Alhamdulillah, Manchester United berhasil memutus kutukan usai menang 3-1 atas Burnley pada Minggu (18/4) malam kemarin. Dua gol Mason Greenwood yang ditutup dengan satu gol Edinson Cavani membuat jarak dengan Manchester City di puncak klasemen terpangkas menjadi hanya delapan poin.
Untungnya United menang, dengan skor meyakinkan pula. Karena kalau melihat permainan di atas lapangan, lagi-lagi kita disuguhkan penampilan yang kurang menggigit dan cenderung membosankan.
Mengapa membosankan? Karena United banyak memegang bola tapi tak menjadi apapun. Di babak pertama, United seperti kebingungan. Meski memegang 73 persen penguasaan bola, United hanya menghasilkan tujuh attemps: dua mengarah ke gawang, dua keburu diblok sebelum sampai kiper, dan tiga lainnya entah kemana.
Ini memperlihatkan bahwa pengusaan bola yang dimiliki United justru menjadi tidak efektif. Bandingkan dengan Burnley yang hanya memegang 27 persen, tapi bisa membikin empat attemps.
Dalam hal positioning, terlihat pemain United tampak terlalu cair. Ole Gunnar Solskjaer menurunkan Marcus Rashford sebagai ujung tombak. Mason Greenwood bermain di sayap kanan, sementara Paul Pogba di kiri. Bruno Fernandes ada di depan Fred dan Scott McTominay.
Akan tetapi, posisi ini seringkali tidak pakem. Terkadang Greenwood ada di kiri dan Rashford di kanan. Pun dengan Pogba yang terlihat bermain lebih dalam.
Secara teknis, United sebenarnya bermain dengan empat gelandang. Namun, kehadiran mereka terasa kurang efektif buat menyerang. Bola seolah berputar-putar di situ. Sampai Aaron Wan-Bissaka dan Luke Shaw seringkali naik, tapi juga tak menjadi apa-apa. Di sisi lain, sering naiknya kedua fullback membuat The Red Devils rentan buat diserang balik.
Kebingungan ini akhirnya terpecahkan ketika Edinson Cavani masuk menggantikan Fred. United jadi punya pola serangan terarah yang ditujukan pada Cavani sebagai ujung tombak. Rashford bergeser ke kiri, sementara Pogba berduet dengan McTominay di tengah.
Masuknya Cavani juga bikin bek tengah Burnley fokus untuk menjaga penyerang berkebangsaan Uruguay tersebut. Kedua fullback Burnley yang diisi Mathew Lowton dan Charlie Taylor juga bermain lebih rapat dengan bek tengah. Hal ini membuat ruang di kedua sisi pertahanan Burnley menjadi lebih terbuka.
Penguasaan bola jelas bagus buat tim yang bisa memanfaatkannya. Akan tetapi, dua gol United justru datang dari serangan balik, saat positioning pemain Burnley sedang jelek-jeleknya.
Namanya juga serangan balik, umumnya mengandalkan aksi spontan. Gol pertama United, berawal dari pergerakan Luke Shaw di kiri yang mengumpan pada Rashford. Pemain yang punya gelar kehormatan tersebut kemudian melakukan sprint melewati satu pemain dan masuk ke dalam kotak penalti.
Lini pertahanan Burnley belum siap untuk menahan pergerakan Rashford yang mendadak ini. Hebatnya, Rashford tidak men-delay bola. Hebatnya pula, Shaw berinisiatif membuka ruang ke sisi kiri. Ini yang membuat James Tarkowski memilih menunggu ketimbang menghentikan pergerakan Rashford. Soalnya, kalau Tarkowski memilih menerjang Rashford, bola bisa diberikan pada Shaw yang punya ruang tembak terbuka.
Proses gol pertama United memang menarik. Rashford mengumpan pada Bruno Fernandes yang tak terkawal di dalam kotak penalti. Bruno bisa saja langsung menembak. Hebatnya, sudah berapa kali penulis mengucap kata “hebat”? Bruno justru melepaskan bola tersebut. Ini yang bikin dua bek Burnley, khususnya Charlie Taylor, terkejut karena secara tidak langsung membuka ruang buat Greenwood untuk menembak.
Proses gol pertama ini sungguhlah hebat. Soalnya, dalam satu peluang terdapat beberapa kemungkinan yang hasil akhirnya bisa gol. Misalnya, Rashford bisa melepaskan tendangan placing, Bruno juga bisa langsung menembak, pun bila bola diberikan pada Shaw yang juga berpeluang menjadi gol.
Lantas di mana Cavani? Cavani justru tengah turun ke area tengah. Fokus pada Cavani membuat gelandang Burnley terlambat menutup ruang. Hal yang paling fatal, tentu saja tak menutup gerak Bruno.
Proses gol ketiga juga berawal dari serangan balik. Inisiatornya adalah Cavani yang punya pemikiran cepat. Ia mengumpan pada Greenwood di kanan, lalu dengan segera mencari ruang kosong di depan kotak penalti.
Greenwood bisa saja menusuk ke dalam dan menciptakan hattrick. Akan tetapi, ia memilih mengumpan pada Bruno. Pada situasi ini, Bruno juga amat bisa menendang langsung. Di hadapannya hanya ada dua pemain Burnley yang mengadang. Namun, ia memilih mengumpan pada Donny van de Beek yang tak terkawal di sisi kiri.
Lagi-lagi, Van de Beek bisa saja melepaskan tendangan langsung. Namun, ia melihat Cavani yang sudah melampaui bek Burnley. Tentu, bola macam ini amatlah mudah buat Cavani yang akhirnya mencetak gol kedelapannya buat United di Premier League. Ini sekaligus gol ketiga Cavani yang ia cetak secara beruntun.
Permainan United memang masih jauh dari harapan. Akan tetapi, setidaknya kita bisa percaya pada Ole yang paham betul perubahan strategi apa yang mesti dilakukan agar bisa meraih kemenangan.
Ditariknya Fred dan digantikan oleh Cavani adalah keputusan tepat dari Ole, yang mengubah jalannya pertandingan sekaligus memberikan kemenangan buat United.