Kita mungkin tidak akan banyak bertanya-tanya jika melihat isi rumah Sir Alex Fergsuson yang diisi oleh berbagai pernak-perniknya di sepakbola. Namun kita juga dapat melihat lemarinya yang penuh botol wine. Selain kuda dan politik, Ferguson juga memang tertarik untuk belajar tentang wine. Alasannya sama. Ia membutuhkan sesuatu agar bisa melepas kepenatannya dari sepakbola.

Jika melihat masa lalunya, Ferguson memang pernah memiliki pub di Glasgow. Sehingga tidak aneh sepertinya jika ia begitu menyukai wine. Namun sebenarnya ketertarikannya terhadap wine baru muncul ketika ia sudah bertahun-tahun menjadi manajer United.

“Saya sebenarnya bukan peminum, sungguh. Ketika saya membuat sepakbola menjadi pekerjaan utama, saya tidak minum,” ungkap Ferguson.

Semuanya bermula ketika ia berada di Bordeaux, Prancis untuk melakukan scouting lawan yang akan dihadapi United pada ajang European Cup Winners’ tahun 1991. Ia melihat botol d’Yquemdan Pétrus saat berjalan melewati dapur Montpellier’s Maison Hotel.

Ketertarikannya mulai tumbuh saat itu. Ferguson juga memang sedang mencari ketertarikan lain selain sepakbola. “Itu adalah waktu dalam hidup saya di mana saya butuh sesuatu yang membuat saya tertarik. Istri saya mengatakan saya menjadi terobsesi dengan dunia itu,” ujar Ferguson.

Setelah itu, ia mulai membaca seluk beluk wine. Ia juga kerap berbicara dengan penjual dan pakar wine selagi makan siang atau makan malam bersama. Ferguson pernah makan malam bersama seorang penulis wine, Oz Clarke, dan pedagang wine, John Armit. Kemudian ia juga memiliki tetangga bernama Frank Cohen, seorang kolektor seni kontemporer. Mereka kerap membeli wine bersama.

Wine memang bisa memberikan penyegaran bagi Ferguson. “Kepentingan mengoleksi wine adalah sebagai pelarian dan juga memberikan keseimbangan dalam hidup saya yang tentunya membantu saya dalam menghadapi intensitas dan permintaan tinggi sebagai manajer Manchester United,” ungkap Ferguson pada lelang wine yang ia adakan di Hong Kong pada 2014 lalu.

Tak seperti kuda dan politik di mana ia benar-benar mendalaminya, Fergsuon sendiri mengatakan bahwa ia tidak bisa menyebut dirinya sebagai pakar wine.

“Saya tidak bisa menyebut diri saya sebagai pakar wine, tetapi juga tidak jelek-jelek amat. Saya tahu tahun-tahun bagus dan wine bagus. Saya bisa mencicipi wine dan mengenali sebagian sifatnya,” tutur eks manajer Aberdeen ini.

Meski pada awalnya ia sempat diprotes oleh istrinya, Cathy, karena Cathy merasa Ferguson berlebihan dalam membeli wine, namun Ferguson tetap menjadi kolektor wine. Pada ulang tahun pernikahan mereka yang ke-33, Ferguson membeli wine seharga 15 paun, padahal pada masa itu, membeli wine dengan harga 10 paun saja sudah sangat mahal.

“Apakah kamu kehilangan akal sehatmu?” respons Cathy ketika mendengar Ferguson membeli wine seharga 15 paun.

Pengetahuannya yang luas tentang wine tampaknya membuat ia mengerti wine yang berkualitas. Pada suatu waktu, ia pernah minum wine bersama Jose Mourinho di Old Trafford. Jose membawa wine sendiri, Barca-Velha, namun ia tidak merasa wine tersebut berkualitas, sama seperti wine yang ada di Stamford Bridge. “Wine-nya seperti pengencer cat,” ujar Ferguson kepada Roman Abramovich.

Ferguson memang kerap mengundang manajer-manajer lawan untuk minum wine seusai pertandingan. Jadi ia tidak hanya sekedar membuat wine sebagai sesuatu untuk dikoleksi, tapi juga untuk mencairkan suasana dengan manajer lawan setelah berseteru di atas lapangan.

Editor: Frasetya Vady Aditya