Meski sepakbola bukan tempat yang tepat untuk berandai-andai, namun entah kenapa sulit untuk tidak membuat pengandaian terkait apa yang terjadi di stadion Old Trafford Rabu (6/11)  dini hari tadi. Seandainya De Gea lebih fokus, seandainya sentuhan Rojo tidak luput dari kakinya, bukan tidak mungkin United akan menang.

Hal serupa juga mungkin dirasakan pendukung Arsenal. Kalimat pengandaian bukan tidak mungkin mereka buat juga sebagai alasan kalau mereka layak menang. Tekel brutal Rojo, aksi tarkam Marouane Fellaini, menjadi alasan kalau mereka sebenarnya jauh lebih baik dibanding tuan rumah.

Laga United melawan Arsenal sebenarnya layak dinobatkan sebagai laga terbaik Premier League untuk musim ini, setidaknya bersanding dengan North London Derby pekan lalu. Kedua kesebelasan bermain terbuka, saling jual beli serangan, penuh benturan, dan intensitas serangan yang tinggi sejak menit awal.

Padahal kedua kesebelasan bermain tanpa beberapa pemain terbaiknya. United misalnya, mereka sempat diterpa isu krisis lini belakang sebelum pada akhirnya Bailly dan Smalling bisa bermain menemani Rojo. Yang menarik, Mourinho tidak memainkan Paul Pogba dan Romelu Lukaku. Posisi Luke Shaw pun digantikan oleh Matteo Darmian.

Meriam London juga sama. Mereka kehilangan Granit Xhaka karena akumulasi kartu. Posisinya digantikan oleh Mateo Guendouzi. Mantan United, Henrikh Mkhitaryan diistirahatkan dan digantikan oleh Aaron Ramsey.

Mourinho sendiri menurunkan formasi 3-4-3 sebagai upaya untuk meniru taktik Emery yang juga menggunakan pola serupa. Upaya Mirroring ini sebenarnya berhasil. Pada 15 menit pertama, United sukses menguasai jalannya pertandingan. Dua poros ganda milik Meriam London tidak punya kesempatan untuk memberikan suplai bola yang bagus untuk lini depan. Trio Bailly, Smalling, dan Rojo pun bermain apik.

Sayangnya, dominasi United bisa dibilang tidak membahayakan. Pertahanan Arsenal tampil cukup baik untuk dbongkar dan para pemain depan United yang sejak awal musim sudah bermasalah dengan kreativitas dan umpan di sepertiga akhir. Hal ini membuat Arsenal kemudian memilih menunggu dan melakukan serangan balik.

Pendekatan Arsenal pun cukup rapi di pertandingan ini. Transisi United yang lemah ketika bertahan, membuat Toreira mudah mengirimkan bola ke lini belakang United. Hasilnya pun langsung berbuah gol pertama dari Mustafi yang dibantu kesalahan De Gea.

Respons cepat langsung diberikan United. Seperti biasa mereka mengandalkan sisi sayap untuk mencari peluang. Sepanjang 90 menit, sisi kiri United nampak jauh lebih dominan. Selain keberadaan Anthony Martial, mereka juga dibantu oleh Marcos Rojo yang rajin naik membantu serangan. Hal ini kemudian membuat peran Darmian hanya terpusat pada lini belakang mengingat ia tidak punya kemampuan menyerang sebaik Shaw ataupun Rojo.

Anomali United pada Babak Kedua

Sejak peluit babak kedua dimulai, United tetap bermain dengan tempo tinggi seperti babak pertama untuk bisa menembus pertahanan Arsenal. Walau demikian Arsenal justru tampil lebih mengancam. Dengan menekankan pressing, Arsenal mengacaukan para pemain United yang mudah panik. Hal ini membuahkan hasil saat Rojo kecolongan hingga menyebabkan gol kedua.

Rojo sendiri berperan dalam dua gol klubnya. Sayangnya, ia juga yang membuat kesalahan sehingga Lacazette bisa berhadapan satu lawan satu dengan De Gea. Percobaan Rojo untuk menghalau Lacazette justru membuat dirinya mencetak gol bunuh diri. Kesalahannya ini menghapus penampilan apik Rojo.

“Satu kesalahan yang ia (Rojo) lakukan membuat dirinya menangis. Tapi saya mengerti kesalahan seperti itu memang sering terjadi ketika para pemain mulai kelelahan,” tutur Mourinho selepas pertandingan.

Ancaman para pemain Arsenal juga disebabkan karena bertumbangnya para pemain Setan Merah karena kelelahan. Anthony Martial mengalami cedera dan digantikan oleh Romelu Lukaku, Rojo digantikan Fellaini, sementara Jesse Lingard keluar menggantikan Paul Pogba.

Akan tetapi, tiga pemain ini justru tidak ada yang memberikan kontribusi apapun. Pogba hanya menyentuh bola sebanyak 16 kali, Lukaku tidak membuat sepakan apapun, sementara Fellaini hanya dikenang lewat tarikan rambutnya kepada Guendouzi.

Kelelahan yang dialami pemain United membuat Lucas Toreira dan Mateo Guendouzi berhasil lepas dari tekanan para pemain tengah United. Kecepatan mereka berhasil merepotkan dua poros ganda United (Herrera-Matic) yang tidak dibekali kecepatan yang memadai.

Selain itu, sosok Dalot juga nampak masih keteteran mengatasi cepatnya Premier League. Dari posisi yang ditempati Dalot, Arsenal beberapa kali mengancam gawang David de Gea. Ia kerap lambat dalam menutup ruang di sisi kanan. Beruntung pada babak kedua De Gea tampil jauh lebih baik.

United juga tertolong dengan kehadiran Herrera yang baik dalam mencari bola kedua. Pemain Spanyol ini mampu melindungi lini tengah United agar tetap bernyawa di tengah dominasi pemain Arsenal. Ia sukses membuat enam intersep, lima kali tekel sukses, dan membuat tiga peluang termasuk asis untuk gol Martial.

Singkatnya, kedua kesebelasan bisa dikatakan beruntung bisa mendapatkan satu poin. Meski secara taktik di lapangan, Arsenal lebih unggul, namun mereka juga digagalkan karena kesalahan para pemainnya. Di sisi lain, kesalahan De Gea dan Rojo meneruskan tren Manchester United yang dalam empat pertandingan sedang hobi membuang-buang poin.