Lagi-lagi laga klasik antara Manchester United kontra Liverpool berakhir imbang. Bermain di Anfield Stadium, kedua tim harus mengakhiri laga dengan skor kacamata 0-0. Bagi United hasil ini membuat perayaan peresmian tribun Kenny Dalglish Stand sedikit tercoreng. Sementara Liverpool, hasil ini membuat mereka masih kesulitan untuk kembali ke papan atas.

“Saya akan bermain dengan satu pemain belakang dan sembilan penyerang, jadi Anda tidak perlu khawatir,” itulah perkataan Mou pada konferensi pers sebelum pertandingan. Sebuah ucapan yang menyiratkan bahwa United akan bermain menekan dan menyerang sebisa mungkin.

Akan tetapi ucapannya tersebut justru hanya menjadi bualan seketika. Dalam praktiknya di lapangan, United justru bermain dengan semangat hanya untuk mencari hasil imbang. Mereka memang seolah menurunkan formasi 4-2-3-1 dengan Antonio Valencia dan Matteo Darmian bermain sebagai full back. Namun ketika peluit Martin Atkinson berbunyi, skema tersebut berubah menjadi 6-3-1.

Matteo Darmian bergerak menjadi bek tengah ketiga, sementara posisi Valencia sedikit berada di dalam kotak penalti untuk mempersulit ruang gerak para penyerang Liverpool. Posisi Valencia di sayap kanan langsung diisi oleh Ashley Young yang bergerak menjadi wing back. Seorang Anthony Martial bahkan harus ikut-ikutan menjaga lini pertahanan United dengan melindungi posisi yang ditinggal Darmian.

Cara main seperti inilah yang membuktikan bahwa Mourinho begitu mewaspadai serangan-serangan Si Merah. Hal ini terlihat dari banyaknya bola-bola direct alias umpan lambung yang dilepaskan ketika mereka berhasil memutus alur serangan Liverpool. Skema yang sudah diprediksi oleh Jurgen Klopp sejak konferensi pers sebelum laga.

Mou sudah mengetahui bahwa bermain terbuka menghadapi Gegenpressing sama saja dengan bunuh diri. Untuk itu ia memerintahkan garis pertahanannya untuk bermain lebih dalam dan menunggu para pemain Liverpool menemukan jalan buntu ketika memasuki lini pertahanan Setan Merah.

Skema ala Mou ini berhasil mematikan kreativitas trisula Coutinho, Firmino, dan Mohammed Salah. Firmino hanya satu kali melepaskan sepakan. Itupun dari luar kotak penalti dan tidak mengarah ke gawang. Sementara Coutinho juga hanya melepaskan satu tendangan yang masih bisa diblok pemain United.

Ketika Liverpool berhasil merusak kestabilan lini belakang United, mereka pun masih harus berhadapan dengan David De Gea. Sosok penjaga gawang Spanyol ini melakukan enam penyelamatan dimana salah satunya dilakukan dengan sangat gemilang ketika menahan sepakan jarak dekat Matip.

Satu pemain lain yang menjadi aktor keberhasilan United merusak skema penyerangan Liverpool adalah soerang Ander Herrera. Menggantikan Marouane Fellaini, Herrera tampil cukup baik dalam merusak aliran bola yang dimulai dari lini tengah The Reds. Ia memang hanya melakukan empat tekel sukses dari 14 percobaan. Akan tetapi semua upaya tersebut beberapa kali membuat serangan Liverpool selalu mentah.

Apa yang ditunjukkan oleh Manchester United selama 90 menit berhasil membuat seorang Jurgen Klopp frustrasi. Pada 10 menit akhir pertandingan, Klopp mengganti trio Coutinho, Salah, dan Firmino dengan Chamberlain, Sturridge, dan Dominic Solanke. Sebuah tindakan yang menunjukkan Klopp sudah pasrah dengan hasil imbang dan fokus ke laga Liga Champions.

Bagi United, hasil imbang ini hanya memberikan satu kerugian yaitu jarak poin yang akan melebar dari tetangganya Manchester City dan memberikan peluang bagi Chelsea, Spurs, dan Arsenal untuk mendekat.

Para penggemar Iblis Merah boleh saja kecewa dengan permainan timnya dalam laga tersebut. Namun bagi Mou, hasil imbang ini sudah sesuai dengan targetnya yaitu sekadar tidak kalah. Karena sejak peluit Martin Atkinson berbunyi, Iblis Merah memang sudah “Tak Niat” untuk menang.