Laga Liverpool kontra Manchester United memang telah berakhir. Akan tetapi masih banyak saja yang memperbincangkan soal laga yang berakhir 0-0 tersebut. Bukan soal skor 0-0 yang menjadi topik utama melainkan sikap Jose Mourinho yang memang sengaja mengincar hasil imbang di laga ini.

Dalam pertandingan tersebut, United hanya lebih memilih menunggu para pemain Liverpool memasuki area pertahanan mereka. Mereka tampak berhati-hati dalam menghadapi taktik Gegenpressing Liverpool. Hal tersebut membuat United hanya menciptakan satu peluang berbahaya di kotak penalti Liverpool sepanjang 90 menit.

Cara ini memang membuat laga menjadi tidak sedap ditonton. Terutama bagi penggemar United. Harapan munculnya permainan tempo tinggi disertai dengan jual beli serangan pun hanya menjadi angan-angan belaka. Mou sendiri mendapatkan beberapa kritikan terkait keputusannya tersebut. Seolah tidak peduli, manajer 54 tahun tersebut menjelaskan taktik yang dipakainya mengadapi Liverpool pada Sabtu (14/10) lalu.

“Kami datang untuk (meraih) tiga poin. Tapi di babak kedua kami merasa sulit melakukan itu. Saya menunggu Jurgen melakukan perubahan. Saya menunggunya untuk bermain lebih menyerang, tapi dia tetap menyimpan tiga pemain tengah di mana mereka memegang kontrol sementara saya hanya punya Matic dan Herrera,” ujarnya di situs resmi United.

“Ketika saya memasukkan Lingard dan Rashford, saya menunggu mereka memasukkan Sturridge atau Solanke tapi tetap memainkan tiga penyerang utama mereka. Tapi dia memutuskan untuk menarik semua pemain depannya dan mempertahankan lini tengah mereka yang kuat. Saya hanya punya Matic dan Herrera, tidak ada orang lain. Saya tidak punya siapa pun di bangku cadangan yang bisa memberikan perbedaan.”

Jika melihat apa yang diucapkan Mou, United sebenarnya datang ke Anfield dengan maksud meraih kemenangan. Akan tetapi Mou tidak mau buru-buru untuk bermain menyerang sejak menit awal.

Ia ingin skuadnya bisa mencetak gol pada 10 menit akhir laga yang menjadi ciri khas mereka musim ini. Namun itu semua dengan catatan Klopp mengganti salah satu pemain tengahnya dengan penyerang cadangan Liverpool.

Apabila Mou mengganti salah satu pemain tengah juga tidak akan mengubah jalannya pertandingan. Di bangku cadangan United tidak ada satupun pemain yang level permainannya di lini tengah mendekati duet Matic dan Herrera. Apabila ada sosok Fellaini pun, ia tetap saja akan dimainkan untuk berfokus ke lini belakang.

Mou bisa saja bermain menjadi super defensif dengan menurunkan salah satu diantara Victor Lindelof atau Axel Tuanzebe di tengah-tengah laga. Akan tetapi, ia justru memainkan Lindelof ketika pertandingan sudah memasuki menit-menit akhir.

Memasukkan Juan Mata di lini depan pun justru dapat mengundang bahaya bagi United. Salah satu alasan Mou menjual Mata ketika masih bermain untuk Chelsea adalah karena kemampuan bertahan Mata yang sangat buruk.

Memilih untuk meladeni gegenpressing Klopp sejak menit awal sama saja dengan bunuh diri. Seburuk-buruknya lini pertahanan mereka di musim ini, toh mereka bisa saja bermain apik apabila menghadapi klub besar. Melawan United adalah contoh dimana lini pertahanan mereka tampil tanpa cela terlepas dari gaya main United yang terbilang sederhana.

Kalaupun memang ingin mencari kambing hitam, maka salahkanlah jeda Internasional. Karena kalau dicatat satu persatu, para pemain United yang bermain pada Sabtu lalu rata-rata bermain 90 menit dan mayoritas turun di semua laga kualifikasi Piala Dunia dua pekan lalu.

Namun bagi yang sudah kadung kecewa dengan apa yang ditunjukkan United kemarin, ada baiknya membuka kembali jadwal pertandingan mereka di bulan Oktober. Dari lima laga yang akan dijalani, empat diantaranya dimainkan di kandang lawan. Patut diingat juga bahwa kompetisi liga masih sangat panjang. Masih ada laga-laga yang bisa diakhiri United dengan kemenangan.

Menyebut Jose sebagai pelatih gagal hanya karena laga melawan Liverpool adalah keputusan yang sangat keliru. Karena gagal atau tidaknya seorang Jose Mourinho di United hanya dapat dinilai dengan jumlah tropi, bukan karena sebatas tidak bisa mengalahkan Liverpool.

Kalaupun membandingkan Mou dengan cara main Louis Van Gaal terhadap tim-tim besar, maka ada baiknya para fans membuka kembali catatan kekalahan United di tangan LVG. Dari 18 kekalahan United di tangan manajer Belanda tersebut di Premier League, 12 diantaranya justru didapat dari tim-tim yang terhitung lemah.

Lucu rasanya ketika United berhasil mengalahkan Liverpool namun di minggu berikutnya menghadapi lawan-lawan sekelas Huddersfield, Brighton, bahkan Bournemouth, United harus pulang dengan kekalahan.