Foto: manchester United World

Kekalahan dari Manchester City menunjukkan betapa jauhnya level Manchester United dari tetangganya tersebut. Beruntung, United masih mampu membuat tiga gol pada babak kedua yang membuat kekalahan ini tidak terkesan memalukan.

Modal empat kemenangan beruntun seperti memberi kepercayaan diri bagi suporter United kalau tim pujaannya bisa memberikan perlawanan kepada rivalnya itu. Sayangnya, City kembali membuat suporter United harus menginjak bumi dengan memberi mereka kekalahan telak 6-3.

Erik ten Hag mengaku gemas setelah laga karena tanda-tanda kalau United akan kalah sudah terlihat sejak menit-menit awal. Tidak ada keberanian, kepercayaan diri, ketenangan, maupun determinasi untuk berduel dengan City. Inilah yang membuat mereka hanya butuh delapan menit untuk mencetak gol pertama.

Tiap kali United memegang bola, tidak ada usaha untuk membangun serangan dengan pelan seperti yang terlihat di beberapa laga sebelumnya. Semuanya dilakukan serba terburu-buru. Organisasi antar lini mereka kacau. Tiap kali bola dipegang oleh Bruno, sebisa mungkin langsung di-direct ke depan yang ujung-ujungnya tidak efektif.

Di sisi lain, City menunjukkan betapa sempurnanya mereka sebagai sebuah kesebelasan. Hampir semua lini bisa memberi solusi ketika lini yang lain mengalami kebuntuan. Apa pun bentuk pressing yang diberikan United, City bisa mengatasi dengan mudah. Tidak sedikit yang menyebut kalau United sudah kalah mental karena lawannya ini sudah kadung OverPower.

Bagi City, mengalahkan United memang terkesan mudah. Pep Guardiola tinggal menaruh dua pivot mereka untuk membuat gelandang serang United, Bruno, tidak nyaman dalam melakukan build-up. Bruno sendiri tidak punya ketenangan dalam menghadapi pressing sehingga gampang kehilangan penguasaan bola. Jika sudah, City akan mengincar bek sayap United yang tidak dibantu oleh dua winger karena jarak yang terlalu jauh sehingga beberapa kali City unggul situasi dua lawan satu.

United sebenarnya punya kans untuk membuat ancaman melalui serangan balik. Tapi, eksekusi yang berantakan membuat segalanya menjadi percuma. Ditambah dengan beberapa kali Eriksen yang terisolasi sehingga pola serangan United tidak berjalan dengan baik.

“Kami membawa sikap yang tepat dalam lima laga sebelumnya, tapi yang terjadi kali ini sebaliknya. Itu normal dalam proses kami tapi yang namanya proses itu harus naik. Sekarang, kami mengalami kemunduran dan kami harus belajar darinya sembari terus mencoba menunjukkan peningkatan,” kata Erik ten Hag.

Monster Haaland

Sebelum laga, Erling Haaland mengeluarkan psywar kalau dia tidak takut dengan siapa pun pemain belakang yang akan ia lawan. Sontak, hal ini membuat banyak suporter kubu merah berharap kalau Lisandro Martinez atau Scott McTominay, selaku tukang jagal United, bisa menghentikan pria Norwegia tersebut.

Sayangnya, yang mereka hadapi ini adalah monster. Alih-alih mengunci Haaland, si pemain justru mengoyak-ngoyak pertahanan United tiga kali pada menit ke-34, 37, dan 64.

Mantan pemain Borussia Dortmund ini betul-betul luar biasa. Ia menunjukkan kalau dirinya memang tidak bisa dihentikan. Selalu saja ada cara baginya untuk membuat gol. Hal ini memang tidak lepas dari positioning dan timing yang tepat. Ditambah dengan kehadiran Kevin de Bruyne yang bisa menghasilkan umpan kunci apik sehingga gol tampak tinggal menunggu waktu.

Lini belakang United tampak tidak tahu bagaimana cara mengawal Haaland (dan pemain City lainnya). Beberapa kali jarak antar pemain jauh. Selain itu, mereka gagal mengantisipasi umpan-umpan silang dari City. Gol keenam dari Phil Foden menunjukkan betapa berantakannya pertahanan United dalam membuat jebakan offside.

Yang paling berbahagia tentu sang ayah, Alf Inge Haaland. Dendam akibat terjangan Roy Keane dua dekade lalu seperti dibayar tuntas oleh anaknya dengan cara mempermalukan mantan klub Keane di depan pendukungnya sendiri dengan skor telak.

Haaland sendiri kini siap menatap banyaknya rekor yang mungkin saja pecah dalam waktu dekat. Dia menjadi pemain tercepat yang bisa membuat tiga hat-trick yaitu delapan laga. Dia juga menjadi pemain pertama yang bisa membuat tiga hat-trick secara beruntun di laga kandang. Jumlah hat-trick di Premier League yang ia punya bahkan sudah menyamai koleksi Cristiano Ronaldo yang sepanjang 90 menit diam di bangku cadangan.

***

Seperti yang ditulis di awal kalau kekalahan ini menunjukkan betapa jauhnya level United dari tetangganya tersebut. City sudah menjadi tim yang komplet sedangkan United masih berproses dengan pemain-pemain yang merupakan peninggalan beberapa manajer sebelumnya.

Erik ten Hag perlu bekerja ekstra keras mengingat kini mereka sudah kalah tiga kali di liga. Mereka tidak boleh lagi membuang poin jika ingin langgeng di papan atas. Evaluasi jelas harus dilakukan mengingat United masih suka membuat error dan kehilangan keberanian terutama ketika menghadapi tim yang kualitas permainannya ada satu level di atas mereka.