Rio Ferdinand mengeluarkan komentarnya dengan wajah yang bingung. Hal serupa juga dialami Paul Scholes. Dia keheranan melihat mengapa tim yang pernah dibelanya tampil buruk di babak kedua meski saat jeda babak pertama, ia yakin kalau mereka akan menang. Begitu juga dengan Steven Gerrard. Nada komentarnya pelan seolah-olah ada kebingungan terkait apa yang dilihatnya pada Selasa malam kemarin.

Ketiganya duduk dengan label sebagai pundit dari BT Sports. Mereka tidak percaya ketika United tumbang di Teater Impian dari Sevilla dengan skor 1-2. Tiga kemenangan yang sudah diraih dengan baik, terlihat sia-sia ketika Wissam Ben Yedder tidak perlu waktu lama untuk menghukum kelalaian para pemain United.

Pemilihan Strategi yang Kurang Tepat

Dalam laga kali ini, Jose Mourinho mengubah sedikit komposisi skuatnya dari tim yang mengalahkan Liverpool pekan lalu. Juan Mata ditarik ke bangku cadangan untuk memberikan tempat kepada Jesse Lingard. Sementara Scott McTominay yang meninggalkan banyak celah pada leg pertama digantikan oleh Marouane Fellaini. Sementara Marcus Rashford kembali bermain namun di sisi kanan.

Kebutuhan untuk mencetak gol sejak awal menjadi alasan mengapa ia memainkan Fellaini alih-alih Juan Mata. Dengan Fellaini yang bisa menjadi pemantul membuat para pemain sayap diharapkan bisa memberikan servis langsung kepada Romelu Lukaku. Striker Belgia tersebut bahkan langsung mendapat peluang saat pertandingan belum berjalan lima menit.

Akan tetapi, yang terjadi setelahnya lini tengah United justru sering lowong. Fellaini yang tidak diimbangi dengan kecepatan trackback ke belakang membuat Matic harus bekerja menghadang serangan Rojiblancos sendirian. Ia justru sering dibantu oleh Jesse Lingard yang berani turun menjemput bola. Turun jauhnya Lingard hingga ke tengah juga karena keputusan Mou yang memberikan peran bebas kepada Sanchez, Rashford, dan tentu saja Lingard.

Bocornya lini tengah United yang membuat Sevilla bisa membangun serangan balik yang lebih tertata rapi. Keberadaan Steven N’Zonzi membuat alur serangan Sevilla ke lini depan terjalin sangat baik. Trio Correa, Sarabia, dan Muriel pun memusingkan para pemain belakang United, terutama Valencia dan Young yang dikenal sering panik apabila menghadapi pemain lawan yang mengandalkan kecepatan.

Skema seperti ini hampir mirip dengan apa yang mereka lakukan saat kalah dari Valencia. Akan tetapi, Vicenzo Montella merasa kalau hal ini bisa membuat mereka bisa mengimbangi permainan United yang pendekatannya sama seperti ketika melawan Liverpool. Penguasaan bola keduanya yang berbeda tipis menjadi alasan mengapa kedua tim ini mengusung gaya taktik yang sama.

Akan tetapi, dalam laga kali ini para pemain Sevilla tampak lebih sabar ketimbang United. Mereka membuat 10 tembakan pada babak pertama sementara United hanya berhasil melepaskan enam sepakan saja. Meski begitu, hanya satu saja dari masing-masing sepakan keduanya yang terbilang membahayakan.

Lelahnya Bek Tengah United yang Dimanfaatkan Sevilla

Alexis Sanchez yang diharapkan bisa bermain bagus justru lebih sering memberikan umpan yang tidak akurat. Dalam laga kali ini, hanya 68% umpannya yang menemui sasaran. Jumlah ini adalah yang terkecil dari seluruh pemain non kiper yang bermain di laga tersebut. Total hanya 78% umpan United yang menemui sasaran. Hal ini yang menandakan bahwa para pemain Setan Merah tidak tenang dalam membangun serangan.

Sulitnya United menembus lini belakang Sevilla juga disebabkan tepatnya pemilihan pemain yang dilakukan Montella. Kjaer berhasil mematikan pergerakan Lukaku dikarenakan punya fisik yang serupa dengan pemain Belgia tersebut. Begitu juga dengan pemilihan Luis Muriel sebagai striker. Kecepatannya berguna untuk mengacaukan dua bek tengah United.

Hal ini yang kemudian membuat Montella memasukkan Wissam Ben Yedder pada menit ke-72. Ia mengetahui kalau kedua bek tengah United, Bailly dan Smalling sudah terkuras staminanya akibat berhadapan dengan Muriel.

Hanya dua menit setelah Yedder masuk, ia langsung mencetak gol memanfaatkan bek tengah United yang mulai kelelahan. Joaquin Correa berhasil memancing Smalling untuk bergerak ke depan sebelum ia memberikan umpan kepada Yedder. Hal ini membuat Yedder berhadapan bebas dengan Bailly sebelum membobol gawang David De Gea.

Terkejut dengan gol pertama, United justru lagi-lagi dipukul melalui gol kedua yang lagi-lagi dibuat Yedder. Skemanya pun sama yaitu dengan memanfaatkan lemahnya konsentrasi para pemain United. Young yang mengawal Yedder justru tertinggal sehingga ia bisa mencetak gol melalui sundulan.

Sosok Paul Pogba menjadi Kambing Hitam pasca pertandingan. Dimasukkan oleh Mou pada menit ke-60 agar suplai bola bisa tersalur dengan baik, nyatanya Pogba berperan dalam dua gol yang dibuat Sevilla. Pada gol pertama, ia lengah ketika mengawasi pergerakan Ever Banega. Hal ini yang membuat playmaker Argentina tersebut bisa memeberikan bola kepada Correa.

Pada proses gol kedua memang banyak sekali pemain United yang lengah di kotak penalti. Akan tetapi, Pogba juga berandil besar karena dia ikut turun ke kotak 16 untuk membantu pertahanan. Tidak ada upaya dari dia untuk mengganggu pergerakan Ben Yedder.

Pogba kembali disorot saat dia justru seperti berjalan kaki saja saat United benar-benar membutuhkan gol kedua dan ketiga. Di menit-menit terakhir, ia bahkan memberikan umpan kepada Anthony Martial yang tidak akurat. Ia bermain seolah tidak ada gairah untuk membantu timnya.

***

Pada akhirnya, dua kesalahan United harus dibayar mahal dengan tersingkirnya mereka dari 16 besar Liga Champions. Target manajemen yaitu untuk melaju minimal hingga perempat final pun tidak terealisasi. Dua kesalahan tersebut berhasil dimanfaatkan dengan Sevilla yang sepanjang laga bermain dengan cukup tenang dan hati-hati.