Nama Patrice Evra mungkin lebih dikenal sebagai bek kiri tangguh yang mampu dengan rapi menjaga pertahanan dan secara efektif membantu penyerangan. Namun, beberapa pelatihnya sewaktu ia masih kecil tentu akan terkejut melihat Evra bisa menjadi salah satu bek kiri terbaik yang pernah ada. Mereka lebih mengenal Evra sebagai seorang penyerang sayap ketimbang bek sayap. Hari ini, 15 Mei, umurnya genap bertambah satu menjadi 36 tahun.

Tidak seperti kebanyakan cerita perjalanan karir seorang pemain sepakbola terkenal yang memliki latar belakang dari keluarga yang kesusahan, Evra lahir dari golongan yang mapan. Pemain bernama lengkap Patrice Latyr Evra ini lahir di sebuah kota di Senegal yang bernama Dakar dari darah golongan diplomat Guinea. Pekerjaan ayahnya tersebut membuat ia harus beberapa kali pindah ke negara lain.

Ketika berusia satu tahun, Evra dan 24 saudara kandungnya pindah ke Belgia. Hanya dua tahun disana, mereka pindah ke Les Ulis setelahnya, sebuah daerah pinggiran kota Paris yang merupakan kelahiran Thierry Henry.

Ketika saudara-saudaranya memilih untuk belajar sepulang sekolah, Evra memiliki jalan yang berbeda. Ia kerap bermain sepakbola di jalanan seusai sekolah. “Dia memiliki tingkat intelegensi yang kuat. Selain itu, ia gemar memilih jalan yang berbeda ketimbang saudaranya yang lain sejak masih kecil,” ujar Mary Magdalene, kakak tertua Evra.

Ketika berusia 11 tahun, Evra dan teman dekatnya, Tshymen Buhanga, bergabung dengan CO Les Ulis, sebuah klub lokal di sekitar tempat tinggalnya. Jean-Claude Giordanella, pelatihnya saat itu menempatkan Evra sebagai penyerang dan memang itulah yang diinginkan Evra pada saat itu. Menurut Giordanella, Rennes dan Lille pernah mengirim pemandu bakatnya untuk memantau Evra namun ia tidak dilirik melihat postur badannya yang kurang memadai untuk seorang penyerang.

Hanya setahun di Les Ulis, Evra kemudian bermain di kesebelasan amatir bernama CSF Bregtiny. Selain menimba ilmu sepakbola di sana, ia juga tidak meninggalkan sekolah formalnya. Setelah ia berusia 16 tahun, Evra mendapat kesempatan untuk menjalani latihan bersama tim Paris Saint German level junior namun dilepas tanpa ada alasan yang jelas.

Evra yang tak kunjung mendapat kesempatan di level tertinggi, terus berusaha untuk meraihnya dan tidak menyerah begitu saja. Hingga akhirnya pemandu bakat asal Italia memberi tawaran untuk mengikuti trial bersama Torino setelah melihat Evra di kompetisi futsal yang bertempat di Juvisy-sur-Orge, Paris tenggara.

Ia kembali gagal dan Torino tidak memberinya kontrak profesional. namun kesebelasan V1 Italia, Marsala, mewarinya kontrak dan satu tempat di posisi penyerang sayap. Ia sangat kegirangan setelah mendapat kontrak tersebut. Bahkan ia mengungkapkan bahwa saat itu lebih ia ingat ketimbang menjuarai Liga Champions bersama United.

“Ada satu saat yang akan terus saya ingat di sepakbola. Bukan saat saya menjuarai liga atau Liga Champions, melainkan ketika saya berusia 17 tahun dan berhasil menandatangani karier sebagai pesepakbola profesional,” ungkap Evra.

Ia kemudian mempelajari bahasa Italia dan karirnya mulai memperlihatkan titik terang saat itu. Di usianya yang baru menginjak 17 tahun, Evra tampil sebanyak 27 kali dan mencetak enam gol untuk Marsala pada musim 1998/1999. Musim berikutnya, ia pindah ke Monza, sebuah klub yang berkompetisi di Serie B dengan mahal 250 ribu euro.

Bersama Monza, ia tidak mendapat tempat dan hanya tampil sebanyak satu kali selama semusim. Evra kemudian bergabung dengan OGC Nice untuk tampil di tim reserve. Ia hanya butuh waktu semusim untuk promosi ke tim senior. Pada musim 2001/2002, Evra mulai bermain untuk tim senior Nice.

Transformasi Bek Kiri

Tapi Nice yang saat itu berada di Ligue 2 kerap memainkannya di berbagai posisi. Cederanya bek kiri Jose Cobos dan Jean-Charles Cirillii membuat pelatih Nice Sandro Salvioni menempatkannya sebagai bek kiri. Meski sempat tidak nyaman dengan peran barunya, namun Evra menjalai sebagian besar musim sebagai bek kiri. Menjalani 35 pertandingan liga dan bermain impresif, ia masuk dalam Ligue 2 Team of the Year 2001-2002.

Evra kemudian bergabung bersama AS Monaco yang dilatih Didier Deschamps saat itu. Kembali mempermasalahkan posisinya, Deschamps bersikeras untuk menempatkan Evra di posisi bek kiri. Bersama Moncao-lah ia mulai fasih dan dikenal sebagai bek kiri tangguh.

Musim kedua bersama Monaco, ia berhasil menyabet gelar Ligue 1 Young Player of the Year ketika berusia 23 tahun serta masuk dalam Ligue 1 Team of the Year 2003/2004. Pada bursa transfer musim dingin 2006, Evra mulai diminati beberapa klub raksasa Eropa. Inter Milan sempat melayangkan tawaran dan diterima oleh Monaco. Namun United yang kala itu juga mengincar Evra ternyata lebih membuat Evra tertarik ketimbang kembali ke Italia.

Pemain 174 cm ini akhirnya bergabung bersama United dengan nilai transfer 5,5 juta paun setelah tiga setengah musim membela Monaco dengan catatan 163 pertandingan. Ia diproyeksikan Sir Alex Ferguson untuk menggantikan posisi bek kiri yang ditinggalkan Gabriel Heinze karena cedera. Begitulah cerita bagaimana Evra bisa menjadi pemain hebat di posisi yang tidak ia kehendaki sebelumnya, dan sisanya adalah sejarah.

Selamat ulang tahun, Patrice Evra!