Pada tanggal 5 Februari, banyak sekali mantan pemain Manchester United yang merayakan ulang tahunnya. Sebut saja, Cristiano Ronaldo, Adnan Januzaj, dan Carlos Tevez. Akan tetapi, di saat ucapan selamat ulang tahun berdatangan kepada mereka, ada satu nama mantan pemain United lagi yang sama-sama berulang tahun pada tanggal yang sama tapi seolah terlupakan. Dialah, Lee Martin.

Martin yang sekarang berusia 50 tahun sebenarnya lebih cocok disebut sebagai pahlawan. Bagaimana tidak, apabila dirinya tidak mencetak gol dalam partai yang terbilang krusial sekelas final Piala FA, maka seorang Sir Alex Ferguson sudah dipastikan akan dipecat dan tidak bisa memberikan kejayaan selama lebih dua dekade.

9 Desember 1989, Manchester United takluk di Old Trafford dari Crystal Palace. Kekalahan tersebut membuat United saat itu terperosok ke peringkat ke-12. Geram, akibat tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan selama tiga tahun, seorang penggemar bernama Pete Molyneux membentangkan sebuah banner yang bertuliskan “3 years of excuses and we’re still crap. Ta-ra Fergie.”

Kalimat tersebut jika diartikan berbunyi Tiga tahun banyak alasan dan kami tetaplah sampah, selamat tinggal Fergie. Penggunaan kata “Sampah” begitu jelas menandakan kegeraman Peter beserta pendukung United lain yang kesulitan untuk berjaya kembali setelah era Busby. Kekesalan mereka memuncak karena dalam delapan laga setelahnya, Brian McClair dkk tidak pernah menang dan terpuruk di posisi ke-17.

Lee Martin saat mengangkat trofi Piala FA. Sumber: Manutd.com

Sementara itu, Lee Martin sendiri adalah seorang anak muda yang saat itu menjalani musim penuh pertamanya bersama skuad Manchester United. Pria yang semasa aktif bermain berposisi sebagai bek kiri ini merupakan salah satu lulusan terbaik akademi United. Pada musim 1989/1990, ia adalah pilihan utama Fergie di pos tersebut dan bermain dalam 32 dari 38 pertandingan liga.

Petinggi Manchester United saat itu meyakinkan Fergie kalau mereka tidak akan memecatnya. Akan tetapi, mengandalkan rasa saling percaya saja tidaklah cukup. Hanya gelar yang mampu menyelamatkan leher Fergie dari tiang gantungan. Dan Piala FA saat itu menjadi gelar yang cukup realistis untuk diraih.

Perjalanan Red Devils terbilang mulus dengan menang di partai tandang menghadapi Nottingham Forest, Hereford United, Newcastle United, dan Sheffield United. Sempat bermain imbang di semifinal melawan Oldham, United kemudian melangkah ke final melawan Crystal Palace setelah menang 2-1 ketika partai ulangan digelar tiga hari setelahnya.

Babak final digelar pada 12 Mei 1990, Lee Martin saat itu diturunkan sebagai starter beserta tiga pemain belakang lain (Steve Bruce, Gary Pallister, dan Mike Phelan). Akan tetapi, dalam pertandingan itu Martin tampil begitu buruk. Ia bertanggung jawab kepada gol pertama Palace yang dicetak Gary O’Reilly.

Beberapa kali Martin salah menempatkan posisi sehingga harus digantikan Clayton Blackmore. Pertandingan sendiri berakhir 3-3 hingga 120 menit pertandingan. Belum adanya adu penalti membuat laga final kembali digelar pada tempat yang sama lima hari kemudian.

Pada pertandingan replay, Fergie hanya mengganti penjaga gawangnya saja. Sementara Martin tetapi dimainkan sebagai starter meski bermain buruk pada pertemuan pertama. Namun, di laga ini Martin seolah membayar kesalahannya.

Pada menit ke-50 ia berhasil memenangi adu lari menghadapi John Pemberton untuk memanfaatkan umpan matang Neil Webb. Bola pun masuk ke gawang Nigel Martyn dan skor 1-0 bertahan hingga akhir pertandingan.

Gol Martin sendiri berarti banyak hal. Inilah trofi Piala FA pertama United setelah absen selama lima tahun. Tidak hanya itu, ini adalah gelar pertama Sir Alex Ferguson selama menjadi manajer Iblis Merah. Yang paling penting, gelar ini menyelamatkan muka Fergie dari pemecatan. Di akhir musim, ia meraih gelar individu sebagai pemain muda terbaik Manchester United.

Sayangnya, karir Martin tidak begitu awet bersama United. Meski ia bertahan selama enam musim hingga 1994, namun selepas musim 1989/1990 ia lebih banyak menghabiskan waktunya di bangku cadangan. Kalah bersaing dengan Dennis Irwin menjadi alasan kepindahannya ke klub Skotlandia, Glasgow Celtic.