Manchester United kerap menelurkan para penyerang yang bukan cuma tajam, tapi seringkali menjadi idola. Salah satunya adalah ujung tombak berkebangsaan Belanda, Ruud van Nistelrooy. Meskipun telah mencetak 150 gol di semua ajang dalam lima musimnya bersama United, tapi Nistelrooy masih punya sesuatu untuk disesali.

Bisa dibilang kalau Nistelrooy adalah salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki oleh United. Capaian golnya selalu menakjubkan setiap musim.

Hampir Gagal Bergabung

Pada April 2000, BBC mengabarkan bahwa Manchester United memecahkan rekor transfer di Britania dengan memboyong Nistelrooy senilai 18,5 juta paun. Nilai transfer Nistelrooy melampaui rekor pembelian Dwight Yorke dari Aston Villa ke MU senilai 12,6 juta paun pada 1998.

“Aku senang berada pada posisi siap bermain untuk United. Adalah sebuah kebanggaan untuk setiap pemain sehingga bisa bermain untuk mereka dan aku amat bahagia,” ucap Nistelrooy pada BBC kala itu.

Nistelrooy pun dijadwalkan untuk melakukan tes medis seminggu kemudian. Namun, transfer Nistelrooy ditunda karena masalah cedera yang menghantuinya. Pemain 23 tahun tersebut didiagnosa menderita cedera lutut dan tidak bermain sejak Maret.

“Saya sangat senang untuk memberi tahu Anda bahwa kami telah menyelesaikan negosiasi dengan baik PSV dan Ruud, dan kami akan membereskan transfer sesegera tes dilaksanakan,” kata Direktur Finansial United kala itu, David Gill.

Soal ini, Nistelrooy mengaku bahwa cedera lutut hampir saja membuat peluangnya bergabung dengan United pupus. “Saya tak bisa membayangkan masa depan saya saat itu karena saya mesti dioperasi, lalu melakukan rehabilitasi,” ungkap Nistelrooy.

Dukungan dari banyak pihak, termasuk manajer United kala itu, Sir Alex Ferguson, membuat harapan Nistelrooy kembali hadir. “Ferguson mengunjungi saya di saat menjalani pemulihan sesusai operasi di Belanda dan saya sangat senang,” tutur Nistelrooy.

Nistelrooy baru resmi meruput pada kala menghadapi Liverpool di Community Shield pada Agustus 2001. Pada musim tersebut, Nistelrooy mencatatkan rekor delapan gol beruntun di liga. Total, ia mencetak 23 gol di liga pada akhir musim. Ia pun dianugerai “PFA Player of the Year”. Di Liga Champions, 10 golnya mengantarkan Nistelrooy menjadi pencetak gol terbanyak.

Nilai transfer sebesar hampir 19 juta paun, dianggap akan menjadi beban tersendiri untuk Nistelrooy. Namun, pemain yang memulai kariernya di Den Bosch ini mengaku tak merasakan tekanan.

“Gilanya, saya sama sekali tak merasakan tekanan apapun. Saya hanya senang bisa menjadi bagian dari Manchester United dan beraksi bersama para pemain yang ada saat itu, serta bermain di bawah sang manajer. Saya merasa gembira bsia mulai bekerja di sana. Saya merasa sangat cocok dan senang di sana, jadi saya hanya berpikir, ‘ayo kita mulai,” kata Nistelrooy.

Semakin Meningkat

Semusim setelahnnya, jumlah gol Nistelrooy kian meningkat. Sebanyak 25 golnya pada musim 2002/2003 menjadikannya sebagai pencetak gol terbanyak di Premier League. Di Eropa, raihan 12 golnya membuat UEFA menganugerahinya “Best Striker in Europe”.

“Tanpa tim, aku tak akan pernah memenanginya,” ucap Nistelrooy saat menerima penghargaan tersebut. “Aku bermain untuk kesebelasan yang hebat dan aku sangat bangga bisa menjadi salah satu pemainnya. Ini sangat fantastis.”

Nistelrooy melengkapi sejumlah daftar pemain yang ditetapkan UEFA seperti Gianlugi Buffon sebagai pemain terbaik dan kiper terbaik, lalu Pavel Nedved sebagai gelandang terbaik, serta Roberto Carlos sebagai bek terbaik. Selain itu, UEFA juga memberikan penghargaan kepada Paolo Maldini atas 17 tahun kariernya.

