Babak ketiga Piala FA 2022/2023 dimulai pada Sabtu dini hari dengan pertandingan Manchester United melawan Everton sebagai pembuka. Dalam laga yang berakhir dengan skor 3-1 untuk Setan Merah di stadion Old Trafford tersebut, terselip tiga kisah yang datang dari tiga pemain berbeda.

Rashford Makin Tajam

Penalti yang dieksekusi dengan manis oleh Marcus Rashford pada menit ke-90 + 7 tidak hanya sebatas Kill the Game bagi Everton yang memberikan perlawanan sengit sepanjang pertandingan, namun juga sebagai bukti kalau musim ini tampaknya akan menjadi musim terbaik selama membela Setan Merah.

Gol semalam adalah yang kelima untuk Rashy dalam lima pertandingan terakhir. Tidak hanya itu, ia juga kini sudah mencetak tujuh gol dalam tujuh laga terakhir Manchester United di kandang sendiri.

Ia kini sudah menyamai catatan golnya pada musim 2017/2018 dan 2018/2019 yaitu dengan 13 gol di semua kompetisi. Catatan terbaiknya adalah pada musim 2019/2020 ketika ia membuat 22 gol sepanjang musim. Dengan kematangannya yang terus muncul seiring berjalannya waktu, bukan tidak mungkin musim ini ia bisa mencatat lebih dari 20 gol.

“Jika rekan setim saya terus menciptakan peluang, saya rasa untuk saat ini saya akan terus mencetak gol. Saya dalam performa terbaik untuk mencetak gol dan apa yang saya lakukan di atas lapangan hari ini adalah yang terbaik yang pernah saya buat,” kata pria berusia 25 tahun ini.

Rashford melengkapi harinya tersebut dengan tambahan dua assist. Yang pertama ketika cut-back yang ia lepaskan berhasil diterima oleh Antony. Assist kedua datang setelah bola yang ia kirimkan ke kotak penalti justru dibelokkan menjadi gol oleh Conor Coady.

Malangnya Coady

Jika Rashford mengakhiri laga ini dengan senyuman, maka tidak dengan Conor Coady. Mantan pemain Wolves ini tampak seperti Public Enemy Evertonian akibat gol bunuh dirinya tersebut. Bagaimana tidak, gol ke gawang Jordan Pickford tersebut hadir setelah ia mencetak gol penyama kedudukan pada babak pertama.

“Kami sedang dalam situasi buruk dan semua orang ingin keluar dari sana. Kami datang membawa rencana yang matang tapi justru kalah karena gol bunuh diri dan penalti. Ini tentu sangat menyakitkan,” tutur Coady kepada BBC.

Sejak Coady menyamakan kedudukan hingga gol penutup dari Rashford pada menit terakhir, permainan Everton sebenarnya tidak terlalu buruk. Ancaman mereka dari skema counter attack yang sudah kami bahas pada preview sebelumnya benar-benar membuat United kerepotan. Beberapa kali Malacia dan Shaw kalah lari oleh Demarai Gray. Sampai-sampai membuat Ten Hag memainkan Lisandro dan Maguire demi memperkuat barisan pertahanan mereka.

Sayangnya, agresivitas itu tidak diimbangi dengan kualitas yang mumpuni di lini depan. Baik Neil Maupay maupun Alex Iwobi tidak mendapat peluang yang banyak. Hal itu juga tidak berubah meski Lampard memainkan Dominic Calvert-Lewin pada babak kedua.

Hasil ini terus membuat perjalanan Everton musim ini semakin memburuk. Mereka kini sudah tidak pernah menang sejak Oktober 2022. Sesuatu yang membuat suporter berang dan menjadikan Old Trafford sebagai tanah mereka melakukan perlawanan kepada manajemen.

De Gea Mabuk

Meski menang 3-1, namun skor tersebut mengakhiri catatan apik United yang belum pernah kebobolan sejak kompetisi kembali bergulir. Hal ini sebenarnya bisa saja tidak terjadi apabila David de Gea tidak membuat kesalahan yang konyol.

Tendangan Neal Maupay sebenarnya tidak terlalu berbahaya karena De Gea sudah mempersempit ruang tembak di tiang dekat. Apesnya, bola tendangan striker asal Prancis itu justru mengarah ke sela kaki sang kiper sehingga bergulir ke dalam gawang sebelum diteruskan oleh Conor Coady.

Momen ini seperti melunturkan kegemilangan sang penjaga gawang yang tampil apik sebelum pertandingan ini. Kritikan pun langsung meluncur yang salah satunya datang dari Roy Keane. Mantan kapten United ini menyebut apa yang dilakukan oleh De Gea tampak seperti orang yang sedang mabuk.