Foto: The Guardian

Seakan tidak mau kalah dari tetangganya, Manchester United memberikan suguhan drama yang menarik dalam lanjutan Premier League akhir pekan kemarin. Beruntung, drama tersebut berakhir bahagia untuk Setan Merah.

Terasa jelas emosi suporter United dibuat acakadut oleh penampilan tim kesayangannya. Apalagi setelah Raphinha mencetak gol pada menit ke-54. Bayang-bayang soal hasil minor melawan Villa, Soton, dan Burnley, sepertinya akan kembali terulang.

Wajar apabila suporter United emosi di dunia maya. Di Elland Road pun saya yakin demikian. Bagaimana tidak, gol itu membuat skor laga menjadi 2-2. Makin emosi rasanya ketika gol pemain Brasil itu hadir 24 detik setelah Leeds mencetak gol pertama mereka melalui sepakan iseng Rodrigo.

Kejutan dari United sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak susunan pemain diumumkan. Ralf Rangnick memainkan Aaron Wan-Bissaka sebagai bek kanan menggantikan Diogo Dalot. Selain itu, Jesse Lingard juga mendapat kesempatan main sejak awal. Rotasi tampaknya menjadi alasan logis mengingat Kamis dini hari mereka akan bermain di Liga Champions.

Belum lagi keberadaan Paul Pogba di tengah. Pemain asal Prancis ini memang sedang on-fire. Namun, menghadapi Leeds yang gemar melakukan pressing dengan man marking, memainkan Pogba bisa berisiko terutama ketika kita tahu bagaimana lemahnya Pogba ketika space untuk memberi umpan ke depan mulai tertutup. Disini terlihat jelas kalau Rangnick seperti ingin bermain reaktif

Pada awalnya perjudian yang dilakukan Rangnick seperti berjalan sukses. United unggul 2-0 pada 45 menit pertama melalui Harry Maguire dan Bruno Fernandes. Gol Maguire bahkan berasal dari sepak pojok. United akhirnya memecahkan masalah mereka dalam hal mencetak gol dari corner pada kesempatan ke-140.

Namun, kita berbicara tentang United yang kerap memilih jalan sulit untuk menang. Apa yang terjadi pada menit ke-53 mengajarkan suporter United untuk jangan tertipu dengan permainan apik timnya  pada babak pertama.

Gol pertama Leeds memang berbau keberuntungan. Maksud Rodrigo yang ingin melepaskan umpan silang justru membuat bola bergerak deras ke gawang De Gea. Faktor angin kencang akibat hujan sepertinya membantu proses gol tersebut.

“Pada babak pertama, kami sadar kalau Leeds akan menyerang kami dan akan mencoba bermain lebih agresif. Saya percaya kalau gol pertama datang dari ketidaksengajaan. Saya tidak yakin kalau Rodrigo sengaja melakukannya untuk melepaskan tendangan semacam itu,” tutur Rangnick.

Sebenarnya dua gol Leeds ini juga bukan karena kesalahan lini belakang. Yang pertama memang sifatnya spekulatif. Yang kedua dikarenakan pemain United yang berada di posisi yang kurang tepat. Bruno Fernandes tidak menemukan opsi passing ketika sedang mendapat pressing.

Dari proses gol kedua Leeds inilah tercermin kekurangan United dalam hal shoulder check. Terkadang, pemain yang membelakangi lawan tidak melihat apakah dia mendapat tekanan atau tidak dari sisi yang tidak terlihat olehnya. Inilah yang sering dilakukan dan acapkali jadi keuntungan bagi lawan.

Setelah skor sama, Rangnick memainkan Fred dan Elanga. Terlihat Rangnick ingin mengambil kendali pertandingan. Fred tentu akan lebih sesuai dengan keinginginan Rangnick karena dia bukan pemain yang lama-lama memegang bola seperti Pogba. Dia juga butuh pemain dengan movement yang bagus. Hasilnya pun terbukti jitu. Fred mengembalikan keunggulan United pada menit ke-70. Pada menit ke-88, Elanga mengunci tiga poin untuk United.

Bagi United kemenangan ini tentu menjaga asa mereka untuk bisa memiliki posisi keempat. Dengan banyaknya pertandingan yang belum dimainkan tim-tim seperti Arsenal,Spurs, hingga Wolves, United tentu tidak boleh melewatkan satu laga pun tanpa kemenangan. Bahkan mereka bisa saja bersaing dengan Chelsea untuk memperebutkan posisi ketiga jika mampu.

Sedangkan Leeds United, musim ini berjalan tidak semulus musim lalu. Jika pada jumlah laga yang sama, mereka masih ada pada posisi ke-12, kali ini anak asuh Marcelo Bielsa hanya unggul lima angka dari Watford sang penghuni pos terakhir zona degradasi.

Bielsa tampak belum bisa menyelesaikan masalahnya di Leeds terutama persoalan di lini pertahanan. Beberapa pemainnya masih suka melakukan kesalahan individu setelah gagal melakukan man marking seperti yang terjadi pada mayoritas gol United kemarin.

Filosofi Bielsa memang bagus, tapi jika filosofi tidak diimbangi dengan kualitas pemain maka hasilnya bisa menjadi lebih buruk. Inilah yang sedang mereka alami saat ini.