foto: 101greatgoal.com

Paul Pogba didatangkan dengan nilai fantastis: 89 juta paun. Dengan nilai sebesar itu, United diuntungkan dengan posisi Pogba yang versatile. Ia bisa ditempatkan sebagai gelandang tengah, gelandang serang, sampai gelandang yang bermain melebar.

Kehadiran Pogba tentu memberikan ancaman buat para gelandang United, mulai dari gelandang tengah macam Michael Carrick, Morgan Schneiderlin, sampai gelandang serang seperti Ander Herrera, dan Juan Mata. Marouane Fellaini pun menjadi terganggu, terlebih ia kerap dianggap sebagai gelandang yang entah di mana posisi aslinya.

Lantas, bagaimana dengan Wayne Rooney? Apakah posisinya juga terancam?

Mantan penggawa Liverpool, Stan Collymore, menilai kalau Rooney pantasnya dicadangkan. Namun, ia menilai kalau Rooney justru kalah bersaing dengan Juan Mata.

“(Juan) lebih baik dari Rooney di pertandingan melawan Bournemouth pada posisi nomor sepuluh,” kata Collymore dikutip dari Squawka. “Meski Mata bergerak dari kanan, tapi dirinya lebih baik dari Rooney saat pertandingan menghadapi Southampton.”

Collymore pun menyoroti bahwa tak pantas bagi Mata, yang dua kali terpilih sebagai pemain terbaik Chelsea ini, menjadi penghangat bangku cadangan karena posisinya direbut Rooney. Collymore merasa kalau kreativitas serangan United, ketimbang memainkan Rooney, bisa dicapai dari Mata di kiri, serta Henrikh Mkhitaryan di sisi kanan.

Pertanyaannya sejatinya bukan pada apakah Rooney layak dicadangkan? Atau, apakah Mata bermain lebih baik? Tetapi, apakah Rooney masih dibutuhkan oleh United?

United Minim Attemps

Rooney selalu menjadi starter dan hampir bermain sepanjang 90 menit dalam dua pertandingan terakhir menghadapi Southampton dan Bournemouth. Di atas kertas, posisi Rooney ada di belakang Zlatan Ibrahimovic dan diapit oleh Juan Mata serta Anthony Martial.

Tujuh gol dari tiga pertandingan terakhir, termasuk di Community Shield menghadapi Leicester, tidak menunjukkan superioritas lini serang United. Sama seperti musim lalu, asupan bola ke lini serang masih minim yang berarti peluang pun menjadi minimal.

Dalam pertandingan menghadapi Leicester, United hanya melepas sembilan attemps; menghadapi Bournemouth dengan 11 attemps, sementara saat menghadapi Southampton melepaskan 12 attemps. Kesebelasan lawan, kecuali Bournemouth, bahkan melepaskan attemps yang lebih banyak.

Saat menghadapi Leicester, Zlatan sebagai ujung tombak, hanya melepaskan dua attemps. Pun saat menghadapi Bournemouth. Sementara kala melawan Southampton, Zlatan melepaskan tiga attemps.

Capaian ini tentu tak bisa dibilang bagus. Sehebat apapun potensi Zlatan, ia tak akan maksimal saat tidak mendapatkan suplai bola. Salah satu rantai yang paling penting adalah pada Rooney. Sebagai pemain yang bergerak di belakang penyerang, ia punya tugas untuk menghadirkan peluang baik untuk dirinya maupun untuk sang penyerang.

Peran Pogba di Juventus

Pogba saat bertahan dalam formasi 3-5-2
Pogba saat bertahan dalam formasi 3-5-2

Potensi Pogba sebenarnya hadir di Juventus. Meski bermain cemerlang sebagai gelandang sayap di Piala Eropa 2016, tapi sebaik-baiknya Pogba adalah saat ia bermain di Juventus.

Pogba bermain di posisi yang terbilang aneh. Ia bermain sebagai di antara lini depan dan lini tengah, tapi ada di sisi kiri, sendirian. Dengan gaya sepakbola Italia yang lebih taktikal, maka potensi individu kerap sulit untuk diperlihatkan. Hal ini justru mengasah kemampuan Pogba terutama dalam melihat visi permainan.

Pogba amat senang menggiring bola. Kemampuan olah bolanya di atas rata-rata. Di sisi lain, Pogba tak bisa berlama-lama dengan bola, karena permainan di Italia memaksanya untuk cepat mengambil keputusan; apakah akan mengumpan atau menembak langsung.

Di Juventus, sejak menjadi pemain reguler pada musim 2013/2014, Pogba rajin mencetak gol dan melepas assist. Pada musim lalu, misalnya, Pogba menemukan performa terbaiknya dengan melepaskan delapan gol dan 12 assist.

Dari segi permainan, ketimbang melepaskan umpan terobosan, Pogba lebih sering melepaskan umpan panjang. Musim lalu, ia melepaskan rata-rata 3,3 umpan panjang sepanjang pertandingan. Dalam konteks Manchester United, hal ini sesuai dengan gaya permainan Mourinho, serta kehadiran Zlatan di lini serang.

Di Mana Pogba di United?

Dengan posisinya yang versatile, Pogba amat mungkin menempati pos poros ganda dalam formasi 4-2-3-1 kesukaan Mourinho. Namun, menempatkan Pogba sebagai poros ganda akan mengurangi agresivitas penyerangannya. Selain itu, United punya Herrera yang berfungsi sebagai passer, untuk melengkapi satu poros ganda lain yang berfungsi sebagai pengatur ruang dan fokus bertahan.

