Kemenangan 3-1 Manchester United atas Swansea City pekan lalu, masih menghadirkan perbincangan, salah satunya soal efektivitas serangan The Red Devils.

Kala melawan The Swans, United melepaskan total sembilan tembakan. Tiga tembakan tepat mengarah sasaran yang ketiganya berbuah gol. Dari sini, adakah yang merasa kalau ada yang aneh?

Berdasarkan jumlah tembakan yang dibuat United di atas, tanpa menyaksikan pertandingan sekalipun, kita bisa tahu kalau United masih punya masalah dalam hal membuat peluang. Untuk ukuran kesebelasan yang menguasai 62% penguasaan bola, total sembilan tembakan masih terbilang terlalu sedikit.

Hilangnya Makna Dominasi

United dikenal sebagai kesebelasan yang mendominasi, bukan kesebelasan yang suka-suka mencari-cari kesalahan lawan dengan sesekali melancarkan serangan. Sayangnya, ciri tersebut tak lagi dominan dalam beberapa musim terakhir. United benar mendominasi tapi sebatas pada penguasaan bola, sementara dalam hasil pertandingan, itu hal lain.

Saat menguasai bola, arah serangan menjadi tidak jelas karena bola kerap berputar-putar dari lini tengah ke lini pertahanan, begitu saja terus sampai bosan. Suplai untuk lini depan menjadi kurang karena kerap dengan mudah dipatahkan oleh lini pertahanan lawan.

Saat bermain seri melawan Burnley 0-0, sejatinya Burnley tidak memberikan perlawanan yang sepadan. David De Gea lebih banyak bengong di bawah mistar ketimbang bekerja. Di sisi lain, Paul Pogba dan kolega berulang kali menyambar lini pertahanan Burnley yang sejatinya tak kokoh-kokoh amat. Namun, dari berbagai peluang yang hadir, tidak ada satupun yang berbuah gol.

Sementara itu, kala United menang 3-1 atas Swansea mengesankan kalau United menang dengan begitu telak. United seperti mendominasi pertandingan karena menang dengan selisih dua gol. Padahal, kalau mau dilihat lebih jauh lagi, dominasi itu bagai sesuatu yang semu. United sudah tak bisa berbuat banyak utamanya pada 20 menit jelang pertandingan berakhir karena Swansea begitu perkasa dalam penguasaan bola. Singkatnya, United mungkin mendominasi, tapi hanya pada babak pertama.

Apa Pentingnya Shots on Goal?

Ford Bohrmann dalam tulisannya Do Shots on Goal Matter?, mengawali tulisannya dengan pernyataan: “Masuk akal bahwa lebih banyak tembakan ke gawang berarti lebih banyak kesempatan untuk mencetak lebih banyak gol. Masalahnya, di sepakbola banyak hal menjadi tidak masuk akal.”

Ke-tidak-masuk-akal-an ini sebenarnya sudah dibuktikan oleh Leicester City pada musim lalu. Leicester bukanlah kesebelasan yang mendominasi, bukan pula kesebelasan yang selalu memberondong gawang lawan dengan tembakan. Mereka pun menjadi juara Liga Primer Inggris berbekal satu gol kemenangan.

Tentu ke-tidak-masuk-akal-an itu sulit untuk diulang berkali-kali menjadi sebuah pakem. Anda bisa lihat sendiri bagaimana seorang Claudio Ranieri sekalipun seperti bosan melihat Leicester yang cuma mengandalkan serangan balik. Ranieri pun mencoba melakukan perubahan pendekatan dengan meminta anak asuhnya lebih banyak menguasai bola dan menekan lawan. Namun, hal tersebut tak berhasil, bahkan bisa dibilang gagal.

Banyaknya tembakan yang dibuat meningkatkan peluang sebuah kesebelasan untuk mencetak gol. Peluang ini kian besar apabila tembakan tersebut mengarah ke gawang. Artinya, semakin banyak tembakan ke gawang, semakin besar peluang sebuah kesebelasan mencetak gol.

Tentu itu tak bisa jadi jaminan karena ada berbagai kondisi yang memengaruhinya. Misalnya, akan percuma sebuah tendangan ke gawang kalau tembakannya kelewat pelan sehingga mudah diantisipasi kiper. Tapi ini adalah soal peluang di mana gol berpotensi lebih banyak terjadi.

Di sisi lain, kala melawan Swansea, United cuma melepaskan tiga shots on goal. United bisa dibilang beruntung karena ketga shots on goal itu berbuah gol. Bagaimana misalnya, kalau tiga tembakan tepat sasaran tersebut berhasil ditangkap kiper? United belum tentu menang saat melawan Swansea.

Hal yang menjadi masalah di sini adalah bagaimana United punya presentase yang bagus –bahkan sempurna–dalam konversi shots on goal menjadi gol.  Tapi hal ini tidak bisa jadi patokan karena jumlah shots on goal yang terbilang sedikit.

Dalam hal ini terlihat bahwa para pemain United seperti kesulitan untuk melepaskan tembakan tepat sasaran. Kita bisa menyebut kalau United masih dinaungi keberuntungan di mana ketiga tembakan tepat sasaran berhasil menjadi gol. Pasalnya, banyak shots on goal yang dilakukan oleh kesebelasan lain yang gagal menjadi gol karena kehebatan kiper lawan misalnya, atau disapu oleh pemain lawan di garis gawang.

Bagaimana kalau diblok seperti ini? foto: liverpoolecho.co.uk
Bagaimana kalau diblok seperti ini? foto: liverpoolecho.co.uk
Atau seperti ini. Foto: manchestereveningnews.co.uk
Atau seperti ini. Foto: manchestereveningnews.co.uk

 

Permasalah ini yang mesti dibenahi oleh Mourinho. Jika United tidak mampu melepaskan lebih dari tiga tembakan tepat sasaran setiap pekannya, kemungkinan mencetak tiga gol itu ada, tapi kemungkinan untuk tidak mencetak gol sama sekali itu peluangnya lebih besar.