Selama bertahun-bertahun, Manchester United dikenal sebagai kesebelasan yang memiliki pemain-pemain hebat di sektor sayap. Ryan Giggs, George Best, Dennis Irwin, hingga Paul Parker, semuanya mengukuhkan diri sebagai pemain-pemain penting bagi kebesaran Setan Merah. Selain itu ada nama Gary Neville yang pada 18 Februari silam genap berusia 42 tahun.

Bakat Gary sudah tercium ketika hadir di Manchester United sebagai pemain magang pada 1991. Setahun berselang, dirinya langsung mendapat debut ketika United menghadapi Torpedo Moscow pada Piala UEFA. Saat itu ia hanya bermain selama tiga menit.

Pemain bernama lengkap Gary Alexander Neville tersebut kemudian menjadi salah satu pilar keberhasilan Fergie di musim 1995/1996. Bersama lima anak lain yang tergabung dalam Fergie Babes ia membawa Setan Merah meraih gelar double kedua dalam tiga musim terakhir sekaligus mengikis komentar dari Alan Hansen yang saat itu menyebut mereka sebagai “anak-anak”.

Setelah kesuksesan tersebut, Neville semakin mengukuhkan diri sebagai bek kanan utama Setan Merah. Dalam empat musim berturut-turut Neville, selalu bermain di lebih dari 30 pertandingan liga. Kemampuan pemain kelahiran Bury ini dalam melakukan overlap ketika menyerang selalu diimbangi dengan kecakapannya dalam kembali ke lini pertahanan. Umpan-umpan silangnya pun sangat akurat. Dirinya pun membentuk chemistry yang solid dengan David Beckham di sisi kanan pada saat itu.

Selain kemampuannya dalam mengolah bola, Gary juga bagus dalam bersikap. Sir Alex Ferguson dalam “My Autobiography” menjelaskan kekagumannya terhadap sifat keras yang dimiliki Gary.

“Sejak bangun tidur saja dia sudah marah-marah. Sifatnya suka bertengkar dan juga blak-blakan. Kalau melihat kesalahan dan kecacatan dia akan mempermasalahkan. Dia meledak-ledak. Bahkan kesalahan kecil bisa menjadi besar. Tetapi dengan saya dia tahu batas kesabaran saya,” tutur Fergie dalam bukunya tersebut.

Sikap kerasnya tersebut terkadang terbawa hingga ke lapangan hijau. Tidak jarang Gary lepas kontrol dan suka melakukan tekel-tekel berbahaya yang membuatnya harus terkena kartu merah. Gary bahkan pernah menanduk rekan senasionalnya Steve Mcmananman ketika Derby Manchester musim 2002/2003. Akan tetapi atas dasar itulah Fergie kemudian memberikan jabatan kapten tim utama terhadap Gary sepeninggal Roy Keane pada 2005.

Naas bagi Gary karena tekel pulalah yang membuat karirnya berubah seketika. Menderita tekel dari Gary Speed ketika United melawan Bolton pada 2007 menyebabkan beberapa jaringan di lututnya rusak hingga harus beristirahat selama 12 bulan sebelum kembali pada April 2008 ketika United menghadapi AS Roma. Pertandingan melawan Giallorossi itu pun menjadi satu-satunya pertandingan Gary di musim keberhasilan United meraih Double. Gary bahkan tidak turun dalam satu partai liga pun sehingga tidak berhak menerima medali juara Premier League.

Dalam dua musim berikutnya dirinya hanya bermain sebanyak 57 partai saja. Beruntung bagi Gary karena dirinya masih bisa bermain sebanyak 16 pertandingan di liga pada musim 2009 sehingga berhasil menambah koleksi medali Liga Inggrisnya yang kedelapan.

Pada awal musim 2010/2011 Gary kemudian mengundurkan diri dari jabatan sebagai kapten tim Setan Merah. Ia memutuskan untuk menyerahkan ban kapten kepada beberapa nama macam Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, dan Patrice Evra dikarenakan ia merasa bahwa karirnya sudah habis. Pada 2 Februari 2011 Neville membuat keputusan pensiun dari sepakbola. Gary mengungkapkan bahwa keputusan itu sudah dipikirkannya matang-matang ketika ia sedang duduk di toilet ketika United melawan West Brom sebulan sebelumnya.

“Kadang anda mengikuti insting. Saya merasa ini langkah paling tepat. Saat itu saya berpikir bahwa saya sudah habis,” ucap Gary saat diwawancarai Inside United enam tahun silam.

Selama 18 tahun memperkuat setan merah, Gary membuat 602 penampilan, mencetak tujuh gol serta mengoleksi Delapan gelar liga, tiga Piala FA, dua Piala Liga, tiga Community Shield, dua Liga Champions, dan masing-masing satu gelar intercontinental dan Piala Dunia Antarklub.

Ini merupakan bagian ketiga dari rangkaian tulisan tentang Gary Neville. Baca yang lainnya di sini:

Bagian 1: Pemain Hebat yang Gagal Menjadi Pelatih

Bagian 2: Periode Terburuk dalam Karier Sepakbola

Bagian 3: Si Tukang Tekel yang Keras Kepala

Bagian 4: Pembenci Scouser, Gagal Menjadi Manajer