancara Daniel Taylor dari The Guardian.