Menempatkan Pogba sebagai gelandang tengah hanya akan menimbulkan kesia-siaan atas potensi besarnya. Setidaknya hal ini bisa terlihat mulai babak perempat final Piala Eropa 2016.

Pelatih Prancis, Didier Deschamps, menempatkan Pogba sebagai gelandang tengah mendampingi Blaise Matuidi. Sementara itu, Moussa Sissoko ditempatkan di sisi kanan. Hasilnya? Pogba tidak memberikan dampak yang begitu besar.

Melawan Islandia, Pogba memang melepaskan tiga attemps yang dua di antaranya mencapai sasaran. Namun, ia tak memberikan satupun key pass. Saat melawan Jerman di semifinal, Pogba melepas dua attemps dan dua key pass. Sementara saat kalah dari Portugal di final, Pogba hanya melepas satu attemps dan key pass. Sissoko justru lebih agresif dengan capaian lima attemps.

Saat melawan Islandia dan Portugal, dengan ditempatkan sebagai gelandang tengah, Pogba masing-masing melepaskan 95 dan 115 umpan. Sementara itu, kala melawan Jerman, Pogba hanya melepas 35 umpan.

Bandingkan dengan saat melawan Irlandia di babak 16 besar. Pogba mampu melepaskan empat key pass dan tetap mampu melepas dua attemps.

Jack Pitt-Brooke, Jurnalis Independent, menyebut bahwa Pogba akan lebih bagus kalau dia diberi kebebasan untuk menyerang. Ia bisa melepaskan tembakan dari jarak jauh, maupun mengecoh bek lawan.

Gaya bermain Pogba di Juventus dan Prancis sama miripnya. Posisi Pogba disebut sebagai “Open Triangle” oleh Mourinho. Dalam posisi ini, Pogba ditempatkan sebagai gelandang tapi berdiri lebih tinggi ketimbang dua gelandang lainnya, seperti halnya segitiga tumpul. Di Prancis ia bermain di kanan sementara di Juventus, ia bermain di kiri.

Pitt-Brooke menganggap kalau Pogba amat cocok dengan formasi 4-3-3. Namun, harus ada yang dikorbankan dalam formasi ini yakni pemain nomor 10 yang ada di belakang penyerang. Pasalnya dalam 4-3-3 biasanya hanya digunakan satu ujung tombak.

Zlatan dianggap lebih baik. Keeping bolanya lebih kuat ketimbang Rooney, dan ia mampu mengreasikan peluang di dalam kotak penalti. Pitt-Brooke mengungkapkan bahwa menurunkan keduanya sekaligus bukan hal yang tidak mungkin seperti yang dilakukan Leicester City dan Atletico Madrid. Namun, dibutuhkan dua penyerang yang punya kecepatan macam Jamie Vardy dan Shinji Okazaki. Dua atribut ini yang tidak dimiliki oleh Rooney dan Zlatan. Artinya, penggunaan dua penyerang macam Leicester dan Atleti, sulit terwujud kalau lini serang dihuni oleh keduanya.

Penggunaan pemain nomor 9 dan 10 secara berbarengan juga mungkin dilakukan. Namun, bukan Rooney yang berperan sebagai pemain nomor 10 melainkan Pogba.

Mencadangkan Rooney bukan semudah membalikkan tangan. Rooney punya kekuatan lain di ruang ganti. Ia pun adalah kapten United. Ada faktor non-teknis yang berpengaruh dalam pertandingan jika pemain macam Rooney main. Bukan tidak mungkin pemain lawan atau wasit bahkan terintimidasi kalau Rooney main. Hal berbeda terjadi jika para pemain muda atau pemain asing yang baru main di Premier League bermain. Wasit mungkin akan lebih perhatian sementara pemain lawan akan berusaha “berkenalan”.

Soal lini serang akan menjadi pekerjaan rumah baru bagi Mourinho. Dengan skuat seperti sekarang ini, sungguh sayang kalau Mou tidak bisa membawa United menjadi juara. Di sisi lain, menurunkan Rooney pun bukan berarti kekalahan, tapi ada skema yang lebih baik yang membuat United (mungkin) lebih baik tanpa Rooney.

Mou agaknya makin sulit untuk memberikan keputusan, apakah akan tetap memasang Rooney dan puas dengan komposisi yang ada, atau merombak secara besar-besaran demi efektivitas yang lebih baik. Terlebih, Rooney menjadi pemberi asis bagi Marcus Rashford kala United mengalahkan Hull City 1-0 pada Sabtu (27/8) kemarin.

Namun, seperti kata Pitt-Broke, “Rooney adalah kapten dan tengah memburu rekor gol, tapi dia juga adalah pemain yang perlu menyesuaikan dan perbaikan untuk bisa bertahan hidup.”

NB: Kalau sulit menyesuaikan, agaknya tawaran 27 juta paun dari kesebelasan di Liga Super Tiongkok, bisa jadi menggiurkan.

Eh, tapi bukan tak mungkin juga kalau Rooney akan jadi bagian integral sebagai trio ini:

foto: 101greatgoal.com
foto: 101greatgoal.com
Rooney, Ibra, Pogba! Akronim yang menarik.
Rooney, Ibra, Pogba! Akronim yang menarik.