Foto: Twitter David De Gea.

Manajemen Molde sejauh ini menegaskan kalau status Ole Gunnar Solskjaer adalah sebatas pinjaman. Ia harus kembali setelah musim ini berakhir. Hal ini membuat United terus diberitakan akan mencari manajer baru musim depan. Dan target paling utama mereka adalah Mauricio Pochettino.

Akan tetapi, pria yang diisukan akan menjadi pelatih anyar United tersebut justru kalah dari si pelatih interim. Bermain di Stadion Wembley, United membuat Spurs menderita kekalahan keempatnya di kandang pada musim ini. Semua karena taktik Ole yang begitu ampuh meredam Spurs yang sejak 2012 tidak bisa dikalahkan United di kandangnya sendiri.

Susunan Pemain Kedua Kesebelasan

Pepatah “Don’t change the winning team” nampaknya dipakai kedua pelatih untuk mempersiapkan diri jelang pertandingan ini. Ole kembali memainkan Ashley Young dan Jesse Lingard untuk menggantikan posisi Juan Mata dan Antonio Valencia yang bermain di laga terakhir Premier League.

Sadar kalau timnya butuh pemain yang cepat, Ole juga mengistirahatkan Romelu Lukaku dan kembali memainkan Marcus Rashford dan Anthony Martial. Nemanja Matic, Paul Pogba, dan Ander Herrera, juga kembali ke dalam skuad setelah mendapat istirahat.

Hal serupa juga dilakukan oleh Spurs. Menghadapi United, mereka meminta izin kepada timnas Korea Selatan agar bisa memaksimalkan tenaga Son sebelum si pemain terbang ke Uni Emirat Arab. Jan Vertonghen juga kembali menjadi pasangan Toby Alderweireld. Susunan lini tengah juga tidak berubah dengan dimainkannya Moussa Sissoko, Harry Winks, dan Christian Eriksen.

Suksesnya United Mematikan Para Penyerang Spurs

Sebelum laga, Ole mengatakan kalau timnya akan mencoba menyerang meski permainan mereka tidak akan seagresif ketika menghadapi lawan-lawan sebelumnya. Hal ini yang ditampilkan olehnya terutama pada babak pertama. Ia memilih untuk memerintahkan lini tengah untuk rapat dengan lini belakang serta menyisakan banyak ruang di lini depan. Tujuannya adalah mematikan para pemain tengah Spurs (khususnya Eriksen) agar tidak bisa memberikan bola kepada trio pemain depan mereka.

Ole juga memilih untuk tidak menjadikan salah satu dari Marcus Rashford dan Anthony Martial sebagai target man. Sebaliknya, false nine kembali dipakai jika melihat penampilan Jesse Lingard dan kosongnya area tengah di sekitar kotak penalti Spurs. Martial bermain di sisi kiri, sementara Rashford lebih banyak bergerak di sisi kanan.

Hal ini digunakan untuk memaksimalkan kecepatan mereka. Seandainya memainkan satu atau keduanya sebagai striker tengah, maka Alderweireld maupun Vertonghen bisa dengan mudah meredam mereka karena fisik mereka yang lebih mumpuni.

Taktik ini sudah menunjukkan hasil ketika United bisa membuat dua peluang tepat ke gawang dalam jarak waktu yang berdekatan. Kecepatan Rashford dan Martial begitu merepotkan Kieran Trippier dan Ben Davies yang tidak memiliki kecepatan setara dengan keduanya.

Puncak dari suksesnya taktik ini adalah gol pertama dan satu-satunya dari Marcus Rashford. Diawali dari kesalahan Kieran Trippier, Paul Pogba langsung mengirimkan umpan terobosan tepat ke jalur lari Rashford. Proses gol ini juga memanfaatkan longgarnya lini belakang yang hanya meninggalkan Jan Vertonghen sendirian karena para pemain lainnya terlalu maju untuk menekan lini belakang United. Ben Davies juga terlambat untuk membantu rekannya tersebut.

Seperti yang diutarakan sebelumnya, kunci lain dari kemenangan United adalah rapatnya lini belakang dan lini tengah yang diperagakan United dengan pola zona marking yang dilakukan. Menumpuknya hampir delapan pemain di belakang membuat suplai bola dari lini tengah ke lini depan menjadi macet. Bahkan lini belakang Spurs tidak bisa mengirimkan bola kejut layaknya proses penalti Harry Kane ke gawang Chelsea karena tahu para pemainnya akan kalah dalam duel udara.

Pada pertandingan kemarin, Spurs kehilangan bola sebanyak 25 kali. Satu lebih sedikit dibanding Setan Merah. Hal ini menandakan kalau United sebenarnya sukses mematikan taktik Spurs meski diserang habis-habisan. Dari jumlah tersebut, setengah diantaranya datang dari kuartet lini depan mereka.

De Gea Show pada Babak Kedua

Taktik Pochettino sendiri sebenarnya sempat terganggu ketika Moussa Sissoko mengalami cedera dan digantikan Erik Lamela. Hal ini membuat posisi Eriksen sedikit turun ke dalam dan membiarkan Lamela dan Son berkreasi di sisi sayap. Akan tetapi, dengan berubahnya formasi Poche menjadi 4-2-3-1, membuat Eriksen bisa bebas untuk mengkreasikan peluang. Hal ini juga dikarenakan penampilan lini belakang United yang mulai keteteran karena terus-menerus diserang.

Beruntung bagi United kalau mereka memiliki David De Gea. Jika tidak ada penjaga gawang asal Spanyol ini, Solskjaer tidak bisa membuat rekor sebagai pelatih United yang bisa memenangi enam laga secara beruntun. Bayangkan saja, ia membuat 11 penyelamatan pada laga ini. Namanya menjadi pemain terbaik pada pertandingan semalam.

“Dia melakukan hal yang sama musim lalu ketika melawan Arsenal. Saya sudah mengatakan ini berulang kali kalau kami punya kiper terbaik di dunia. Sepanjang sejarahnya, kami punya kiper-kiper terbaik dan saya pikir dia bersaing dengan Edwin (Van Der Sar) dan Peter (Schmeichel) untuk menjadi yang terbaik sepanjang sejarah,” kata Solskjaer

David De Gea memang sangat vital bagi United. Entah akan seperti apa nasib mereka seandainya pada 2015 lalu, mereka memilih melepasnya ke Real Madrid. Kepindahan yang sudah selangkah lagi terjadi, tiba-tiba batal karena keterlambatan dalam pengiriman dokumen. Musim lalu, United hanya akan berada di urutan kedelapan jika tidak ada penyelamatan-penyelamatan penting dari tangan maupun kakinya. Keterlaluan rasanya jika para pemain United, termasuk Ole, tidak menraktirnya sekotak donat setelah pertandingan.