Berbicara soal Manchester United, klub ini akan selalu lekat dengan kata loyalitas. Banyak sekali pemain Setan Merah yang rela menghabiskan karir sepakbolanya hanya untuk Manchester United. Ryan Giggs bertahan selama 24 tahun, Paul Scholes 19 tahun (tanpa menghitung karir tim junior), dan yang terbaru adalah Wayne Rooney yang bisa bertahan bersama United selama 13 tahun.

Akan tetapi, berbicara soal orang yang paling setia terhadap Manchester United, maka nama Jack Crompton pasti akan muncul di posisi teratas. Jack mungkin bukanlah pemain terkenal United. Maklum, ia hanyalah pahlawan klub ketika televisi saat itu masih hitam putih. Jumlah caps nya pun hanya 212, masih kalah dari Cristiano Ronaldo. Akan tetapi pengabdian sang penjaga gawang kepada klub ini sangat luar biasa.

Jack adalah pria asli Manchester. Jika dia masih hidup, maka pada 18 Desember kemarin ia akan berusia 96 tahun. Meski menghabiskan seluruh hidupnya hanya untuk United, Jack mengaku bahwa semasa kecil ia adalah pendukung Manchester City. Karir sepakbolanya bahkan nyaris berakhir ketika dia mendapat cedera tulang paha semasa muda yang membuatnya juga kehilangan kesempatan masuk angkatan udara.

Beruntung, pencari bakat United saat itu, Louis Rocca menemukannya ketika bermain apik bersama tim non liga, Gosling. United kemudian mengontrak Jack pada tahun 1944. Sayangnya Jack bergabung saat United sedang berada dalam ambang kehancuran. Tidak ada Piala sejak 1911, Old Trafford juga hancur hingga membuat United menumpang di rumah Manchester City. Akan tetapi, Jack masih setia bertahan bersama Setan Merah.

Masuknya Sir Matt Busby mengubah peruntungan United. Mereka berkesempatan untuk meraih Piala lagi ketika berhasil lolos ke final Piala FA 1948. Sial bagi Jack, keberhasilannya tersebut justru diiringi berita yang membuat konsentrasinya jelang final menjadi terganggu.

Beberapa hari sebelum final melawan Blackpool tersebut, kakaknya, Elizabeth meninggal dunia. Satu malam sebelum laga final, Jack didiagnosa menderita tumor kecil yang berada di tulang belakangnya. Di saat rekan-rekannya berangkat menuju Wembley, Jack masih berada di meja operasi ditemani Busby.

Hebatnya, Jack tetap bisa bermain di final meski harus menahan rasa sakit bekas operasi. Ia tampil gemilang di bawah mistar dan membuat United meraih kemenangan 4-2 atas Blackpool yang ketika itu diperkuat Stanley Matthews, pemenang Ballon d’Or edisi pertama. Jack kemudian menambah satu gelar liga lagi pada 1952.

Akan tetapi, dua gelar tersebut menjadi puncak karir Jack bersama United. Kedatangan Ray Wood serta cedera yang terus menerpanya membuat karirnya di United berakir pada 1956. Ia kemudian hijrah ke Huddersfield dan berstatus player manager disana. Ia pun melakoni pertandingan terakhirnya bersama United ketika menghadapi Terriers (julukan Huddersfield) di akhir musim 1956.

Tragedi Munich yang menimpa mayoritas skuad United pada 1958 membuat Jack kembali lagi ke United. Tanpa diminta, ia pun datang karena tidak tega melihat mantan klubnya sedang berada dalam kondisi yang serba sulit saat itu. Hanya saja, peran Jack bukan sebagai pemain melainkan sebagai pelatih kebugaran di bawah arahan Busby.

Selain menjadi pelatih kebugaran, Jack juga tidak segan untuk melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh legenda seperti dia. Ia rela menjadi tukang pijit Bobby Charlton yang usianya jauh lebih muda daripada dia. Ia juga mengurus akomodasi United jika Setan Merah bertanding ke luar negeri. Itu semua dilakukan karena satu hal, yaitu kecintaannya terhadap Manchester United.

Sempat keluar dari United, dan menjadi manajer di Barrow serta menjadi tangan kanan Bobby Charlton di Preston North End, Jack kemudian kembali ke Manchester United ketika mereka diasuh Tommy Docherty pada 1972. Ia bahkan pernah menjadi manajer United dalam laga-laga pra musim ketika era kepelatihan Tommy. Karir Unitednya pun berakhir pada 1981 ketika era kepelatihan Ron Atkinson.

Jack begitu kecewa ketika dirinya tidak bersama Manchester United lagi. Namun ada satu hal yang membuatnya tetap merasa dekat dengan juara 20 kali liga Inggris tersebut yaitu ringtone telepon genggamnya yang hingga kematiannya hanya menggunakan satu nada dering yaitu chant Glory-Glory Manchester United.

Dari tiang gawang yang kokoh, Jack memberikan rasa cintanya kepada penggemar United dengan peran yang berbeda-beda yaitu sebagai Supporter, pemain, pelatih kiper, pelatih tim cadangan, dan manajer. Hal inilah yang membuat Sir Alex mengundangnya sebagai tamu spesial ketika Old Trafford berulang tahun ke-100.

Sebagai individu yang luar biasa, Jack Crompton adalah pribadi yang hebat. Sosok yang menggambarkan Manchester United adalah sebuah kesebelasan yang hanya diisi oleh pria-pria berkarakter kuat.

Tulisan ini adalah tribut untuk Jack Crompton yang pernah diterbitkan di majalah Inside United edisi September 2013 dengan sedikit pengubahan dari penulis.