Foto: Foxsports.com.au

Jose Mourinho kembali menjadi sasaran kritik. Kali ini dikarenakan hasil imbang tanpa gol yang ia dapat ketika melawan Crystal Palace, Sabtu (24/11) kemarin. Hasil tersebut membuat posisi United tidak beranjak dari papan tengah dan hanya mengumpulkan 21 poin. Ini merupakan catatan terburuk yang pernah diraih klub dalam 28 tahun terakhir.

Saya sendiri lelah melihat United yang terus tidak dinaungi nasib baik bersama Mourinho. Rasa lelah saya semakin bertambah ketika melihat para pendukung United yang terus meneriakkan Mou Out. Bukan bermaksud membela Mourinho, namun selama keluarga Glazer menganggap kondisi saat ini (masih) baik-baik saja, maka jangan harap Mourinho akan lengser dalam waktu dekat.

Kita hanya bisa berharap Mourinho mau mengundurkan diri dari posisinya. Namun tentu saja hal itu tidak akan mau ia pilih karena bekerja bersama United adalah salah satu impiannya. Dia tentu akan bertekad untuk membawa klub ini menjadi lebih baik sampai adanya vonis pemecatan dari keluarga Glazer.

Selain itu, saya sendiri masih heran dengan anggapan banyak pihak kalau United menjadi tim “Parkir Bus” bersama Mourinho. Selain memang tidak ada bus yang diparkir di stadion Old Trafford, Mourinho juga tidak selalu mengandalkan taktik tersebut di setiap pertandingannya. Parkir bus memang sering dipakai oleh Mourinho, namun hal itu ia lakukan hanya untuk pertandingan tertentu saja.

Lagipula semenjak dipegang Mourinho, United sebenarnya mengalami peningkatan di sektor serangan. Hal ini terlihat dari statistik United di era Mourinho yang jauh lebih baik ketimbang saat Setan Merah masih ditangani Louis van Gaal dan David Moyes.

Musim lalu, United membuat 68 gol di Premier League. Jumlah ini adalah yang terbanyak setelah era Sir Alex Ferguson. Catatan tembakan ke gawang mereka dalam satu laga pun cukup baik yaitu 4,7 per laga. Angka ini sebenarnya jauh lebih rendah jika dibandingkan musim 2016/17 (5,5 tembakan) dan 2013/14 (4,8 tembakan). Akan tetapi, jumlah tersebut tidak diimbangi dengan banyaknya gol yang hadir. Singkatnya, Mourinho membuat United tampil (sedikit) lebih menyerang dibanding musim sebelumnya.

Catatan yang tidak jauh berbeda sebenarnya juga dibuat United pada musim ini. Hingga pekan ke-13, United memiliki rataan tembakan ke gawang sebesar 5,9 tembakan per laga. Catatan ini hanya kalah dari Manchester City yang membuat 7,7 shoot on target setiap bertanding. Angka yang dimiliki United bahkan jauh lebih baik dibanding Tottenham Hotspur dan Liverpool yang secara posisi di klasemen lebih baik dibanding United. Bukti lain kalau United tampil tidak “parkir” seperti anggapan banyak pihak.

Anda pasti akan bertanya, “Kalau memang tidak bermain parkir bus, kenapa susah banget untuk cetak gol?” Di sinilah saya melihat masalah United sebenarnya. Mereka sebenarnya bermain menyerang dan tidak lagi membosankan seperti di era Louis van Gaal. Akan tetapi, para pemain United memang sangat buruk dalam hal penyelesaian akhir.

Musim ini, mereka baru mencetak 20 gol meski membuat hampir enam tembakan per laga. Hal ini berarti, dari 5,9 tembakan ke gawang tersebut, hanya satu atau bahkan tidak ada yang menjadi gol untuk United.

Bandingkan dengan Liverpool yang sukses membuat 26 gol meski rataan tembakan ke gawang mereka selisih tipis di bawah United. Arsenal juga memiliki catatan yang sama meski jumlah tembakan ke gawang mereka musim ini lebih sedikit dibanding United.

