foto: pundit arena

18 November 2005 menjadi hari yang mengagetkan bagi para pendukung Manchester United. Saat musim kompetisi 2005/2006 belum berjalan setengah musim dan bursa transfer Januari belum dibuka, Roy Keane tiba-tiba datang dengan sebuah pengumuman kalau dia tidak lagi menjadi kapten sekaligus pemain Manchester United.

Penggawa timnas Republik Irlandia ini memutuskan untuk mengakhiri kerjasama yang sudah terjalin selama 12 tahun. Keane hengkang dengan persetujuan bersama antara dirinya dan pihak Setan Merah. Sontak, fotonya langsung terpampang di surat kabar seluruh Manchester mengingat dia adalah salah satu kapten paling berpengaruh yang pernah dimiliki oleh klub.

“Kehormatan besar bagi saya bisa bermain 12 tahun untuk United. Selama berada di klub, saya beruntung bisa bermain dengan beberapa pemain terbaik dan bermain di depan suporter terbaik. Ini menjadi hari yang menyedihkan bagi saya karena meninggalkan klub dan manajer yang hebat. Setelah bertahun-tahun, saya akan merindukan semua orang di klub,” kata Keane.

Hengkangnya Keane sebenarnya sudah diprediksi. Sejak musim panas 2005, Keane selalu memiliki masalah dengan manajemen klub. Pada sesi pra-musim, Keane kecewa atas hotel yang dipilih manajemen ketika mereka mengadakan training camp di Portugal. Menurutnya, tempat tersebut tidak membuatnya semangat untuk menjalani latihan. Ia kemudian berkonflik dengan Carlos Queiroz, asisten Ferguson saat itu.

“Vila di Portugal itu tidak memperlakukan saya dengan baik dalam sesi latihan. Lalu tiba-tiba, dia (Queiroz) bertanya tentang loyalitas saya. Saya katakan lagi, kalau memang dia pandai soal loyalitas, lantas kenapa dia pergi ke Real Madrid? Saya punya kesempatan main untuk Juventus dan Bayern Munich, jadi jangan macam-macam soal kesetiaan saya,” ujar Keane.

Ferguson kemudian menegur Keane yang langsung dilawan olehnya dengan menyebut kalau Ferguson mulai membawa United melemah mengingat dua musim terakhir mereka tertinggal jauh dari Arsenal dan Chelsea.

Klimaks dari konflik Keane dengan manajemen terjadi saat United kalah 4-1 dari Middlesbrough. Di depan media, Keane dengan berani menyerang rekan setimnya. Ferdinand, Fletcher, O’Shea, Richardson, Alan Smith, Van der Sar, hingga Gary Neville kena semprot mulut pedas Keane. Ferdinand dianggap bertingkah laku bak superstar hanya karena dia mendapat gaji besar, sementara Keane heran dengan tingkah laku orang Skotlandia yang begitu mengagungkan Darren Fletcher.

Atas ucapannya tersebut, Keane mendapat hukuman denda 5 ribu pounds dan menjauhkan dirinya dari tim utama. Beruntung, Ferguson masih mempersilahkan Keane untuk bersama tim cadangan. Sejak kejadian itu, Ferguson merasa kalau kiprah Keane bersama Manchester United sudah berakhir.

“Saya berkata kepada Ferguson, ‘bisakah saya bermain untuk orang lain? Dan dia berkata, ‘ya, bisa. Karena kami sudah merobek kontrak Anda’. Saya berkata kalau kita telah sampai pada akhir. Saya kemudian berdiri dan berkata, ‘Ya, saya pergi,” tutur Keane menambahkan.

Sebulan setelah pengumuman, Keane hengkang ke Celtic yang merupakan kesebelasan idolanya sewaktu bocah. Meski hengkang dengan banyak drama, namun United setidaknya masih menghargai 12 tahun kinerjanya sebagai pemain. Pihak klub masih memberikan tawaran bermain dalam pertandingan testimonial yang sebenarnya bisa saja tidak diberikan klub sebagai wujud atas kelakuannya pada hari-hari terakhirnya di klub.

Pada 9 Mei 2006, pertandingan testimonial antara United melawan Celtic berlangsung di Old Trafford yang penuh dengan 69 ribu penonton. Dalam pertandingan tersebut, Keane bermain untuk Celtic pada babak pertama sebelum bermain untuk United pada babak kedua. Semua pendapatan dari pertandingan tersebut diberikan kepada badan amal Keane yaitu Irish Guide Dogs for the Blind. Selama bermain untuk United, Keane total mengumpulkan 17 trofi dengan tujuh diantaranya adalah gelar Premier League. Selain itu, ia juga mengumpulkan 18 trofi pada sektor individu.