Wajah kesal Mourinho terus terpampang sampai ia mengikuti konferensi pers setelah laga. Ia kesal karena gol Ross Barkley tersebut membuat tiga poin yang sudah di depan mata hilang. Penampilan apik timnya selama babak kedua sirna karena kesalahan pemain belakangnya.

Mourinho begitu berani menghadapi laga ini. Ia langsung menurunkan lima pemain yang attacking minded alias berorientasi menyerang. Juan Mata dimainkan sebagai gelandang serang, Pogba dikembalikan sebagai gelandang tengah, dan trio Martial-Lukaku-Rashford kembali dimainkan bersamaan. Performa melawan Newcastle dua pekan sebelumnya coba dimunculkan kembali di laga kali ini.

Akan tetapi, yang terjadi justru di luar dugaan. United tidak menunjukkan permainan menyerang seperti saat melawan Newcastle. Mourinho justru berspekulasi dengan memerintahkan anak asuhnya (kembali) bermain pragmatis dan baru menyerang ketika ada momentum untuk melakukan serangan balik.

Man to man marking diperagakan para pemain United untuk menghadapi pemain-pemain Chelsea yang memiliki akselerasi cepat seperti Eden Hazard, Willian, dan Mateo Kovacic. Young sebisa mungkin menutup pergerakan Hazard, Shaw akan mengawal Willian, sedangkan tugas menjaga Kovacic dilakukan oleh pemain-pemain yang berada di dekat pemain Kroasia tersebut.

Taktik ini cukup ampuh untuk meredam Chelsea yang kerap agresif ketika bermain di kandang. Meski mereka membuat enam tembakan ke gawang pada babak pertama, hanya satu saja yang mengarah ke gawang De Gea sementara sisanya terbuang sia-sia.

Akan tetapi, satu tembakan tepat sasaran tersebut justru membuahkan gol bagi tuan rumah. Sepak pojok Willian berhasil disambut dengan baik oleh Antonio Rudiger. Bek asal Jerman tersebut berhasil melepaskan diri dari penjagaan Paul Pogba yang diganggu oleh David Luiz.

Meski bagus dalam bertahan, namun United amburadul ketika mengembangkan serangan. Hanya satu peluang mereka berhasil ciptakan pada babak pertama dan itu tidak mengarah ke gawang Kepa. Lini depan mereka cukup pasif karena Marcus Rashford dan Anthony Martial berjarak sangat jauh dengan Romelu Lukaku ataupun Juan Mata.

Pada babak kedua, Mourinho kembali berspekulasi dengan mengubah gaya main timnya. Gaya pragmatis perlahan ditinggalkan dan menginstruksikan anak asuhnya untuk tampil berani menyerang. Rashford dan Martial diminta untuk tinggal di depan sementara Lukaku bermain ke dalam bahkan sampai ke lini pertahanannya sendiri.

Keputusan ini membuat lini belakang United menjadi lebih gampang diserang. Dari 21 tembakan yang dilakukan Chelsea, 16 tendangan hadir pada 45 menit kedua. Jika tidak ada David de Gea, bukan tidak mungkin mereka bisa mencetak gol lebih banyak.

Meski begitu, keputusan United bermain menyerang memberikan dampak positif bagi mereka. United mendapat enam tembakan dengan empat mengarah ke gawang Kepa. Dua dari sepakan tersebut bahkan dikonversi menjadi gol yang semuanya diborong Anthony Martial.

Dua gol tersebut tidak akan hadir jika Mourinho tidak jeli dalam membaca situasi. Mengetahui kedua bek tengah Chelsea sering abai dalam kembali ke lini pertahanan membuat Mourinho meminta para pemainnya untuk memanfaatkan ruang apit Chelsea yang sering kali kosong. Hal itupun berhasil mengingat dua gol Martial berawal dari sepakan Ashley Young dan Marcus Rashford dari ruang apit sebelah kiri Chelsea.

Pemanfaatan ruang apit tidak hanya dilakukan saat menyerang. Ketika bertahan, sebisa mungkin satu hingga dua pemain United berada di ruang apit pertahanan mereka agar tidak dimanfaatkan lini tengah Chelsea untuk mengirim umpan ke Olivier Giroud yang masuk menggantikan Morata. Tertutupnya akses ke lini depan membuat Hazard, Willian, hingga Pedro, terpaksa melakukan dribel lurus alih-alih melakukan cut inside seperti yang biasa diperagakan.

Musim ini, Chelsea memang terlalu bergantung kepada Hazard. Ketika pemain Belgia ini dimatikan, opsi lain menjadi tidak tersedia karena rekannya juga tidak bisa bergerak karena rapatnya lini belakang Setan Merah. Ia hanya membuat dua dribel sukses dari tujuh percobaan.

Ashley Young di luar dugaan tampil bagus dan berhasil menjadi pemain United ketiga (setelah Herrera dan McTominay) yang bisa mematikan pergerakan Hazard di sisi kiri yang menjadi kekuatan Sarri sepanjang musim ini. Ia membuat empat tekel sukses, lima intersep, dan tiga sapuan. Catatan ini menjadikannya pemain dengan aksi bertahan terbanyak dibanding pemain United lainnya.

Sayangnya, senyum para penggemar United harus hilang setelah Barkley mencetak gol penyama kedudukan. Sebelum gol Barkley, Sarri sudah mengubah susunan pemainnya dengan memasukkan Pedro, Olivier Giroud, dan Barkley untuk berkeliaran di lini belakang United dan mengubah pola menjadi 4-2-1-3. Proses gol juga dibantu dengan hilangnya konsentrasi lini pertahanan United yang lagi-lagi tidak siap menghadapi bola udara. Sesuatu yang harus diperbaiki Mourinho kedepannya.

Mourinho boleh saja kecewa. Tapi Mourinho patut optimis mengingat anak asuhnya kini sudah menunjukkan beberapa peningkatan setelah kalah memalukan dari West Ham beberapa pekan sebelumnya. Seandainya konsisten dengan penampilan seperti tadi, bukan tidak mungkin United perlahan-lahan bisa kembali masuk ke papan atas.