Sebelum Zlatan Ibrahimovic dan Victor Lindelof, Manchester United pernah memiliki tiga pemain yang berasal dari negara Swedia. Ketiga pemain tersebut sama-sama memberikan prestasi untuk Setan Merah. Salah satunya adalah Jesper Blomqvist. Meski ia hanya bermain sebentar di United, namun kontribusinya mampu membawa United meraih prestasi yang tidak bisa mereka ulangi hingga sekarang.

Dua kali menolak United

Di usianya yang baru 20 tahun, Jesper adalah seorang pemain andalan dari klub Swedia IFK Goteborg. Keberhasilan IFK menjuarai liga pada 1994 membuat mereka berkesempatan bertarung di ajang Liga Champions musim berikutnya. Saat itu, mereka berada satu grup dengan dua raksasa, Manchester United dan Barcelona.

Terjebak di grup neraka justru mengeluarkan potensi dari IFK terutama Blomqvist sendiri. Mereka finis sebagai pemuncak grup di atas United dan Barca. Blomqvist juga berhasil mencetak masing-masing satu gol saat IFK mengalahkan United dan Barca. Penampilan apiknya ini yang akhirnya membuat Fergie tertarik untuk mendatangkannya.

Akan tetapi, usaha pdkt Fergie ditolak olehnya. Jesper justru tertarik ke Italia dengan memperkuat AC Milan. Wajar saja apabila ia memilih Italia mengingat saat itu Rossoneri adalah klub terhebat di Eropa yang mampu menembus tiga final Liga Champions secara berturut-turut. Selain itu, Serie A juga merupakan kompetisi terbaik di Eropa pada era 90-an.

Sayangnya kebersamaan Jesper hanya semusim saja. Ia kalah bersaing dengan nama-nama macam Stefanio Eranio dan Demetrio Albertini. Hal ini yang membuat ia kemudian memutuskan hengkang musim selanjutnya.

United pun kembali menaruh minat kepadanya, namun ia lebih memilih untuk tinggal di Italia. Parma kemudian menjadi pelabuhan barunya meski ia kembali hanya bertahan satu musim. Baru pada musim panas 1998, Sir Alex berhasil mendapat tanda tangannya.

Cadangan yang bisa diandalkan

Jesper memiliki kekuatan dalam kecepatan. Posisi alaminya adalah gelandang sayap kiri. Meski begitu, ia juga bisa ditempatkan di sisi sebelah kanan. Cara main ini tentu mendukung skema Fergie yang menggunakan formasi 4-4-2. Akan tetapi, di United ia kembali menjadi pemain cadangan.

Ia hanya menjadi pilihan kedua setelah Ryan Giggs dan David Beckham. Meski begitu, peran yang diemban Jesper jauh lebih banyak ketimbang saat ia masih berseragam Milan dan Parma. Ketika ia dipercaya Fergie, Jesper tidak pernah tampil mengecewakan. Meski ia tahu bahwa ia bukanlah pemain utama, namun kepercayaan Fergie kerap dibayar melalui penampilan apik di sisi sayap.

Salah satu penampilan apiknya tentu ketika United mengalahkan Bayern Munich di final Liga Champions 1999. Kehilangan Roy Keane dan Paul Scholes membuat Fergie menggeser posisi Beckham ke tengah dan Ryan Giggs ke sebelah kanan. Blomqvist sendiri bermain di posisi idealnya, sayap kiri.

Selama 67 menit, ia mampu merepotkan lini belakang Bayern Munich melalui kecepatan dan akselerasinya. Ia kemudian digantikan oleh Teddy Sheringham yang mencetak gol penyama kedudukan. Ia sangat bergembira ketika United memastkan gelar Si Kuping Besar. Akan tetapi, Jesper tidak menyadari kalau laga di Camp Nou tersebut adalah pertandingan terakhirnya.

Jesper terkena cedera lutut parah saat United melakoni pra musim. Sepakbola yang sebelumnya memberikan kebahagiaan justru memberikan penderitaan. Ia tidak bermain hingga musim panas 2001. Fergie kemudian menjualnya ke Everton dan sempat bermain sebanyak 18 kali sebelum pindah ke Charlton pada 2002 sebelum akhirnya pensiun di Hammarby pada 2010.

Lengan panjang, angka 1, dan jagoan dansa

Meski Jesper bukanlah pemain yang memiliki nama besar, namun ia memiliki cerita unik sepanjang karir sepakbolanya. Ia pernah dilatih oleh tiga manajer legendaris dunia yaitu Fabio Capello (AC Milan), Carlo Ancelotti (Parma), dan Sir Alex Ferguson (Man United).

Ditangani oleh ketiganya membuat Jesper punya bekal yang terbilang cukup untuk mencicipi dunia manajerial. Pada 2010 ia sempat menjadi asisten dari Michael Borgqvist di Hammarby.

Yang lebih unik, Jesper memiliki kelekatan yang cukup erat terhadap angka satu. Selain ia meraih kesuksesan di Manchester hanya dalam satu musim, ia juga hanya sanggup mencetak satu gol saja di setiap klub yang pernah dibelanya pasca hengkang dari IFK. Hanya Charlton dan Hammarby saja klub dimana Jesper tidak bisa membuat gol.

Jesper juga dikenal sebagai pemain yang gemar bermain dengan kostum lengan panjang. Tidak diketahui apa alasan ia selalu bermain dengan baju berlengan panjang. Namun yang pasti, jarang kita temui foto Jasper sedang mengenakan jersey berlengan pendek.

Blomqvist juga dikenal sebagai jagoan dansa. Pada 2017 lalu, ia mengikuti ajang Let’s Dance 2017 di saluran televisi TV4. Berpasangan dengan Malin Watson, ia keluar sebagai juara di ajang yang diikuti oleh 10 peserta tersebut.