Ia hanya bermain selama empat musim di Manchester United. Jumlah golnya pun kurang dari 100. Akan tetapi penyerang ini menjadi bagian dari kejayaan Setan Merah di pengujung era 90-an. Penampilannya pun kerap diwarnai dengan senyuman yang menunjukkan bahwa ia adalah pemain yang tidak mudah tertekan. Datang dari Trinidad Dan Tobago, pria ini bernama Dwight Yorke.

Nama Yorke ketika itu muncul sebagai rekrutan anyar United pada awal musim 1998/1999. Ia mengalahkan Alan Shearer, Romario, Rivaldo, hingga Ronaldo (yang dari Brasil) yang juga menjadi incaran Setan Merah. Akan tetapi kepindahan pemain yang pada tiga November berusia 46 tahun ini diwarnai alotnya negosiasi kedua kesebelasan.

Akhir musim 1997/1998, Yorke ketika itu secara terang-terangan ingin pindah dan mencari klub yang bisa memberinya gelar juara. Saat itu ia masih menjadi andalan Aston Villa dan selalu keluar sebagai top skor klub tiga musim beruntun. The Villans sendiri pun ketika itu masih dipandang sebagai tim papan atas.

Akan tetapi keinginan Yorke ketika itu tertahan oleh manajer mereka, John Gregory, yang masih menginginkan sosok Yorke di dalam timnya. Sosok Yorke diharapkan bisa membantu Villa kembali berprestasi di Eropa layaknya musim sebelumnya yang bisa mencapai perempat final Piala Uefa. Sang manajer pun bahkan memberikan ancaman bagi penyerang Trinidad Tobago tersebut.

“Jika saya memiliki pistol saat itu, saya akan menembaknya,” ujar Gregory. Akan tetapi ancaman tersebut tidak mempan bagi Yorke. Rengekannya untuk pindah sempat menjadi-jadi ketika ia datang langsung ke rumah Doug Ellis, pemilik Villa, untuk cepat menjualnya. Sikap inilah yang kemudian dibenci para pendukung Villa. Para pendukung Villa bahkan sempat merusak mobil mewah miliknya.

Villa akhirnya menyerah. Seminggu setelah musim baru Premier League 1998/1999 dimulai, Yorke dilepas ke Manchester United dengan nilai 12,6 juta pounds. Banderol itu menjadikan dirinya masuk dalam jajaran salah satu striker termahal di dunia. Dwight Yorke pun mengaku gembira bisa keluar dari klub yang membesarkan namanya tersebut. United menyingkirkan Atletico Madrid yang juga mengincarnya.

“Semuanya terjadi sangat cepat. Seingat saya, saya mendapat telepon yang mengatakan ‘cepat, kemasi barang-barang kamu. Kita pergi ke Manchester karena kesepakatan sudah dicapai.’ Saat itu jantung saya berdebar-debar dan meringankan pikiran saya karena saat itu negosiasi berjalan alot,” ujar Yorke mengenang masa-masa tersebut tiga tahun silam.

Sepekan setelahnya, ia pun mencicipi debutnya berseragam merah. Tidak tanggung-tanggung, debutnya langsung tergelar di Old Trafford ketika United mengalahkan Charlton Athletic 4-1. Yorke sendiri bahkan mencetak dua gol. Akan tetapi, kepada Inside United Mei 2014 lalu, Yorke mengaku bahwa ia sebenarnya ingin membuat hattrick.

“Pada menit ke-68 saya melihat ada pemain cadangan yang melakukan pemanasan. Saya pikir bahwa saya tidak mungkin tergantikan karena saya selalu bermain reguler dan sudah mencetak dua gol. Kemudian semua orang melihat saya dan berkata ‘Yorkey, kamu diganti.’

Ia menambahkan, “Saya sebenarnya terpukul karena ingin mencetak tiga gol di debut kandang. Itu menjadi impian saya. Tapi dua gol juga bagus meski saya sebenarnya bisa mencetak hattrick. Namun manajer berpikiran lain dan menarik saya keluar.”

Kedatangan Dwight Yorke saat itu memang menjadi berkah terselubung bagi United. Satu bulan sebelum kedatangannya, Fergie telah mendatangkan pemain tinggi besar dari Belanda bernama Jaap Stam. Ia juga direkrut dengan harga mahal saat itu, 10,75 juta Pounds. Keduanya bahu membahu dan membawa kejayaan yang sampai sekarang sulit diulang lagi oleh Iblis Merah.