Cerita dimulai dengan pertemuan antara Donald “Danny” Wilson yang datang dari Sierra Leone untuk bermain rugby di Wales. Tanpa diduga kepergiannya ke Eropa dari Afrika tersebut mempertemukan dirinya dengan jodohnya, Lyne Giggs, seorang putri polisi yang tak sengaja ia temui. Singkatnya, mereka kemudian memadu kasih, menikah, dan kemudian dikaruniai anak bernama Ryan.

Seorang anak dengan orang tua yang berbeda ras merupakan suatu kesulitan yang luar biasa apalagi di tanah Britania pada 197o hingga 1990-an. Kala itu, Partai Konservatif tengah berjaya, sehingga produk politiknya bahkan hinggap ke elemen masyarakat yang paling sederhana sekalipun. Bukan hanya cemooh, tetapi anak berdarah campuran juga terkadang disulitkan dalam urusan sekolah dan administrasi.

Bagian barat Cardiff, Wales, menjadi kenangan masa kecil berharga bagi Ryan dan adiknya, Rhodri. Kepindahan keluarga ke Swindon karena sang ayah mendapatkan tawaran bermain di sana. Begitu meninggalkan trauma hebat bagi Ryan dan Rhodri yang lahir selang empat tahun darinya. Apalagi Ryan begitu dekat dengan sang kakek. Meskipun akhirnya Ryan kemudian bisa mengunjungi kakeknya di akhir pekan atau libur sekolah.

Ryan dan Rhodri. Foto: dailymail.co.uk
Ryan dan Rhodri. Foto: dailymail.co.uk

Meskipun bermain di Swindon, Danny Wilson mengajak keluarganya untuk tinggal di Salford. Hal ini disebabkan karena Salford memiliki jarak yang cukup dekat dengan pusat kota Manchester, Inggris. Sebagaimana kebanyakan atlet, Danny Wilson kemudian melatih anaknya bermain rugby. Tapi ternyata bakat sang anak bukanlah di olahraga yang serupa. Ryan ternyata lebih handal bermain sepakbola. Ia mewarisi kecepatan dan juga tubuh yang atletis dari ayahnya.

Lantas Danny kemudian mendaftarkan Ryan ke tim lokal, Deans FC, yang kala itu dilatih oleh pemandu bakat Manchester City, Dennis Schofield. Schofield kemudian merekomendasikan Ryan kepada City. Hingga akhirnya ia diperbolehkan bermain untuk School of Excellence tim tersebut yang setara dengan akademi usia muda pada waktu itu.

Ryan juga masih aktif bermain untuk tim sepakbola usia muda kota Salford yang ia bawa hingga ke partai final Granada Schools Cup. Ryan berhasil membawa timnya juara dan mendapatkan gelar pemain terbaik. Penghargaan-penghargaan tersebut diberikan oleh Ron Yeats, kepala pemandu bakat Liverpool kala itu. Dan bukan rahasia lagi kalau Yeats sudah ingin membawa Ryan ke kota pelabuhan sejak melihatnya di pertandingan tersebut.

Tetapi bukanlah tim-tim yang sudah disebutkan di atas yang kemudian berhasil mengamankan bakat luar biasa milik Ryan yang sejak usia mudah sudah dikenal memiliki kaki yang cepat dan kemampuan menggiring bola yang hebat. Adalah Manchester United yang mendapatkan berkah luar biasa tersebut.

Ketika masih bermain untuk Deans FC, Ryan diamati secara reguler oleh Harold Wood, salah satu steward stadion Old Trafford. Wood kemudian mengatakan secara personal kepada Sir Alex Ferguson, manajer Manchester United, bahwa ada seorang bocah asal Wales yang bermain luar biasa di Salford.

Alex Ferguson yang diberi misi oleh petinggi United untuk mengembalikan kejayaan klub begitu penasaran akan Ryan. Akhirnya pada Natal tahun 1986, sebuah trial disamarkan dalam laga uji tanding dilakukan. Tim sekolah Salford berhadapan dengan United U-15 di The Cliff. Hasilnya luar biasa, Ryan mencetak hat-trick dan semakin membuat Ferguson yang mengamati jalannya pertandingan melalui jendela kantornya semakin terkesan.

Kurang lebih setahun kemudian, tepatnya pada 29 November 1987, tepat pada hari ulang tahun Ryan yang ke-14, Ferguson bersama pemandu bakat United, Joe Brown, muncul di rumah keluarga kecil tersebut untuk menawarkan Ryan bergabung ke jenjang usia muda United. Dengan jaminan bahwa Ryan akan segera bermain di level profesional dalam tiga tahun.

Sayangnya, selagi Ryan mencoba meraih mimpi dan mengembangkan kariernya. Badai hebat datang kepada keluarga tersebut. Pada tahun 1987 itu juga keluarga Wilson terpecah, penyebab utamanya adalah kebiasaan sang ayah, Danny, yang sering mabuk-mabukan dan sering terjadi kekerasan dalam keluarga. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1989. Setelah membela Inggris di level usia muda, Ryan kemudian mantap mengganti nama belakangnya menjadi marga ibunya. Sejak hari itulah nama Ryan Giggs memulai perjalanan hidupnya.