Musim-musim berikutnya dijalani Nistelrooy dengan performa yang stabil. Pada musim 2003/2004, Nistelrooy memang hanya mencetak 20 gol yang tak lepas dari menurunnya permainan United secara keseluruhan. Namun, pada musim tersebut, ia mencetak golnya yang ke-100 untuk The Red Devils!

Nistelrooy mengalami penurunan signifikan pada musim 2004/2005 akibat cedera. Ia hanya tampil di 27 pertandingan dengan mencetak 16 gol. Meski dengan situasi yang serba sulit, ia tetap mampu mencetak delapan gol di Liga Champions yang menjadikannya sebagai top skorer.

Sementara itu, musim 2005/2006 adalah musim terakhirnya berbaju merah-putih-hitam. Ia terlibat perselisihan dengan Cristiano Ronaldo, sang calon megabintang. Perkataannya membuat situasi ruang ganti menjadi tidak kondusif. Meskipun demikian, ia mampu bermain stabil dengan mencetak 21 gol di liga. Sementara itu, dari lima kali penampilannya di Liga Champions, ia telah mencetak 38 gol yang membuatnya menjadi top skorer Liga Champions MU sepanjang masa.

Terbaik

Musim pertama Nistelrooy dijalani dengan istimewa. Hal ini pun dirasakan oleh sang pemain dan menganggap bahwa percaya diri yang tinggi adalah senjata utama. Hal ini pun tak lepas dari penampilan MU sendiri yang bermain begitu baik. Meski hanya berakhir di peringkat ketiga, tapi MU, dengan Nistelrooy di dalamnya, mampu mencetak 87 gol atau terbanyak di liga.

“Musim itu benar-benar impian. Pascacedera, bisa bergabung dengan United lalu melewati musim sehebat itu jelas satu hal yang sebelumnya tak pernah saya impikan.

Karena tak lama sebelumnya saya sempat didera cedera, Anda bisa melihat betapa besar perubahan yang terjadi. Saya bekerja sangat keras sepanjang masa pemulihan dan selalu berpikir untuk bekerja dengan baik. Saya berlatih lima-enam jam per hari selama enam-tujuh bulan agar bisa merapat ke United. Saya senang semua berbuah manis,” beber Nistelrooy.

Musim kedua, merupakan musim yang paling produktif buat Nistelrooy. Penyerang yang pernah menjadi asisten di timnas Belanda tersebut mencetak total 40 gol. Hal ini diakui oleh Nistelrooy sebagai musim terbaik sepanjang kariernya. Namun, yang paling penting, MU mampu memupus ketertinggalan poin dari Arsenal dan berhasil menjuarai liga.

Kesan di United

Mencetak banyak gol dan dicintai para penggemar adalah sesuatu yang diimpikan oleh penyerang manapun. Di Old Trafford, Nistelrooy jelas mendapatkannya. Ia merasa kalau dukungan para penggemar memberinya tenaga lebih saat bertanding.

“Setelah laga, kami selalu merayakan kemenangan bersama mereka dan menunjukkannya dengan menghampri guna berterima kasih atas dukungan penggemar,” kata Nistelrooy.

Nistelrooy pun merasa lima musimnya di United amatlah fantastis. Kalau hanya dihadapkan pada satu nama, Nistelrooy memilih Roy Keane sebagai pemain terbaik yang pernah main bersama. Ia beranggapan bahwa meskipun banyak pemain yang lebih bagus ketimbang keane, tapi pribadi Keane membuat Nistelrooy terpengaruh. Ia bahkan menyebut kalau Keane adalah pemain paling istimewa yang pernah menjadi rekan setimnya.

Namun, kepergian Nistelrooy tak pernah dirayakan. Ia seolah pergi dengan mendadak setelah terjadinya perselisihan dengan Cristiano Ronaldo. Hal ini pun disesali oleh Nistelrooy yang merasa tak pamit dengan cara yang tepat.

“Hubungan saya dengan penggemar amatlah istimewa dan karena itulah pergi dengan cara saya pergi saat itu, terasa sangat memalukan bagi saya karena saya tak pernah benar-benar bisa pamit kepada para penggemar.

Satu-satunya penyesalan saya adalah saat kepergian saya berlangsung seperti itu dan kejadian itu sangat disayangkan terutama untuk parap enggemar karena saya sempat menemui para pemain dan staf sebelum pergi, tapi tak ada kesempatan untuk ucapkan selamat tinggal pada penggemar,” kata Nistelrooy.

Saat ini, Nistelrooy dipercaya menjadi pelatih tim junior PSV. Karier di manajerial mungkin saja bisa membawanya kembali ke Old Trafford, dan kembali menyapa penggemar di sana.