Ada cerita-cerita menarik dalam hidup Marcos Rojo yang berulang tahun 20 Maret ini. Mulai dari tato sampai saudaranya yang tewas karena merampok. Berikut kami sajikan untuk Anda.

Rojo dan Tato yang Ia Ukir

Seperti kebanyakan pemain sepakbola, Rojo juga mengukir tubuhnya dengan tinta-tinta karya seni penato. Ia adalah tattoo aficionado, sebutan untuk orang yang sangat menyukai tato. Ia bahkan pernah menyempatkan dirinya untuk membuat tato ketika pertandingan United ditunda pada Mei 2016 lalu.

Di dadanya, teradapat tato “ForMy Family” yang akan selalu mengingatkannya kepada keluarganya. Di tulang rusuk bagian kanannya, ia mengukir gambar trofi Copa Libertadores 2009 yang pernah ia raih bersama Estudiantes. Di kakinya, ia membuat tato yang akan terus membuat ia bekerja keras dalam sepakbola. Terdaat kata “Pride” di kaki kanannya dan “Glory” di kaki kirinya.

Menyapu Bola dengan Rabona

Menempati posisi bek kiri dan cenderung menyerang pada awal karirnya membuat ia harus bisa melakukan umpan silang tajam dengan kaki kirinya. Rojo memang kidal, kaki kanannya kurang dominan. Namun tetap saja ada beberapa kondisi di mana ia harus menggunakan kaki kanannya untuk mengoper atau menyapu bola.

Pada Piala Dunia 2014 lalu, ia menghadapi kondisi seperti itu. Pada pertandingan melawan Bosnia, ia mendapat bola di penalti Argentina dan pemain dua pemain Bosnia melakukan pressing cepat untuk merebut bola darinya. Kondisi tersebut cukup menakutkan penggemar Argentina karena Rojo harus melakukan sapuan dengan kaki kanannya. Namun ia tetap menyapu bola dengan kaki kirinya. Bagimana caranya?Ya, ia melakukan rabona. Selain melakukan sapuan, ia juga pernah melakukan rabona saat melepas umpan silang.

https://www.youtube.com/watch?v=auKuHoW8p_s

Skandal Perselingkuhan dengan Instruktur Kebugaran

Pada awal tahun 2015 lalu, Rojo pernah terlibat dalam kasus skandal seks dengan instruktur kebugaran bernama Sarah Watson. Keduanya bertemu saat pesta Natal 2014 di sebuah klub di Manchester. Kejadian tersebut berujung pada Sarah yang melaporkan ke pengadilan setempat.

Singkat cerita, masalah membesar ketika nama Rojo akhirnya dibeberkan setelah sebelumnya dilindungi oleh pengadilan. Rojo yang tidak ingin karirnya hancur akibat skandal ini mengajukan perlindungan ke pengadilan untuk tidak membeberkan namanya. Namun ia akhirnya bermasalah dengan Sarah yang kabarnya meminta uang sebesar 100 ribu paun agar berita tersebut tidak sampai ke media.

Sarah sendiri membantah atas tuduhan tersebut. Ia mengungkapkan bahwa Rojo ingin menjebaknya. “Mereka yang membela Marcos mengklaim saya meminta 100 ribu pound agar tetap tutup mulut terkait pertemuan kami. Itu bohong dan mereka mengetahuinya. Mereka berusaha menjebakku,” ujar Sarah.

Pihak pengadilan akhirnya menggugurkan keputusan untuk menutupi nama Rojo dengan alasan bahwa mereka belum mendapat bukti yang cukup. Hakim Justice Warby mengatakan bahwa sebenarnya Rojo yang mencoba membeli Sarah agar tidak menyebarkan berita itu ke tabloid The Sun, media yang terkenal gemar membesar-besarkan berita.

Berita tersebut akhirnya tersebar dan Rojo mendapat masalah baru. Ia memiliki masalah dengan istrinya, Eugina Lusardo, yang saat itu tengah mengandung anak kedua mereka. Eugina bahkan pernah menggugat Rojo untuk cerai. Namun akhirnya hubungan mereka membaik dan kehidupan Rojo kembali seperti semula.

Kematian Sepupunya di Argentina

Awal Maret lalu, Rojo menerima berita duka atas kematian sepupunya yang tewas dalam kasus percobaan perampokan di La Plata, kota kelahirannya. Sepupu Marcos, Geronimo Rojo yang berusia 17 tahun itu mencoba merampok seorang pensiunan polisi bernama Guilermo Atencio. Bersama temannya, Ivan Rodrigo Barboza, Geronimo menodong Atencio saat ia meninggakan ATM.

Atencio meresponnya dengan mengeluarkan pistol dan menembakannya ke Geronimo serta Barboza. Geronimo terkena peluru di bagian bahu dan meninggal keesokan harinya di rumah sakit. Sementara itu, peluru Atencio melesat di kepala Barboza yang membuat Barboza kehilangan nyawanya di tempat kejadian.

Atencio sempat ditahan oleh pihak kepolisian atas dugaan pembunuhan terhadap dua orang. Namun akhirnya ia dibebaskan setelah hakim memutuskan bahwa ia melakukan itu sebagai bentuk pembelaan diri.