foto: Sportskeeda.com

Manchester United diberkahi oleh sejumlah talenta muda yang beroperasi di sisi. Mereka adalah peluru United yang melesat menembus kedua sisi pertahanan lawan. Mereka bukan sekadar pemain, melainkan harapan.

Inggris kadung identik dengan permainan sayapnya dalam formasi 4-4-2. Dalam formasi tersebut kedua sayap memiliki peran penting sebagai opsi penyerangan.

Sejarah Pemain Sayap

Awalnya, sepakbola memiliki banyak tempat untuk seorang penyerang. Penepatan lima peyerang adalah hal yang lazim di awal sepakbola berkembang. Namun, seiring dengan aturan offside yang mulai diberlakukan, muncul strategi baru di sepakbola.

Terobosan yang paling dikenang adalah apa yang dilakukan oleh Herbert Chapman, pelatih Arsenal pada 1930-an. Ia menerapkan sistem formasi yang dikenal dengan nama “Formasi WM”. Maksud dari Formasi WM adalah pemain dibagi menjadi dua bagian, W beroperasi di wilayah lawan, sementara M beroperasi di wilayah sendiri.

Dengan sistem seperti ini, terdapat dua pemain yang beroperasi di kedua sisi. Keduanya mengapit seorang ujung tombak, yang dikawal oleh dua gelandang serang. Permain yang beroperasi di kedua sisi ini perannya kian penting karena dalam Formasi WM, serangan balik adalah senjata utama. Maka, dibutuhkan seorang pemain yang mampu dengan cepat menembus pertahanan lawan saat melakukan serangan balik.

Lambat laun, penggunaan pemain sayap menjadi sesuatu hal yang jamak di sepakbola. Mereka mendapatkan ruang yang begitu luas untuk berlari, mengingat lawan biasanya lebih memfokuskan diri di area tengah lapangan atau di lini serang.  Bahkan, saking luasnya ruang yang mereka miliki, lazim ditemui umpan dari satu sisi ke sisi lainnya. Ini dilakukan untuk mengacaukan konsentrasi lini pertahanan lawan.

Kedua sayap sempat hilang saat Inggris menjuarai Piala Dunia pada 1966. Ini tak lain karena makin banyaknya kesebelasan yang sudah bisa mengantisipasi Formasi WM. Meskipun demikian, tak butuh waktu lama bagi Inggris untuk kembali melihat pemain sayap, bahkan lebih rigid. Pada awal 1980-an, formasi 4-4-2 dengan kedua pemain sayap menjadi materi utama yang diajarkan di pusat pengajaran FA.

Kebiasaan ini yang membuat hampir semua kesebelasan di Inggris punya gaya bermain yang sama: bola-bola panjang dan permainan kedua sayap. Tentu, United pun punya pemain sayap andalan.

Mereka yang belum pernah menonton United pun setidaknya pernah mendengar nama-nama ini: Cristiano Ronaldo, George Best, David Beckham, dan Ryan Giggs. Permainan MU hampir dalam beberapa dekade selalu mengandalkan serangan sayap, mulai dari umpan silang ala Beckham, hingga yang sering membuat tusukan seperti Ronaldo.

Namun, setelah era Ronaldo, banyak yang merasa tidak ada yang pantas mengenakan kostum nomor 7 atau yang identik dengan pemain sayap kanan. Bahkan, pemain dengan profil tinggi seperti Angel Di Maria pun masih terasa tidak cocok untuk mengenakan kostum legenda tersebut.

Usai era Fergie, sisi kanan United belum menemukan orang yang tepat. Selain Di Maria, terkadang Juan Mata bergerak di sisi tersebut untuk mengubah ruang. Namun, tetap saja, Mata bukanlah pemain dengan tipikal pemain sayap. Gerakannya tidak bisa disamakan dengan Ronaldo. Umpan-umpannya tidak bisa seakurat Beckham.

