Foto: Twitter.com/LiamCorless

“Sulit melihat Jose Mourinho membalikkan keadaan, ia akan kehilangan pekerjaannya sebelum pergantian tahun. Dari menit pertama hingga peluit akhir, mereka bermain tanpa harapan, lamban, lesu, dan tidak menggairahkan.”

Ucapan tersebut diungkapkan oleh Alan Shearer sesaat setelah United tumbang dari West Ham United 3-1 di London Stadium. Hasil ini tidak hanya membuat United semakin terpuruk tetapi juga membuka kesempatan bagi Mourinho untuk menjadi manajer pertama yang kehilangan pekerjaannya di musim ini.

Apa yang diucapkan Shearer sebenarnya sudah tercermin sejak peluit awal dibunyikan. United langsung ditekan melalui pergerakan Pablo Zabaleta dan Andriy Yarmolenko di sisi sayap sebelah kanan. Hanya butuh lima menit bagi mereka untuk mencetak gol pertama melalui sepakan Felipe Anderson. Sekilas, gol tersebut layak untuk dianulir karena Zabaleta sudah berada di posisi offside.

Setelah kebobolan, United sebenarnya berinisiatif untuk mencari gol penyeimbang. Akan tetapi, upaya mereka justru terkesan lambat. Hal ini disebabkan komposisi pemain yang tidak biasa yang diturunkan oleh Jose Mourinho.

Pelatih asal Portugal tersebut memainkan tiga gelandang yang memiliki peran sebagai pengendali lini tengah yaitu Fellaini, Matic, dan Scott Mctominay. Nama yang disebut terakhir bahkan berperan sebagai bek tengah dalam 30 menit terakhir pertandingan.

Komposisi ini sebenarnya membuat United bermain menggunakan pola 3-4-1-2 dengan mengandalkan kecepatan Ashley Young dan Luke Shaw sebagai wing back. Pusat serangan United ditekankan kepada dua pemain ini. Dari 35 umpan silang yang dibuat United, 23 di antaranya berasal dari penggawa Inggris tersebut. Akan tetapi, hal tersebut tidak efektif.

Ketergantungan United kepada sisi sayap menegaskan betapa sulitnya mereka menembus pertahanan The Hammers dari lini tengah. Berkat komando Declan Rice sebagai gelandang bertahan, mereka menumpuk pemainnya di depan kotak penalti agar para pemain United tidak bisa memainkan umpan kaki ke kaki dengan nyaman. Tekanan mereka menghasilkan United yang 26 kali kehilangan penguasaan bola serta empat tendangan yang semuanya tidak mengarah ke target.

Sebaliknya, saat United sedang berada dalam tekanan, mereka seperti tidak ada usaha untuk merebut bola agar bisa dikuasai kembali. United hanya melakukan percobaan tekel sebanyak 12 kali berbanding 32 milik West Ham dengan hanya sembilan tekel saja yang berhasil.

Skuat asuhan Manuel Pellegrini memang bermain sangat percaya diri. Mereka bermain begitu efektif. Dua dari tiga gol mereka berasal hanya dari tiga tembakan sasaran. Sementara satu gol lainnya dicetak melalui bunuh diri Lindelof.

Mourinho terlihat bingung ketika babak kedua. Ia memilih untuk menarik keluar Victor Lindelof untuk memasukkan Marcus Rashford dan menempatkan McTominay sebagai pasangan Smalling. Keputusan ini dilandasi dengan keinginan Mourinho agar pemainnya tampil menyerang. Ia bahkan berani menarik keluar Pogba serta Martial untuk memberi kesempatan Mata dan Fred agar membuat lini tengah menjadi kreatif. Sementara Marouane Fellaini kembali bertugas menjadi penyerang dadakan.

Perjudian ini sempat berhasil ketika pada menit ke-71, Rashford mencetak gol memanfaatkan sepak pojok Luke Shaw. Akan tetapi, semangat United untuk mengejar defisit satu gol hanya berlangsung tiga menit. Celah antara McTominay dan Smalling dimanfaatkan oleh Arnautovic untuk mencetak gol kemenangan. Dalam proses tersebut, para pemain belakang United nampak pasrah saat Arnautovic mendekati De Gea.

Hasil ini membuat United berada di posisi 10 klasemen sementara. Selain itu, posisi Mourinho berada dalam situasi yang terpojok. Bahkan tidak sedikit yang menyebut kalau kekalahan ini sengaja dibuat para pemain United untuk menyingkirkan Jose Mourinho dari jabatannya sebagai manajer.