Foto: Eveningtelegraph.co.uk

Nama Joe Jordan mungkin tidak sepopuler dengan striker lain yang pernah membela Manchester United. Hal ini terbilang wajar mengingat ia bermain untuk Setan Merah pada tahun 1977 hingga 1981. Ketika itu, nama besar United sedang luntur karena mengalami kekeringan prestasi selepas era kepemimpinan Sir Matt Busby.

Walau begitu, nama Jordan tetap melegenda sebagai salah satu striker Manchester United. Selain karena gol-golnya, perawakan Joe juga gampang dikenali. Ia tidak punya struktur gigi depan alias ompong. Hal itu ia dapatkan saat masih bermain bersama tim cadangan Leeds. Ketika itu, wajahnya tidak sengaja terkena tendangan oleh pemain lawan. Sempat memakai gigi palsu, namn hal itu akhirnya dilarang karena alasan keamanan.

Baca juga: Ketika Manchester United Main di Divisi Dua (1): Awal Keterpurukan

“Saya bermain untuk tim cadangan dan meluncur untuk melakukan diving header. Lalu dia (lawan Jordan) menerjang saya, menhancurkan dua gigi saya lengkap dengan akar-akarnya. Saya pergi ke dokter gigi, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Saya kehilangan dua gigi tapi itu bukan masalah,” tuturnya.

Akibat ruang di giginya tersebut, Jordan dijuluki sebagai Jaws. Nama Jaws diambil dari sebuah salah satu judul film terlaris karya Steven Spielberg yang menceritakan tentang serangan hiu mematikan di Pulau Amity.

Jika serangan seekor hiu begitu menakutkan para pengunjung pantai, maka Jordan akan mencoba menakutkan lawan-lawannya melalui gol-gol yang ia cetak. Wajahnya yang mengintimidasi bisa langsung membuat ciut para pemain belakang yang akan mengawalnya. Penampilannya yang memukau bersama Leeds membuat United tertarik untuk merekrutnya.

Baca juga: Javier Hernandez dan Alasan Mengapa Manchester United Butuh Poacher di Lini Depan

Jordan didatangkan United pada Januari 1978 dengan nilai 350 ribu paun. Namanya menjadi rekor transfer termahal di Liga Inggris saat itu. Akan tetapi, musim pertamanya berlangsung kurang baik karena hanya membuat tiga gol saja dari dalam 16 pertandingan.

Barulah pada musim penuh pertamanya (1978/1979), Joe tampil gemilang. Ia membuat 10 gol dan membentuk trio yang begitu ditakuti bersama Steve Coppell dan Jimmy Greenhoff. Akan tetapi, musim tersebut tidak berakhir manis karena United gagal di liga dan kalah di final Piala FA dari Arsenal. Musim berikutnya, Jordan menjadi top skor klub dengan 13 gol.

Pada 1980/81, Jordan membuat 15 gol sekaligus menjadi musim terbaiknya bersama Setan Merah. Sayangnya, musim terbaiknya tersebut menjadi musim terakhirnya bersama United. Ia kemudian hijrah ke AC Milan, sebelum memperkuat klub lain seperti Hellas Verona, Southampton, dan Bristol City.

Tanpa Kompromi dan Berapi-api

Foto: CNN.com

Selain tampangnya yang menyeramkan, Jordan juga dikenal sebagai sosok pemain yang tanpa kompromi ketika berada di atas lapangan. Ia seperti pendahulu dari sosok Roy Keane yang kemudian menjadi legenda Manchester United.

Pada 1980, Jordan meninju penjaga gawang Tottenham, Milina Aleksic dalam sebuah perebutan bola di udara. Pukulan yang dilayangkan oleh Jordan membuat Aleksic tersungkur dan mengalami patah rahang. Hal itu ia lakukan sebagai balasan dari insiden beberapa saat sebelumnya ketika Aleksic menyerang Jordan di sudut lapangan. Insiden tersebut membuat Aleksic sempat absen cukup lama.

Sikap brutal Jordan masih berlanjut saat ia berganti profesi menjadi asisten pelatih. Ketika menjadi tangan kanan Harry Redknapp di Tottenham Hotspur, ia pernah terlibat friksi dengan gelandang Milan, Gennaro Gattuso. Kejadian itu terjadi saat keduanya bertemu pada babak 16 besar Liga Champions 2010/2011.

Jordan memprotes keputusan wasit Stephane Lannoy yang hanya memberi kartu kuning kepada Mathieu Flamini yang menekel keras Vedran Corluka. Gattuso yang berada dekat dengan bangku cadangan Spurs berusaha untuk meredam emosi Jordan. Akan tetapi, Jordan tidak bergeming dan malah mengucapkan makian Skotlandia yang diketahui oleh Gattuso (Gattuso pernah bermain di Skotlandia bersama Glasgow Rangers).

Kesal dengan tingkah Jordan, Gattuso mencekik lehernya dan balik menghina Jordan yang hanya dibalas tatapan tajam dari pria Skotlandia tersebut. Jordan bersiap untuk melawan Gattuso ketika pertandingan sudah berakhir. Ia melepas kacamatanya dan mulai beradu argumen dengannya. Gattuso kemudian menanduk Jordan dan bersiap untuk beradu fisik dengannya sebelum digagalkan oleh staf dan para pemain cadangan Tottenham.

Gattuso sendiri akhirnya meminta maaf keesokan harinya. Walau begitu, perdamaian antara keduanya baru terjadi tujuh tahun kemudian saat Gattuso sudah menjadi pelatih I Rossoneri.

Tulisan ini dibuat untuk merayakan ulang tahun Joe Jordan. Salah satu mantan pemain United yang berulang tahun ke-67 pada 15 Desember kemarin.