Lantas apa kesimpulan yang bisa ditarik dari segala angka-angka yang sudah muncul dalam tulisan ini? Yang pertama adalah para striker United nampaknya memang tidak cukup bagus di lini depan. Berdasarkan statistik musim ini, dari 10 besar pemain yang punya rataan tembakan terbanyak per pertandingan, hanya satu yang bukan berposisi sebagai striker. Pemain itu adalah Paul Pogba.

Ia menjadi pemain United yang justru paling banyak menendang ke gawang lawan dengan rataan 3,2 tembakan per laga. Bahkan striker yang dimiliki United tidak ada yang bisa menendang lebih dari dua tembakan per laga. Di bawah Pogba ada Anthony Martial. Akan tetapi, striker Prancis ini hanya punya 1,6 tembakan per laga. Romelu Lukaku memiliki rataan 1,8 tembakan dan Alexis Sanchez 1,3 tembakan,. Bahkan catatan Marcus Rashford hanya 0,8 tembakan alias dalam satu laga ia bisa tidak menendang sama sekali ke gawang lawan.

Angka ini jelas sangat jauh jika membandingkan Liverpool atau bahkan Manchester City yang minimal dua strikernya bisa membuat dua tembakan dalam satu pertandingan. Bahkan Wolverhampton memiliki Raul Jimenez dan Ruben Neves yang bisa membuat rataan dua tembakan ke gawang.

Miris memang melihat catatan tersebut. Para striker ini sebenarnya tidak kekurangan suplai. Rataan umpan kunci United adalah salah satu yang terbaik dengan 9,5 umpan kunci per laga. Catatan ini jauh lebih baik dibanding Tottenham Hotspur dan Arsenal yang katanya tampil lebih menyerang dibanding United.

Catatan buruk tersebut juga disebabkan dengan kemampuan para pemain depan United yang masih mudah membuat kesalahan. Marcus Rashford, Anthony Martial, dan Romelu Lukaku adalah pemain United yang cukup sering kehilangan bola. Hal ini yang mungkin saja membuat 9,5 key pass dalam satu laga United tidak berdampak apapun karena bola yang diberikan oleh pemain tengah langsung hilang ketika dikuasai para pemain depan.

Yang kedua adalah kurangnya keterlibatan para pemain United ketika menyerang. Dalam beberapa momen, seringkali pemain depan United tidak ada di kotak penalti lawan. Martial kerap berada di sisi kiri sementara Lukaku yang diplot sebagai striker utama justru kerap melebar ke kanan. Ketika keduanya memilih untuk melebar, posisi di dalam kotak penalti justru diisi Juan Mata atau Jesse Lingard yang bukan seorang striker.

Tidak hanya itu, ketika melakukan transisi permainan dari defense ke offense secara cepat, para pemain yang terlibat pun sangat sedikit. Biasanya, hal ini terjadi kalau Mourinho menghadapi kesebelasan yang mendominasi lini tengah dan pertahanan mereka. Hal ini juga ditambah akurasi umpan pemain United yang terkadang masih sangat buruk.

Contohnya adalah counter attack yang dilakukan Marcus Rashford setelah merebut bola dari penguasaan pemain Palace. Sesaat setelah memberi umpan kepada Alexis Sanchez, bola secepat mungkin dialirkan menuju Anthony Martial. Namun umpan yang diberikan tidak mengarah ke jalur lari pemain Prancis tersebut dan justru keluar lapangan.

Kesalahan-kesalahan posisi seperti ini juga menjadi masalah mengapa United tidak bisa mencetak lebih banyak gol meski para statistik menunjukkan kalau United bermain lebih menyerang dibanding musim-musim sebelumnya.

Jose Mourinho memang tidak membuat United bermain parkir bus seperti yang dituduhkan banyak orang. Akan tetapi, Mourinho kerap menemui kesulitan ketika taktik yang dijalankan tidak sesuai dengan harapan. Ia tidak punya pilihan taktik yang bisa mengubah jalannya permainan. Satu-satunya jalan keluar yang bisa ia lakukan hanyalah dengan memasukkan Marouane Fellaini yang membuat kesan kalau Mourinho miskin taktik semakin menguat.