Foto: Twitter Crystal Palace

Manchester tampak menjadi tempat yang indah bagi Crystal Palace. Lima kali bertandang menghadapi dua tim yang berada di sana, lima kali pula mereka tidak terkalahkan. Yang terbaru, The Eagles berhasil mengalahkan Manchester United dengan skor 1-3 berkat gol Andros Townsend, dan dua gol Wilfried Zaha yang hanya bisa dibalas melalui Donny van de Beek.

Kritikan keras mengarah kepada permainan United pada Sabtu kemarin. Mereka terlihat tidak bisa leluasa membangun serangan meski memiliki penguasaan bola yang dominan. Pemain-pemain yang sebelumnya berada pada top perform seperti Bruno Fernandes dan Anthony Martial juga bermain sangat buruk. Meski hasil ini tidak menjamin kalau musim United akan berjalan buruk, namun kekalahan ini menjadi sebuah peringatan kalau United belum sembuh dari penyakit mereka yang tidak konsisten.

Bermain di kandang sendiri, Setan Merah langsung mencoba menguasai jalannya pertandingan. Meski demikian, dominannya United hanya sebatas melakukan umpan-umpan pendek antar sesama pemain yang tidak diikuti dengan umpan-umpan vertikal yang mengarah ke kotak penalti lawan. Sebaliknya, seringnya United menjaga penguasaan bola dengan umpan-umpan pendek justru membuat mereka bingung sendiri yang berimbas dengan banyaknya umpan-umpan yang tidak menemui sasaran. Hanya dalam tempo 17 menit, United sudah delapan kali kehilangan penguasaan bola.

Tim tamu cenderung bermain menunggu. Sadar kalau mereka akan kalah penguasaan bola, Hodgson, dengan 4-4-2 standar, mereka berhasil membuat Palace selalu unggul jumlah pemain tiap kali United menguasai bola. Begitu pemain United menusuk, maka Palace sudah memiliki 8 pemain yang membuat kotak penalti terasa penuh dan ruang tembak yang menyempit. Ini pula yang membuat United beberapa kali melepaskan tendangan jarak jauh karena mereka kesulitan untuk membuat peluang berbahaya di kotak penalti.

Pada akhirnya, counter attack dari Palace menghukum mereka. Pada menit ke-7, Andros Townsend mencetak gol memanfaatkan umpan Jeffrey Schlupp. Palace menarik bek tengah United, dalam hal ini Lindelof, untuk bergerak ke sisi sayap. Lindelof dan Maguire, yang bermasalah dengan pemain yang mengandalkan kecepatan akhirnya harus melihat gawang De Gea kebobolan.

Setelah tertinggal, United memang mencoba untuk menekan pertahanan Palace. Namun, intensitas aliran bola United juga tidak terlalu baik. Temponya cenderung lambat. Inilah yang membuat pemain Palace dengan mudah mematahkan segala upaya yang mereka lakukan untuk mengancam gawang Guaita. Bola diberi ke salah satu sisi sayap, lalu dipindahkan lagi ke sisi lain, namun lagi-lagi pemain Palace berhasil menjalankan transisi dengan baik.

Sayangnya, masalah ini terus dipertahankan United hingga babak kedua berakhir. Inilah yang membuat serangan mereka gampang terbaca. Apesnya, masalah ini tampak tidak bisa dipecahkan oleh Ole Gunnar Solskjaer. Jadilah permainan United selama 90 menit terasa membosankan dengan pola yang itu-itu saja. Mencoba melebar, lalu mengandalkan aksi-aksi individu pemainnya yang berujung dengan hilangnya penguasaan bola dan umpan-umpan yang tidak akurat. Tampak seperti sebuah tim yang tidak memiliki struktur. Beberapa kali juga United terlambat melakukan counter attack memanfaatkan terlambatnya transisi permainan Palace.

Keadaan bagi United sebenarnya sedikit membaik setelah Donny van de Beek masuk menggantikan Paul Pogba. Masuknya pemain Belanda ini membuat lini depan United ketambahan satu pemain lagi di kotak penalti lawan. Donny pula tampak menjadi playmaker United selama beberapa menit sebelum akhirnya mencetak gol untuk memperkecil kedudukan.

Sayangnya, gol itu terjadi setelah United tertinggal dua gol setelah Wilfried Zaha mencetak gol dari titik penalti. Keberanian United terus menyerang, membuat mereka rentan diserang balik. Inilah yang dimanfaatkan Ayew dan Zaha melalui kecepatan mereka yang lagi-lagi tidak bisa dibendung Lindelof dan Maguire. Lindelof kemudian menjadi topik pembicaraan setelah tidak bisa membendung gol ketiga yang dibuat oleh Zaha, sang mantan yang menjadi rekrutan terakhir Sir Alex yang menonton di tribun.

“Kami membuat mereka terlihat bagus. Lawan Southampton, mereka bermain biasa saja. Saya pikir, United membuat permainan mereka terlihat seperti Barcelona atau Real Madrid,” kata Evra menyindir permainan United kemarin.

Sepanjang pertandingan, beberapa kali kamera menyorot pandangan Ed Woodward. Sang wakil dewan eksekutif dianggap sebagai biang keladi dari ruwetnya pergerakan United pada bursa pembelian pemain musim ini. Ole juga menyebut kalau pemain United yang ia punya saat ini tidak cukup untuk bisa bersaing dengan tim-tim lain pada Premier League musim ini.

Investasi memang diperlukan United mengingat musim lalu kedalaman skuad menjadi faktor yang membuat mereka kesulitan untuk menembus papan atas. Meski begitu, investasi juga tidak memberikan jaminan jika ke depannya permainan United masih sama seperti laga melawan Palace kemarin, permainan yang tanpa struktur dan tanpa ide untuk memecahkan masalah ketika cara bermain mereka menemui hambatan.