Pekan ke-38 Premier League 2010/2011, Edwin Van Der Sar melangkah dengan gagah dan menjadi kapten dalam laga terakhirnya bersama Manchester United melawan Blackpool. Ia melangkah untuk meninggalkan jejak sebagai klub terbaik klub ini. Berikut penghormatan kepada Van Der Sar yang pada 29 Oktober lalu berulang tahun ke-46.

“Uuuuuhhhh,” itulah desahan Van Der Sar ketika ia sedang menyelamatkan gawangnya dari serbuan lawan. Aksi yang selalu mengundang beberapa pujian tersebut membuat kedudukannya setara dengan apa yang sering dilakukan Peter Schmeichel sebelumnya. Membuat namanya mulai merangkak menjadi seorang legenda.

Namun berbeda dengan Peter, VDS tidak pernah koar-koar ketika lini belakangnya ditembus. Pembawaannya kalem, senyum dikulum, mata mengantuk, namun tatapannya memancarkan kehangatan. Suasana seperti itulah yang terjadi ketika ia diwawancara untuk terakhir kalinya bersama Inside United (Majalah resmi Manchester United). Suasana yang penuh kehangatan.

“Menyenangkan mendengar hal tersebut (dibandingkan dengan Schmeichel). Namun saya tidak suka dibandingkan secara berlebihan,” ujarnya.

Akan tetapi setelah pernyataan tersebut, pandangannya mengarah ke lapangan latihan United di Carrington. Tatapannya seolah menunjukkan kerinduan yang tidak akan pernah ia temui lagi setelahnya.

“Saya akan merindukan rutinitas disini. Seminggu Anda harus ke Carrington, berganti baju, berlatih, fitness, bertanding, lalu kegiatan dengan teman-teman. Itu semua yang saya rindukan. Plus bermain di Old Trafford. Saya akan kehilangan itu semua.”

Mungkin waktu menjadi lebih cepat baginya ketika bermain di United. Bayangkan saja, bersama United penampilannya yang sempat menurun di Juventus kembali muncul. Percaya dirinya yang sempat luntur karena kedatangan Gianluigi Buffon kembali muncul. Bersama United pula ia mencatat beberapa rekor yang sampai sekarang belum bisa terpecahkan.

Empat gelar Premier League serta masing-masing satu Piala Champions dan Piala Dunia Antar Klub menjadi torehan tersuksesnya. Hal itu belum ditambah dengan pengakuannya sebagai kiper yang sulit ditembus pada Premier League 2008/2009. Setelah 266 penampilannya berbaju United, ia pun merasa karirnya sudah cukup untuk diakhiri.

Akan tetapi seminggu sebelum partai terakhirnya bersama United, Sir Alex dalam catatannya di United Review mengungkapkan bahwa Van Der Sar ragu dengan keputusannya untuk pensiun. Ia menemui Fergie dan mengatakan bahwa ia ingin mengubah keputusannya.

Akan tetapi hal ini justru membuat Fergie kecewa. Apa yang dilakukan Van Der Sar tidak sesuai dengan kepribadiannya yang penuh percaya diri di dalam lapangan. Fergie kemudian meminta Van Der Sar untuk mengambil keputusan akhir sebelum United mencari penggantinya. Dua hari berselang, Van Der Sar akhirnya mantap untuk pensiun.

“Saya benar-benar menikmati karir saya disini. Ketika saya masih di Fulham, saya berharap ada seseorang yang mampu membawa saya keluar dan ternyata orang itu adalah Fergie. Dia yang memberikan saya kesempatan meraih banyak tropi. Dialah manajer terbaik sepanjang masa.”

Selama enam tahun, begitu banyak kenangan yang digoreskannya bersama United. Berpartner dengan Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic, menahan sepakan Anelka di Moscow, serta menahan sundulan Fernando Torres sambil terbang adalah beberapa di antaranya.

Akan tetapi bukan itu yang dianggapnya spesial. Bagi Van Der Sar, memenangi Premier League pertama kali adalah pencapaian terbaiknya. Hal itu dikarenakan ia menahan penalti Darius Vassell yang membuat Chelsea (pesaing utama) harus menang di kandang Arsenal. Beruntung laga di Emirates berakhir imbang dan memastikan Iblis Merah menjadi kampiun.

“Saya tak pernah tahu apa yang terjadi di Emirates, jadi setelah laga melawan City,saya langsung keluar rumah bersama keluarga ke Kebun Binatang. Akan tetapi saya penasaran karena saya terus melihat jam. Kemudian orang-orang yang mengenali saya berteriak kalau United menjadi juara. Seketika saya membuka Handphone dan terdapat pesan berbunyi: ‘Ayo masuk mobil, kita ke Manchester!’ Seketika itu juga saya langsung mengajak anak istri saya untuk pulang.”

Posisinya sebagai kiper membuat ia lebih banyak merayakan gol bersama para penggemar. Inilah yang membuat ia sangat merindukan para penggemar United ketika ia gantung sarung tangan. “Saya akan kehilangan fan. Itu berbeda jika saya turun dari tangga dan bertemu istri dan anak-anak (tertawa).”

“Sangat menyenangkan mendapat pengakuan dari mereka meski beberapa menit saya terus memunggungi mereka. Namun saat kami mencetak gol, saya seperti ditinggal sendirian. Itulah yang membuat saya merasa kesepian. Kadang-kadang saya mesti merayakannya bersama fans.”

Setelah gantung sepatu, Van Der Sar memilih berkarir di balik layar dengan Chief Executive Officer (CEO) bagi klub yang membesarkan namanya, Ajax Amsterdam. Meski kini United sudah mendapat pengganti yang sangat sepadan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa Edwin Van Der Sar adalah salah satu legenda besar Manchester United.

Tulisan ini disadur dari tulisan Steve Bartram di Majalah Inside United dengan beberapa pengubahan. Penulis menuliskannya kembali untuk merayakan ulang tahun Van Der Sar ke-47 pada 29 Oktober kemarin.