Magis dari Old Trafford sebagai “Teater Impian” tidak hanya dirasakan oleh Sir Bobby Charlton yang memang menjadi sosok di balik julukan tersebut. Sensasi menakjubkan itu juga dirasakan Ryan selama ia terus berlari di sisi lapangan kesebalasan asal kota industri tersebut.

Ryan boleh dibilang mendapatkan segalanya. Bermain untuk tim terbaik dalam sejarah sepakbola Inggris Raya, berada dalam satu lapangan dengan para pemain kelas dunia, dan merasakan pengalaman luar biasa ditangani oleh manajer legendaris, salah satu yang terhebat dalam bidang ini. Apalagi keteguhan hati Ryan untuk terus bertahan juga membuat ia begitu dicintai.

Ryan tetap berusaha menampilkan level yang terbaik meskipun sudah semakin dimakan usia. Ia tidak harus “terlempar” seperti dua kawannya, Nicky atau Phil, yang harus menerima nasib mesti hengkang ke kesebelasan lain; Bukan pula seperti Gary yang harus berhenti lebih dini karena fisiknya sudah tidak sanggup lagi. Atau bukan seperti Becks yang mencari popularitas lain dengan hijrah ke klub kaya raya asal Spanyol.

Tercatat hanya Ryan dan Paul yang terus ada hingga Sang Gaffer yang menyatukan mereka semua kemudian memutuskan untuk pensiun. Sang Gaffer sendiri mengakui dalam biografinya bahwa seorang agen asal Italia pernah menawarkan sejumlah uang yang sangat besar, bahkan bisa membuat keluarga Sang Gaffer kaya raya. Dengan satu syarat, biarkan Ryan Giggs keluar dari Manchester dan bermain untuk sang agen di Italia.

Di balik seluruh catatan hebat yang tentu tertulis dalam tinta emas sejarah United atas nama Ryan, nyatanya ia sendiri memiliki sisi gelap yang nyatanya terbalik 180 derajat dengan seluruh kegemilangan yang ia tunjukkan di lapangan. Sepanjang dua dekade lebih karier sepakbola Ryan nyatanya diselingi oleh skandal-skandal kelam.

Yang paling menghebohkan tentu adalah skandal seks dan perselingkuhan yang Ryan lakukan. Tercatat ada tiga sampai empat skandal asmara yang Ryan lakukan dan berhasil diendus oleh awak media. Dan tentu yang paling menghebohkan adalah skandal perselingkuhannya dengan adik iparnya sendiri, istri Rhodri.

foto: dailymail.co.uk
Ryan bersama Stacey. Foto: dailymail.co.uk

Semua bermula ketika Ryan dan Rhodri bertemu seorang gadis di sebuah klub malam di Manchester pada 2003. Rhodri memang begitu bersemangat mendekati gadis yang kemudian diketahui bernama Natasha ini. Tetapi semua orang di klub malam tersebut tahu bahwa mata Natasha tidak pernah berhenti menatap Ryan. Malam esoknya mereka bertemu lagi untuk menghabiskan malam bersama. Padahal kala itu ada wanita yang sudah mengandung benih cintanya bersama Ryan, Stacey Cooke, seorang desainer fashion.

Percikan api antara Ryan dan Natasha terus terjadi hingga delapan tahun lamanya. Bahkan tetap terjadi ketika Ryan kemudian melamar Stacey untuk menjadi istrinya pada 2007. Menjadi lebih tragis karena jalan cerita tidak terduga terjadi ketika sang adik, Rhodri, memutuskan untuk mengencani Natasha. Hingga kehebohan ini kemudian terkuak pada 2011, tepat setahun setelah Rhodri menikahi Natasha. Kabarnya, hubungan gelap ini sempat menghasilkan benih keturunan namun kemudian digugurkan oleh Natasha karena ia merasa tidak tega terhadap Rhodri.

Skandal ini kemudian benar-benar membuat sosok ideal Ryan di mata banyak orang berubah. Bukan hanya ia diketahui mengkhianati istrinya, ia juga kehilangan keluarganya dari pihak ayah. Keluarga Wilson dengan tegas mengutuk tindakan Ryan dan beberapa kali menyebutkan bahwa Ryan tidak memiliki tempat lagi di keluarga mereka. Skandal ini menambah daftar sisi gelap Ryan yang diketahui sempat menjalin hubungan dengan model asal Wales, Imogen Thomas.

Natasha dan Rhodri. Foto: dailymail.co.uk
Natasha dan Rhodri. Foto: dailymail.co.uk

Senjakala karier Ryan di United pun bisa dibilang tidak begitu menyenangkan. Ia yang berperan sebagai pemain sekaligus asisten manajer harus mendapati kenyataan bahwa suksesor sang gaffer justru membawa tim menuju kehancuran. Ryan sempat menjadi manajer interim, namun itu tidak terlalu banyak membantu tim untuk bangkit.

Manajer baru asal Belanda kemudian tiba. Juru taktik asal Belanda yang memiliki curriculum vitae luar biasa tersebut jarang melibatkan Ryan untuk banyak keputusan padahal kala itu ia sudah secara total menjabat sebagai asisten manajer. Sang juru taktik lebih senang berdiskusi dengan para pelatih yang ia bawa dan sama-sama berasal dari Belanda. Namun, selama dua tahun Ryan berhasil bertahan.

Ryan kemudian memutuskan untuk hengkang ketika United menunjuk seorang manajer baru. Manajer eksentrik, pemenang natural, dan juga sosok yang disukai oleh Sang Gaffer. Ryan berujar bahwa ia perlu banyak belajar sebelum kembali lagi ke teater impian. Benarkah hal tersebut? Atau karena memang Ryan sengaja “disingkirkan”.

Akhir yang cukup tragis bagi seseorang yang disebut-sebut sebagai pesepakbola terbaik dalam sejarah sepakbola Inggris Raya. Sebanyak 34 trofi berhasil diraih di antarnya adalah 13 gelar Liga Primer Inggris, empat Piala FA, dan dua kali menjadi juara Eropa.

Namun, tak ada yang lebih mengenaskan dari akhir karier Ryan. Saat ia pergi dari kesebelasan yang sudah ia anggap sebagai keluarga, di saat yang sama ia pun digugat cerai oleh istirnya, Stacey, karena ketahuan menggoda seorang pelayan restoran.

Bisa saja yang terjadi pada pertengahan tahun 2016 tersebut bukan akhir dari waktu seorang Ryan di Manchester United. Ada banyak memori baik tentang Ryan yang terus berlari di sisi lapangan untuk menyisir pertahanan lawan, dan mencetak gol. Kenangan itu adalah sesuatu yang abadi dan tak lekang oleh waktu, tersimpan di memori seluruh penggemar United yang mengenangnya sebagai pemain yang luar biasa.

Catatan redaksi: “Gaffer” berarti manajer dalam istilah Inggris.