Suksesor Ronaldo sejatinya ada pada dalam diri Louis Nani. Namun, sang pemain justru terlihat hanya sebagai pengekor Ronaldo. Sialnya, Nani gagal menduplikasi Ronaldo. Selain Nani ada nama Antonio Valencia yang diharapkan bisa menjadi pengganti Ronaldo. Namun, tetap saja, Valencia masih jauh dari standar.

Musim lalu, Memphis Depay mengenakan nomor punggung tujuh. Ia, dengan statusnya sebagai top skorer Eredivisie, mendapatkan beban berat untuk menjadi suksesor nomor tujuh. Sialnya, Depay justru tampil melempem. Ia jauh dari harapan. Pergerakannya barangkali tak lebih baik dari seorang Ashley Young.

Lantas, apakah kedua sisi MU kini mengalami kebuntuan?

Valencia yang Terlahir Kembali

Di bawah komando Louis van Gaal, Valencia bermain lebih bertahan. Ia kerap ditempatkan menjadi wingback dalam formasi 3-4-4. Saat bermain dengan empat bek sekalipun, Valencia kerap menempati pos fullback kanan saat Matteo Darmian tak bisa diturunkan.

Valencia mengawali debutnya di Premier League dengan bermain di Wigan Athletic. Kepergian Ronaldo membuatnya direkrut United dengan nilai yang cukup fantastis: 16 juta paun.

Kehadiran Valencia sejatinya tidak begitu menarik perhatian. Pasalnya, ada sejumlah nama yang kadung muncul seperti Louis Nani, Ashley Young, bahkan Federico Macheda. Ketiganya mampu memberikan performa yang impresif di media. Nani disebut sebagai penerus Ronaldo, Young diingat karena tendangan melengkungnya,sementara Macheda dianggap sebagai pemain masa depan United.

Namun, hingga semusim terakhir, justru Valencia yang menunjukkan peningkatan permainan. Nani dan Macheda sudah tak lagi di United, sementara Young bukan pilihan utama. Musim lalu adalah musim di mana Young paling sedikit tampil.

Di sisi lain, Valencia mampu menjawab keraguan dengan menunjukkan kemampuan bertahan yang bagus. Ia pun kerap diturunkan Van Gaal saat United butuh gol. Agresivitasnya membuat Valencia memiliki nilai lebih.

Musim lalu, menit bermain Valencia memang lebih sedikit ketimbang Young. Namun, hal ini tak lepas dari cedera yang ia dapatkan pada akhir Oktober yang membuatnya tak bisa tampil hingga setidaknya empat bulan.

Valencia menunjukkan performa yang bagus dalam laga pramusim di International Champions Cup. Menghadapi Galatasaray,Valencia memberikan tiga asis, termasuk satu asis yang dikonversi menjadi gol indah oleh Zlatan Ibrahimovic.

Dalam pertandingan itu pula terlihat kalau Jose Mourinho aganya ingin mengandalkan kedua sisi demi menyokong pergerakan Zlatan. Hal ini menjadi menguntungkan untuk Valencia karena United masih belum punya pemain sayap murni di sisi kanan.

Apalagi, United punya Zlatan, Marcus Rashford, serta Marouane Fellaini yang andal dalam urusan duel udara. Setidaknya, Valencia telah membuktikan hal tersebut dalam laga melawan Galatasaray, di mana ketiga asisnya merupakan umpan silang.

Untuk menunjang penampilannya, Valencia agaknya bisa menambah kemampuannya untuk menusuk ke dalam, sama seperti yang biasa dilakukan Ronaldo. Dengan ini, Valencia akan memberikan opsi tambahan bagi serangan United.

Valencia mungkin saja menjadi pilihan utama Mou pada musim ini. Dengan kemampuan bertahannya yang tidak buruk, Valencia bisa pula diplot sebagai fullback yang sesuai dengan keinginan Mou: cepat, agresif, tapi kuat dalam bertahan.

Bukan tidak mungkin, Valencia akan melan jutkan tradisi serangan United yang berasal dari sayap, dan menjelma menjadi “Nomor 7” yang sebenarnya.