Selain berpostur tinggi, badannya juga kekar. Ia juga kuat dan jago duel udara, dan meski berposisi bek tengah ia memiliki ketenangan dalam mengontrol dan menguasai bola. Hanya satu orang yang bisa melakukannya, dia adalah Gary Andrew Pallister atau Gary Pallister.

Membangun Kemitraan Hebat Bersama Steve Bruce

Lahir di Kent, pria yang berusia 52 tahun pada 30 Juni kemarin memulai karirnya di sepakbola dengan bergabung Billingham Town yang kala itu (sampai saat ini) merupakan kesebelasan non liga (non league). Ia kemudian hijrah ke kesebelasan favoritnya yaitu Middlesbrough di usianya yang baru 19 tahun pada 1984. Enam musim bermain bersama The Boro, ia membantu kesebelasan tersebut meraih tiket promosi ke Divisi I pada 1988.

Sir Alex kemudian merekrut Gary ke United dengan nilai 2,3 juta pounds yang saat itu menjadi rekor termahal untuk pemain belakang. Sempat kesulitan bermain dan sering membuat kesalahan di awal kedatangannya, pemain bertinggi 191 sentimeter ini kemudian menjadi pilihan utama bagi Sir Alex sekaligus menyingkirkan bek tengah sebelumnya Paul McGrath.

Pada musim 1991/1992, Gary sedikit demi sedikit mulai mencuri perhatian sebagai sosok tangguh di lini belakang Setan Merah. Bersama Steve Bruce, mereka membawa United hanya kebobolan sebanyak 33 kali dari 42 pertandingan dan finis di posisi kedua.

Semusim setelahnya, mereka berdua menjadi pemain yang selalu turun di 42 pertandingan liga dan membawa United meraih gelar Premier League pertamanya. Kemitraan solid ini kemudian berlanjut di musim berikutnya setelah membawa United meraih double winners pertamanya. Duet maut ini kemudian dijuluki Dolly and Daisy melihat kemampuan mereka yang saling melengkapi di lini belakang iblis merah.

“Pally (Pallister) cepat di udara, ia juga berani. Tapi kalau masalah siapa yang lebih berani maka Bruce-lah orangnya. Ia dan Mark Hughes adalah dua orang yang kalau berlatih paling buruk. Tapi kalau sudah bicara soal pertandingan maka ia selalu menampilkan kualitas papan atas,” tutur Petr Schmeichel kepada Inside United.

Big Pete menambahkan, “Ia selalu mencurahkan segalanya untuk tim dan anda bisa mengandalkannya. Jadi kita sedang berbicara empat bek (Bruce, Pallyster, Parker dan Irwin) yang bisa Anda percaya. Mereka semua tidak pernah panik, tidak pernah terjatuh, dan tidak pernah membuat kesalahan. Sungguh menyenangkan saya bisa bermain di belakang mereka.”

Akan tetapi seiring berjalannya waktu, Pallister (bersama dengan Bruce) mengalami kemerosotan dalam soal jumlah penampilan. Hal ini disebabkan dengan kondisi fisik yang mulai dibekap cedera. Selain itu usia yang sudah mendekati akhir karir menjadi penyebab menurunnya performa Pallister. Ia bahkan hanya turun sebanyak 21 kali di partai liga pada musim 1995/1996 di mana saat itu United meraih gelar dobel keduanya.

Karir peraih pemain terbaik PFA 1992 ini kemudian berakhir di musim panas 1998. Kedatangan Jaap Stam yang sebelumnya diiringi pembelian Ronny Johnsen dan David May membuat Pallister tidak lagi mendapat kepercayaan dari Sir Alex. Middlesbrough kembali menjadi tempat berlabuh sebelum ia pensiun pada 2001.

Selama sembilan musim, ia meraih 15 gelar (semuanya bersama United) dan sembilan penghargaan individu. Selain itu ia membuat 437 penampilan dan mencetak 15 gol di mana dua di antaranya dicetak melalui sundulan kepala ke gawang musuh abadi United yaitu Liverpool pada 1997.

Tidak Beruntung di Tim Nasional

Meski selalu bermain konsisten di level klub namun tidak serta merta karir Gary di tim nasional juga cemerlang. Di level timnas ia hanya memperkuat Inggris sebanyak 22 kali saja. Itupun hanya di level uji coba internasional. Gary bahkan sempat beberapa kali bermain di tim B dan tidak pernah diajak untuk masuk dalam bagian skuat Tiga Singa untuk tampil di ajang semacam Piala Dunia dan Piala Eropa.

Ia selalu kalah bersaing dengan pemain-pemain macam Terry Butcher, Martin Keown, Tony Adams, Gareth Southgate, serta Sol Campbell. Bahkan dalam turnamen Piala Eropa 1992 pun pelatih Graham Taylor lebih memilih nama-nama macam Toni Dorigo serta Keith Curle meski saat itu ia menjadi pemain terbaik versi PFA. Setidaknya angka 22 caps jauh lebih baik ketimban rekannya Bruce yang hanya punya 1 caps timnas Inggris.