Sosok spesial tiba-tiba muncul jelang laga Manchester United melawan Wolverhampton Wanderers. Orang yang sangat dihormati di klub tersebut datang untuk melihat kembali timnya bermain setelah harus beristirahat karena sakit. Harapannya, ia akan mendapat suguhan terbaik layaknya seorang yang sedang datang bertamu lalu mengharapkan tuan rumah memberinya segelas es sirup dingin sebagai pelepas dahaga.

Setelah tiga laga tandang, Manchester United kembali ke rumah dengan harapan bisa meraih kemenangan. Akan tetapi, rumah United masih belum berpihak kepada pemiliknya. Mereka hanya bermain imbang 1-1 melawan Wolverhampton Wanderers dalam laga yang kembali disaksikan oleh Sir Alex Ferguson tersebut.

Kehilangan Rashford dan Matic membuat Mourinho terpaksa mengubah susunan pemainnya. Fred kembali bermain di lini tengah menemani Fellaini, sementara tempat Rashford diisi oleh Alexis Sanchez yang tengah pekan lalu tidak bermain. Jesse Lingard kembali bermain di sisi kanan ditopang oleh Antonio Valencia yang menggantikan Diogo Dalot yang baru akan bermain kembali pada Rabun anti.

Di sisi lain, Nuno Espirito Santo memilih untuk tidak mengubah susunan pemain terbaiknya. Trio Jota, Costa, dan Raul Jimenez menjadi tumpuan mantan anak asuh Mourinho tersebut. Pola 3-4-3 kembali menjadi andalan dengan Matt Doherty dan Jonny Castro berperan sebagai wingback.

Keputusan Nuno untuk mempertahankan formasi andalannya berbuah manis. Mereka tampil jauh lebih berbahaya daripada tuan rumah. Wolves hanya butuh 15 menit untuk membuat empat tembakan ke gawang De Gea. Sedangkan sepakan pertama United baru muncul tiga menit kemudian yang berbuah gol dari Fred.

Leluasanya Wolves mengacak-ngacak lini pertahanan United dikarenakan bek sayap mereka yang berhasil mengeksploitasi posisi Luke Shaw dan Antonio Valencia yang kerap terlambat mundur ke lini belakang. Dari posisi sayap pula Helder Jota bisa mengkreasikan gol yang dibuat Moutinho pada babak kedua.

Cara Wolves mencetak gol menunjukkan bahwa para pemain belakang United terlalu mudah panik. Dalam proses gol Moutinho, Smalling sebenarnya sudah berusaha untuk menutup ruang tembak Raul Jimenez, namun yang menjadi masalah adalah tidak adanya dukungan dari lini kedua yang seharusnya menjadi tugas salah satu diantara Fellaini dan Fred. Valencia bahkan membiarkan salah satu pemain Wolves berkeliaran bebas di wilayah yang seharusnya menjadi areanya. Bahkan tidak ada satu pemain United yang mencoba menekan Joao Moutinho.

Transisi United dari bertahan ke menyerang pun terbilang amat buruk. Sanchez dan Lingard yang diharapkan bisa memberi suplai bagus dari posisi sayap dibuat tidak berkutik. Dua bek sayap United juga tidak bisa berbuat banyak karena tertahan dengan agresifnya Wolves yang membiarkan semua pemainnya untuk turun membantu pertahanan.

Dalam pertandingan kemarin, United 25 kali kehilangan bola. Dari jumlah tersebut, hanya tiga saja penguasaan bola United yang terputus ketika memasuki kotak penalti Wolverhampton yang menandakan kalau mereka sukses meredam lini tengah United. Gol Moutinho bahkan berawal dari kesalahan Pogba yang tidak bisa menguasai bola dengan baik di lini tengah.

Tidak hanya lini tengah, lini belakang Wolves juga bermain sangat apik. Sepanjang 90 menit, mereka berhasil memaksa United hanya membuat tiga tembakan dari dalam kotak penalti yang semuanya tidak akurat berkat aksi defensif mereka yang sangat baik. Seluruh pemain belakang Wolves bahkan terlibat dalam intersep dan sapuan yang mereka lakukan dengan Ryan Bennet menjadi pemain dengan catatan terbaik berkat 7 intersep dan 4 sapuan.

“Kami punya karakter dan itu sangat penting. Inilah yang kami inginkan. Bermain dengan organisasi yang sangat baik dan ketika Anda menguasai bola, Anda harus cepat membuat peluang. Apa yang saya lihat hari ini adalah kami bermain dengan sangat baik,” ujar Nuno selepas laga.

Apa yang diucapkan Nuno terbilang tepat. Mereka bermain dengan karakter dan tampil sangat baik di Old Trafford. Sebaliknya, United justru kehilangan karakter mereka yang sebenarnya sudah terbangun rapi sejak pekan ketiga melawan Tottenham Hotspur.

“Laga ini lebih mengecewakan ketimbang saat melawan Tottenham. Saya tidak tahu mengapa para pemain seolah tidak memiliki motivasi. Performa kami tidak konsisten, tidak kreatif dan dinamis. Kami memang tidak layak untuk mendapatkan lebih dari satu poin,” tutur Mourinho, yang frustrasi selepas laga.

Mourinho bukannya tanpa usaha. Pada babak kedua, ia memainkan semua pemain kreatif yang ia miliki di bangku cadangan, termasuk menjadikan Andreas Pereira sebagai pengatur serangan. Namun, tetap saja para pemain United kesulitan menembus barikade pertahanan Wolves.

Hasil 1-1 yang diraih menunjukkan kalau kata konsisten masih tabu bagi Manchester United. Mungkin, di benak Paul Pogba, konsisten itu sangat melelahkan. Eh tetapi hasil ini sebenarnya menunjukkan kalau United sudah tampil konsisten, kok. Ya, mereka sudah tampil konsisten untuk terus tidak konsisten.