José Mário dos Santos Félix Mourinho atau lebih dikenal sebagai Jose Mourinho merupakan salah satu pelatih top dunia. Pelatih kelahiran 26 Januari 1963 ini telah menahkodai banyak kesebelasan di Eropa dan juga telah meraih gelar di berbagai kompetisi di benua Eropa. Pelatih yang satu ini juga terkenal dengan sifat kontroversial dan rasa percaya diri yang tinggi. Berkat kesuksesannya meraih beberapa gelar bergengsi dia pun mendapat julukan The Special One.

“Jangan sebut saya sombong, tapi saya adalah juara Eropa dan saya pikir saya adalah pria yang spesial (Special One),” ujar Mourinho.

Awal dikenalnya Mourinho

FC Porto bisa disebut sebagai tempat “lahirnya” Mourinho. Di klub inilah nama Mourinho mulai diperhitungkan di kancah sepakbola Eropa. Mourinho dikontrak Porto sebagai pelatih pada 7 Januari 2002. Selama menangani Porto Mourinho berhasil membawa FC Porto menjuarai Liga Portugal pada musim 2002/2003 dan musim 2003/2004, Piala Portugal musim 2002/2003, Piala Super Portugal 2003/2004, trofi UEFA Cup musim 2002/2003, dan yang paling prestisius yaitu juara Liga Champions musim 2003/2004.

Berkat pencapaiannnya di FC Porto inilah namanya mulai diperhitungkan di benua biru. Salah satu raksasa Eropa yang langsung terpikat oleh kegemilangan Mourinho yaitu Chelsea dan pada 1 Juli 2004 Mourinho resmi menjadi pelatih di Stamford Bridge.

Cerita Di FC Porto

Tidak ada kesuksesan yang diraih secara instan. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan perjalanan karir seorang Jose Mourinho. Siapa sangka, sebelum Mourinho menjadi pelatih bertangan dingin dia pernah bekerja sebagai juru bahasa dari seorang legenda sepakbola Inggris Sir Bobby Robson. Selain menjadi juru bahasa Mourinho juga merangkap sebagai assitant pelatih Sir Bobby Robson. Pada saat inilah Mourinho pertama kali menjejakkan kakinya di FC Porto tepatnya pada Desember 1993. Pada tahun 1996, Mourinho mengikuti kepindahan Sir Bobby Robson ke Barcelona.

Selang beberapa tahun Mourinho kembali ke FC Porto. Kali ini dia didatangkan sebagai juru taktik Os Dragoes (julukan FC Porto). Di tahun pertama melatih Mourinho langsung menunjukan kapasitasnya sebagai pelatih bertangan dingin. Dia berhasil membawa Porto meraih treble winner yakni Juara Liga Portugal, juara Piala Portugal dan menjuarai Europa League pada musim 2002/2003.

Bukan klub unggulan dan tidak memiliki pemain bintang, itulah gambaran FC Porto saat menjalani Europa League. Namun, Porto berhasil membuat kejutan lewat tangan dingin Jose Mourinho. Dalam perjalanannya mencapai partai final Porto berhasil menyingkirkan kesebelasan-kesebelasan unggulan seperti Lyon, Panathinaikos, dan Lazio. Sesampainya di partai final, Porto pun tetap diremehkan karena harus melawan Celtic, kesebelasan yang saat itu dinahkodai oleh manager papan atas, Martin O’Neil.

Namun semua pandangan miring itu segera dijawab dengan penampilan gemilang FC Porto. Sejak peluit dibunyikan FC Porto langsung menguasai jalannya pertandingan. Gol Derlei pada masa injury time membuat Porto menutup babak pertama dengan skor 1-0.

Di babak kedua sang lawan menunujukan kualitasnya, baru berjalan dua menit Celtic berhasil menyamakan kedudukan lewat tandukan Larsson. Drama terus berlanjut, FC Porto kembali unggul setelah Dimitri Alenichev mencetak gol pada menit ke-54. Dengan cepat Celtic merespon, lagi–lagi lewat tandukan Larsson Celtic kembali menyamakan kedudukan menjadi 2-2.

