Boleh jadi Ryan Giggs dikatakan sebagai pemain yang sangat fenomenal dari seluruh penggawa Class of ’92 lainnya. Paling tidak itulah yang dikatakan Sir Alex Ferguson. “Ryan Giggs adalah yang paling dielu-elukan dari generasi itu. Dia juga yang paling mungkin dikenali sebagai anak ajaib,” ujar Ferguson.

Ryan Giggs memang pemain yang sangat berbakat. Bahkan Ferguson pernah beberapa kali menerima tawaran untuk Giggs. Suatu ketika, seorang agen Italia menelponnya dan bertanya, “Apa pekerjaan anak-anak Anda?”

“Mark sedang kuliah lagi, Jason di televisi, Darren magang di sini,” jawab Ferguson.

“Jual Giggs ke saya dan saya bisa membuat anak-anak Anda kaya raya.”

Orang-orang yang tidak mengetahui bakat luar biasa Giggs pun akan terkejut dengan percakapan itu. Agen itu benar-benar mencari cara agar ia bisa mendapatkan Ryan Giggs. Namun Ferguson tentu saja menolak tawaran itu.

Ryan Giggs muda kerap dibanding-bandingkan dengan George Best, legenda Manchester United dan timnas Irlandia Utara pada era 1960-an. Perbandingan itu terus berlanjut dan membuat banyak orang ingin mendapatkannya.

Ferguson merasa Giggs memiliki cara cerdas untuk mengatasi itu. Giggs tidak mau diwawancarai dan diajak bicara dengan orang yang tertarik mendatangkannya. Ia justru menyuruh agar mereka berbicara langsung kepada Ferguson.

Pemain bernama lengkap Ryan Joseph Giggs itu dipromosikan ke tim utama pada musim 1990/1991. Musim berikutnya, Giggs mulai tampil pada pertandingan United. Meski umurnya masih 18 tahun saat itu, namun ia tampil di semua pertandingan Liga Inggris yang kala itu masih bernama First Division. Total, Giggs mencatatkan 51 penampilan dengan raihan tujuh gol.

Setelah itu, Giggs menjadi andalan Ferguson untuk mengisi posisi sayap. Ia selalu bermain lebih dari 35 pertandingan semusim. Barulah pada musim 2009/2010 ia tampil di bawah 35 kali, tapi selisihnya tidak jauh. Giggs berusia 36 tahun mencatatkan 32 penampilan musim itu. Ryan Giggs memang dikenal sebagai pemain dengan kebugaran luar biasa.

Ferguson juga memuji kelebihan itu. Yoga dan pemanasan disebut Ferguson sebagai kunci utama kebugaran Giggs. Pria asal Wales itu menemui pakar yoga dua kali seminggu sesudah sesi latihan tim. Giggs juga tak pernah mengalami cedera yang benar-benar mengganggu performanya.

“Ketika dia sedang rentan cedera urat paha, kami tidak pernah tahu seberapa banyak kami dapat memainkan dia. Urat pahanya selalu mengkhawatirkan. Kami tidak memainkan dia di beberapa pertandingan agar dia siap di pertandingan lain. Pada akhirnya, hanya umurnya yang membuat kami mengistirahatkan dia,” tutur Ferguson.

Seiring bertambahnya usia, kecepatan Giggs mulai menurun dan Ferguson kerap memainkan Giggs sebagai gelandang tengah. Namun, Ferguson masih merasa Giggs memiliki akselerasi yang baik, yang ia anggap lebih penting daripada kecepatan murni. Keseimbangannya juga masih baik.

Giggs memiliki kepribadian introvert. Ia tidak senang diekspos media. Tentunya itu adalah salah satu hal yang sangat cocok dengan Ferguson. Giggs tidak seperti David Beckham yang banyak memperhatikan hal-hal selain sepakbola dan akhirnya alasan itulah yang menjadi penyebab utama Beckham hengkang dari Old Trafford.

Pada buku otobiografinya, Ferguson menuliskan sebuah pertanyaan. “Berapa penalti yang didapat Ryan Giggs sepanjang karirnya di Manchester United?”

Jawabannya adalah lima. Selama 24 tahun dengan total penampilan sebanyak 963 pertandingan dan berposisi sebagai sayap, Giggs memang hanya mendapat lima penalti.

Ferguson pernah bertanya kepada Giggs setelah ia dilanggar keras di dalam kotak penalti, mengapa dia tidak jatuh saja karena memang selayaknya jatuh. “Saya tidak bisa jatuh,” jawab Giggs dengan tatapan heran. Giggs tidak seperti pemain sepakbola kebanyakan yang kerap mencari penalti.

Karakter kuatnya juga membuat Ferguson berharap Giggs tetap berada di Carrington dan terus mengurus United seperti yang dilakukan Uli Hoeness dan Karl-Heinz Rummenigge di Bayern Munich. Seorang legenda tentu akan mengetahui seluk beluk klub dan berbagai keperluan klub. Perihal menjadi manajer, tergantung bagaimana perkembangannya.

Namun Ferguson yakin Giggs dapat menjadi manajer. Giggs sendiri pernah ditunjuk sebagai manajer interim United setelah David Moyes dipecat. Ia hanya mempimpin Untied dalam empat pertandingan dan memenangkan dua di antaranya saat itu. Ferguson merasa Giggs adalah orang yang cerdas, mengerti jiwa United, dan juga pemain besar. Menurut Ferguson, itulah segala yang diperlukan dan Giggs memilikinya.

Editor: Frasetya Vady Aditya
Sumber: Buku Autobiografi Sir Alex Ferguson