Foto: Football Transfer

Tidak ada yang meragukan kualitas Adrien Rabiot sebagai seorang gelandang. Dia bisa menjadi gelandang box-to-box dan sanggup berperan sebagai deep-lying playmaker. Kemampuan menyerang dan bertahannya juga sangat seimbang. Akan tetapi, ada satu sosok yang dianggap bisa menjadi penghambat dari karier si pemain jika benar akan direkrut oleh Manchester United.

Dia adalah Veronique Rabiot, ibu sekaligus agen dari si pemain. Yang menjadi masalah, rekam jejak Veronique sebagai agen terbilang sangat kontroversial. Layaknya ibu yang ingin anaknya memiliki karier yang baik, ia tidak akan segan-segan menyerang siapa pun yang dianggap bersebrangan dengan pemikirannya.

Ketika bermain untuk PSG, Adrien sebenarnya memiliki karier yang baik. Namun, saat kontraknya mulai mendekati akhir pada 2019, sang ibu ingin klubnya memberi kontrak yang sesuai dengan keinginannya. Sayangnya, PSG tidak bisa menuruti kemauan pihak Rabiot.

Dari sinilah kisruh dimulai, sang ibu merasa Rabiot seperti seorang tahanan dalam sebuah penjara. Hal ini tidak lepas dari keputusan PSG yang membekukan status Rabiot karena sudah tiga kali menolak kontrak yang mereka berikan.

“Adrien adalah seorang tahanan di sana. Dia disandera oleh PSG. Sebentar lagi akan ada roti kering, air, dan penjara bawah tanah! Lingkungan ini kejam. Mereka ingin dia memakai piyama pada jam sembilan, lalu menonton mereka, dan tidur pada jam sebelas,” kata Veronique.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama Veronique membuat PSG kesal. Saat Rabiot baru berusia 15 tahun, ia diundang oleh PSG untuk tur ke Qatar pada 2012. Akan tetapi, ia mengundurkan diri setelah klub menolak mengizinkan ibunya untuk ikut. Saat ia dipinjam ke Toulouse, pelatih kepala Alain Cassanova juga beberapa kali menolak permintaan Veronique untuk selalu datang melihat anaknya latihan.

Rabiot kemudian hengkang ke Juventus dengan status bebas transfer. Setelah bersitegang dengan PSG, Nasser Al-Khelaifi selaku ketua klub Prancis tersebut mengaku senang tidak harus berurusan dengan ibu Rabiot lagi.

Sebelum hengkang ke Juventus, Rabiot sebenarnya berpotensi pindah ke Roma, Spurs, dan Barcelona. Namun ketiga klub itu memilih mundur setelah tuntutan Veronique yang tidak bisa mereka penuhi.

Konflik di Timnas

Nama Rabiot mulai dipertimbangkan ke tim nasional Prancis jelang Euro 2016. Akan tetapi, ia tidak ikut serta dan hanya masuk daftar tunggu. Pada Piala Dunia 2018, Rabiot juga hanya masuk daftar tunggu karena kalah bersaing dari N’Golo Kante, Steven N’Zonzi, dan Correntin Tolisso.

Rabiot gerah. Ia merasa kalau 50 penampilan pada musim 2017/2018 bersama PSG harusnya bisa membawanya ke Piala Dunia. Ia pun memutuskan menolak keputusan Didier Deschamps memasukannya dalam daftar tunggu.

“Jika saya memutuskan menarik diri dari daftar tunggu itu karena saya merasa pilihan mereka tidak didasari pada sebuah logika. Mereka sudah memberi pesan kalau penampilan di klub adalah jalan ke tim nasional Prancis. Saya memang seorang pesain, tapi saya juga pria yang ingin dianggap,” kata Rabiot.

Inilah yang membuat Rabiot kerap dikritik oleh media. Terlepas dari talentanya, perilaku di luar lapangan dianggap tidak mencerminkan sosok profesional. Noel Le Graet, presiden sepakbola Prancis, menyebut kalau Rabiot telah menghukum dirinya sendiri. Ia pun sempat tidak dipanggil timnas hingga 2019.

Didier Deschamps kemudian melunak saat Prancis siap mentas di Euro 2020. Rabiot kembali dipanggil. Sayangnya, Prancis tersingkir di 16 besar karena kalah dari Swiss.

Dilansir dari The Athletic, timbul perselisihan yang justru datang dari keluarga para pemain. Perselisihan dimulai dari keluarga Pogba yang mempertanyakan penampilan Rabiot. Di sisi lain, Veronique menyalahkan Pogba karena blundernya membuat Swiss bisa menyamakan kedudukan.

Tidak hanya Pogba, keluarga Mbappe juga diserang oleh Veronique. Ia disebut meminta Fayza Lamari, ibu Mbappe untuk bilang ke anaknya agar jangan sombong. Beberapa jurnalis juga diberitakan kena omel oleh Veronique meski beberapa bulan berselang ia menyebut kalau tidak pernah ada perselisihan yang terjadi antara mereka.

“Ibu Rabiot itu sangat sensitif. Dia tidak akan menghargai apa yang dikatakan rekan setimnya tentang permainan Adrien,” tutur The Athletic.

Demi Anak Apapun Akan Dilakukan

Dalam tulisan di The Athletic, ada beberapa hal yang membuat Veronique begitu protektif terhadap anaknya. Salah satunya karena ayah Rabiot menderita locked-in syndrome karena kecelakaan yang membuat Veronique mengasuh Rabiot seorang diri. Inilah yang membuat Veronique merasa kalau anaknya harus memiliki karier yang bagus untuk kehidupan mereka.

“Apakah dia terlalu keras? Ya. Tapi dia punya banyak beban yang ditanggung. Konteksnya adalah Rabiot harus dapat segalanya. Dia bukan orang jahat, tapi dia akan membela putranya sampai mati,” kata salah satu sumber keluarga Rabiot.

Manchester United masih ingat betul betapa sulitnya bekerja sama dengan Mino Raiola yang menjadi agen Paul Pogba. Sang agen begitu cerewet jika melihat klien-nya seperti dirugikan.

Inilah yang membuat suporter United banyak yang memandang negatif keinginan mereka mendatangkan Rabiot. Kesuksesan mereka membuang virus dalam diri Pogba dan Lingard, United seperti memasukkan virus baru dalam diri pemain berusia 27 tahun tersebut. Terutama dengan reputasi ibunya sebagai emak-emak galak.

“Veronique akan terlibat dalam semua keputusannya dan bahkan memulainya. Dia akan selalu memaksakan dirinya padanya. Pengaruhnya benar-benar besar dan total,’ kata Dominique Severac dari Le Parisien.