Skor imbang pun bertahan dalam 90 menit waktu normal. Sehingga harus dilanjutkan dengan babak tambahan. Disinilah kecerdikan Mourinho terlihat. Dengan stamina pemain yang mulai terkuras Porto bermain lebih bertahan dan sesekali melancarkan serangan balik khas skema Mourinho. Hasilnya positif pada menit 115 Derlei berhasil mencetak gol sehingga Porto unggul 3-2. Keunggulan Porto bertahan hingga babak tambahan usai dan memastikan diri sebagai jawara liga Eropa musim 2002/2003. Capaian inilah yang melambungkan nama Jose Mourinho sebagai pelatih yang patut diperhitungkan.

Musim berikutnya yakni pada musim 2003/2004 lagi – lagi Mourinho membawa Porto meraih treble winner yakni dengan membawa FC Porto menjuarai liga Portugal 2 tahun berturut – turut, menjuarai piala super Portugal dan yang paling fenomenal berhasil membawa FC Porto menjuarai Liga Champions.

Seolah mengulang cerita pada kompetisi yang berbeda. Di liga Champion FC Porto sama sekali tidak diunggulkan. Perjalanan Porto menjuarai liga champion menempuh jalan terjal yakni harus bertemu tim kuat Real Madrid di fase grup. Porto berada dalam satu grup bersama Real Madrid, Partizan, dan Olympique Marseille. Selama fase grup Porto berhasil mengemas 3 kemenangan, 2 hasil imbang, dan 1 kali kalah dan mengoleksi 11 poin sebagai runner up terpaut 3 poin dari sang pemuncak klasemen Real Madrid.

Porto pun berhasil lolos dari fase grup dan berlanjut ke babak 16 besar. Porto kembali bertemu dengan lawan berat yakni tim favorit juara Manchester United. Di luar prediksi Porto berhasil mengalahkan Manchester United dengan skor 2-1 di leg pertama dan berhasil menahan imbang Man. United 1-1 pada leg kedua yang berlangsung di Old Trafford.

Setelah berhasil menyingkirkan United Mourinho berkomentar : “Saya paham mengapa dia (Alex Ferguson) sedikit emosional. Dia memiliki beberapa pemain top dunia dan seharusnya bisa bermain lebih baik dari itu. Anda akan merasa sedih jika tim anda dikalahkan oleh tim yang hanya terbentuk dari 10% anggaran.”

Di perempat final Porto berhasil menyingkirkan Lyon dengan agregat 4-2. Dan di semifinal menyingkirkan Deportivo La Coruna dengan agregat 1-0. Di partai final justru Porto mendapatkan lawan yang bisa dibilang cukup sepadan yakni AS Monaco. Sama-sama tidak diunggulkan di awal kompetisi kedua tim ini membuat kejutan dengan berhasil lolos ke partai final. Banyak yang menyebut partai final ini sebagai final kuda hitam.

Di partai final Mourinho menerapkan taktik serangan baliknya. Hasilnya pun cukup menggembirakan Porto berhasil unggul 1-0 di babak pertama lewat gol yang diciptakan Carlos Alberto. Pada 45 menit kedua Mourinho kembali menunujukan kecerdikannya dengan melakukan pergantian krusial yakni memasukkan Alenitchev menggantikan Carlos Alberto. Pergantian ini pun membuahkan hasil, Alenitchev berhasil mencetak dua gol masing-masing diciptakan pada menit ke-70 dan menit ke-74. Pertandingan pun berakhir dengan skor 3-0 untuk keunggulan Porto dan memastikan Porto sebagai juara Liga Champions.

Kesuksesan Mourinho membawa Porto menjuarai Liga Champions semakin melambungkan namanya di kancah sepakbola Eropa bahkan dunia. Dan seolah-olah FC Porto adalah batu loncatan dalam karir Jose Mourinho untuk menjadi pelatih papan atas dunia.

Pada Juli 2004 Mourinho resmi melatih Chelsea untuk mengarungi liga Inggris. Waktu terus berjalan, karir Mourinho pun semakin menanjak dengan membesut beberapa tim besar Eropa seperti Inter Milan, Real Madrid, dan sekarang menangani Manchester United.

Sumber : itsgoneviral.com, biographyonline.net, transfermarkt.com, sport.detik.com, goal.com, uefa.com.