Menurut jurnalis Manchester Evening News, Samuel Luckhurst, Manchester United bisa dibilang beruntung bisa masuk papan atas musim ini. Bagaimana tidak, mereka bisa masuk papan atas dengan poin hanya 63. Musim lalu, poin segitu hanya membawa United finis ke tujuh. Sekarang, mereka bisa ke Liga Champions hanya dengan poin yang setara dengan apa yang dimiliki oleh David Moyes.

Hal ini tidak lepas dari buruknya kualitas tim-tim Premier League yang mayoritas tidak konsisten. Termasuk United sendiri yang semalam gagal mengalahkan West Ham United dalam laga terakhir mereka di Old Trafford musim ini. Setan Merah kehilangan dua angka setelah main imbang 1-1. Untuk kesekian kalinya mereka kembali gagal memanfaatkan kesempatan.

Ole Gunnar Solskjaer kembali memainkan susunan pemain terbaiknya setelah eksperimen yang ia lakukan ketika melawan Chelsea gagal. Sebelum pertandingan, dia juga meminta para pemain untuk bereaksi setelah kalah 1-3 dari The Blues.

Sayangnya, hal itu kembali tidak terlihat. Alih-alih menunjukkan semangat yang menggebu-gebu, penampilan United justru lesu. Kata mereka sih kelelahan, tapi permainan United memang jauh dari kata memuaskan.

Sepanjang 90 menit, United seperti ketika melawan Southampton yaitu kesulitan memegang bola dalam waktu yang lama. Penguasaan bola mereka dominan, tapi tidak ada ancaman. Mirip ketika United masih bersama Louis van Gaal. Banyak pegang bola tapi tidak ada peluang berarti di sepertiga akhir. West Ham sendiri juga tidak terlalu bagus. Mereka hanya menunggu dan tidak punya inisiatif untuk menguasai pertandingan dan hanya sesekali menyerang. Tapi, sama seperti United kalau West Ham juga tidak bisa membalas United melalui counter attack.

Kesulitan United untuk menyerang West Ham tidak lepas dari keberadaan Declan Rice. Sang gelandang bertahan tampil cukup baik mematahkan serangan United. Ia membuat 4 tekel sukses, 4 intersep, dan dua sapuan. Serangan United yang banyak mengandalkan umpan-umpan pendek di jarak sempit inilah yang membuat Rice pintar membaca aliran bola mereka dan hanya kecolongan satu kali melalui Mason Greenwood. Sisanya, upaya mengandalkan umpan-umpan kombinasi jarak sempit menjadi mudah terbaca oleh West Ham. West Ham hanya tinggal merapatkan jarak agar pemain United tidak punya ruang lagi untuk mengumpan. Hal itu berhasil.

Sayangnya, United seperti tidak punya taktik alternatif untuk mengubah gaya serangan. Menyerang mengandalkan bola-bola pendek melalui Bruno, hanya itu. Perpindahan arah serangan juga cenderung lambat yang membuat West Ham begitu mudah menutup ruang United. Hal ini diperparah dengan kurang aktifnya bek sayap United untuk memberi support para winger. Timothy Fosu Mensah bukan bek sayap yang pandai menyerang dan permainannya hanya sebatas aman-aman saja.

Brandon Williams juga tidak seagresif Luke Shaw yang bisa overlap dan underlap dengan sama baiknya. Brandon bahkan beberapa kali kalah berduel dengan pemain lawan. Inilah yang membuat Ole kemudian memainkan Aaron Wan-Bissaka untuk setidaknya meningkatkan sisi kanan meski pada akhirnya dua bek sayap ini juga tidak banyak membantu. West Ham sepertinya paham kalau dua bek sayap United tidak akan berguna sama sekali sehingga mereka hanya mempersempit ruang United di lini tengah.

Babak kedua juga tidak memberikan perubahan berarti. United masih mencoba untuk menyerang melalui umpan segitiga antar pemainnya. Hasilnya yang sama saja United tetap salah passing, kebingungan, ditambah dengan kelelahan. Situasi menjadi dilematis ketika Ole hanya melakukan satu pergantian tambahan dengan memainkan Ighalo. Antara Ole yang tidak mau melakukan pergantian karena taktik atau Ole memang tidak percaya lagi dengan pemain cadangan yang ia punya.

Sebaliknya, West Ham beberapa kali mengancam United pada babak kedua melalui kecepatan Jarrod Bowen dan kuatnya fisik seorang Michael Antonio. Beruntung, West Ham juga tidak terlalu banyak mengancam gawang De Gea kecuali sepakan Bowen. Ole sendiri bersyukur bisa mendapat satu poin. Katanya, hasil ini sama saja dengan menang 1-0 atau 2-0 sekalipun. Ia bahkan menyebut kalau penggemar jangan berharap lebih bisa membuat gol lebih dari dua atau tiga melawan West Ham. Pada akhirnya, Ole sudah puas dengan satu poin ini.

Ada sebuah fakta menarik, United akan lolos ke Liga Champions jika meraih dua poin dalam dua laga sisa ketimbang mendapat tiga poin pada dua laga sisa tersebut. Ole tampaknya ingin mengikuti opsi pertama yaitu hanya mendapat dua poin. Oleh karena itu, laga melawan Leicester nanti akan menjadi final bagi United dengan target minimal mendapat satu poin.

Namun, Leicester jelas tidak bisa dipandang remeh. Mereka juga masih punya peluang untuk ke Liga Champions. Mereka akan memanfaatkan betul kondisi United saat ini yang sedang drop dan keunggulan bermain di kandang sendiri. Laga akhir pekan nanti akan berjalan menarik mengingat kedua kesebelasan ini akan datang dengan kondisi sama-sama sudah kehabisan bensin.